04.

25 5 0
                                    

Hari-hari banyak dilalui Departemen PMO untuk terus mempersiapkan yang terbaik karna event akhir tahun adalah proker yang paling ditunggu-tunggu. Baik Arya, Aruna maupun teman-teman PMO yang lain juga tengah mempersiapkan sebaik yang mereka bisa.

Rapat sampai malam, perombakan konsep, deadline yang mepet, konsultasi dengan BPH dan Desif. Semua dilaksanakan dengan ikhlas. Bahkan tak jarang mereka sampai rapat sampai tengah malam. Seperti ini hari contohnya.

Beberapa konsep yang telah dibuat PMO harus direvisi lagi dan lagi, karna ada sedikit saran dan masukan dari para petinggi seperti BPH dan Desif. Belum lagi beberapa talent yang terlambat mengabari mereka bisa tampil atau tidak, semua anggota PMO jadi harus rapat sampai tengah malam untuk mengubah dan merevisi beberapa hal.

Agak tertekan, untuk Arya sendiri khususnya. Karna konsep yang sudah dicanangkan matang-matang masih harus melalui revisi para petinggi padahal kegiatan sudah setengah jalan dan waktu sudah semakin mepet.

Tinggal Arya dan Ilham yang tinggal di sekre untuk merapikan beberapa pekerjaan. Arya menyuruh semuanya untuk pulang terlebih dahulu karna waktu sudah menunjukkan tengah malam. Bahkan Aruna, Caca dan Byan juga sudah menghandle beberapa talent dari tadi pagi. Aruna sebenarnya ingin tinggal, tapi abangnya sudah menjemput. Caca dan Byan juga berencana pulang, tersisa Arya dan Ilham saja, itupun mereka hanya tinggal beberes beberapa berkas.

"Yaudah gue balik duluan ya.." pamit Aruna

"ati-ati, Kak Runa.." jawab Ilham, wajahnya sudah separuh semrawut. Tapi pria berkacamata itu masih menampilkan senyum hangatnya. Berbeda dengan Arya yang masih berfokus didepan laptopnya.

"Kak Arya, gue pulang duluan.." pamit Aruna karna merasa Arya tak mendengarnya.

Yang disapa hanya melirik Aruna sekilas lalu menjawab dengan anggukan mata, tangannya masih sibuk mengetik beberapa hal, entah apa yang dituliskan pria itu. Haish, bilang 'iya' itu apa susahnya sih, seberapa penting kertas dan dokumen itu sampai balas sapaan pamit saja tidak mau.

Aruna agak kesal kalau Arya sedang dalam mode serius seperti ini. Memang hal kecil, tapi tadi Arya sendiri yang menyuruhnya pulang.

Tapi sekarang ia sok-sok'an melakukan pekerjaan yang tersisa seorang diri, padahal jika ia meminta Aruna untuk tinggal dan membantunya, ia akan bantu.

Dengan sedikit perasaan jengkel, akhirnya Aruna menyusul Caca dan Byan untuk segera keluar dari ruangan. Pikiran Aruna sedikit campur aduk, Arya selalu seperti itu. Selalu mengusahakan semua sendiri, padahal ia punya Aruna dan teman-teman PMO yang lain.

Memang mereka tidak sehebat Arya, tapi setidaknya mereka ada disini. Mereka mau untuk direpotkan, apalagi mengingat waktu yang sudah semakin mendekati deadline tapi banyak hal yang dirampungkan.

Kalau misalnya Arya mengerjakan ini sendiri, sedari awal tidak perlu ada Departemen PMO, tidak perlu ia mengangkat Aruna sebagai Wakadep jika semua Arya sendiri yang mengerjakan. Aruna jadi sebal.

..

Sesampainya dirumah, Aruna langsung membersihkan badannya dan bersiap untuk tidur. Ini sudah hampir pukul 23.19 malam, Aruna sudah sangat lelah dengan hari ini.

Ditambah beberapa tekanan dari petinggi yang harus membuat mereka kerja ulang dan sikap Arya yang menurutnya agak menyebalkan tadi. Aruna akhirnya memilih untuk pergi ke alam mimpi.

Begitu bertemu bantalnya, Aruna langsung tertidur dengan pulas. Tapi, tiba-tiba Aruna dikejutkan dengan suara berisik dari ponselnya. Ada panggilan masuk, dan saat Aruna melihat layar ponselnya, ia sedikit tertegun membaca nama yang tertera disana.

Kak Arya KADEP PMO is calling..

Kak Arya? Telfon malam-malam? ngapain?

"Halo.." jawab Aruna dengan suara agak sengau karna mengantuk. Ia baru saja tertidur 2 menit yang lalu.

"Halo, Na. Kamu tidur ya?"

Rasanya ingin sekali Aruna berteriak " YA MENURUT L ????" hey ini jam 11 malam dan pria itu menanyakan Aruna apakah ia tidur atau tidak. Stress.

"Engga kok.. kenapa, Kak?" jawabnya berusaha berbicara dengan nada yang selembut mungkin.

"Engga engga, tapi suaranya kaya gitu.."

Terjadi keheningan agak lama setelah kalimat terakhir diucapkan.

"besok jadi ya, sound recording untuk Band A. Kayaknya besok crew PDD bakalan datang siang, jadi acara besok diundur jadi jam 10. Tolong kabarin Band A nya juga, Kamu bisa kan?"

"Iyaa, Kak. Bisa. Aku dari awal bilang ke ke mereka untuk ngga dateng terlalu pagi, kok. Sans"

"Yaudah, syukur deh kalau gitu. Sorry kalau ganggu kamu tidur ya.." Tutur Arya.

Haduh, ada apa nih kok aku-kamu.

Entah kenapa, rasa jengkel Aruna tiba-tiba hilang seketika. Ia langsung segar dan melek saat mendengar suara Arya barusan. Kenapa menurut Aruna suara Arya jadi terdengar melembut?

"Iyaa nggapapa, kak. Kak Arya istirahat, kak. Pasti hari ini berat banget ya"

"haha. Ya begitulah.. makasi ya, Na" jawab Arya sambil tertawa sanksi.

"He'em.."

"yaudah, gue tutup dulu telfonnya."

"okay.. semangat, kita"

Terdengar kikikan lembut dari Arya di sebrang sana setelah Aruna mengucapkan kata 'kita'.

"kita ngga tuh?" jawab Arya.

"i- iya.. kita?. Kita semua satu departemen, emang Kak Arya mikir gimana?" jawab Aruna agak tergagap.

"kirain.. wkwk. yaudah gue tutup, Na. Bye"

"Iya, Bye.."

Aruna rasanya ingin meleleh seketika. Jujur, kata "kita" itu memang benar-benar ia tunjukkan untuk semua anggota departemen PMO yang sekarang sedang berjuang menghadapi berbagai tekanan. Tapi Si Rese itu bisa-bisanya berfikiran lain. Tapi kalau misalnya seperti itu, Aruna juga tidak masalah sih. Hehehe.

Aruna jadi terbangun maksimal dan tidak bisa tidur kembali, pikirannya kacau. Kenapa hatinya jadi berdebar-debar sih. Her first ever late-call. Padahal kan informasi itu bisa langsung disamapaikan via chat, kenapa seorang Nalendra Aryasatya yang irit ngomong dengan tiba-tiba malah menelfonnya di malam hari hanya untuk menginfomasikan hal sepele seperti itu?

Padahal beberapa jam yang lalu, pria itu merusak perasaan Aruna dengan bersikap cuek dan semena-mena terhadapnya. Tahan Aruna, jangan sampai terbawa perasaan ya.




WARN!

semua hal yang berkaitan dengan organisasi yang nantinya akan disebutkan dalam cerita, adalah fiksi. jika terdapat kesamaan tempat, waktu dan kejadian, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

selamat membaca! loves, -Nind.

kritik, saran dan komentar yang membangun sangat dipersilahkan untuk dituangkan

TUAN BIRU DAN NONA MERAH JAMBU [doyoung : sejeong]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang