Pangeran Musim Dingin

92 11 4
                                    

A Story by precioustarlight_

Prompt : Sad Christmas Number 1

Main Cast : Lara,  Jeongwoo ( sebagai Atmayoga Jeongwoo Sanjaya ) dan Junghwan ( sebagai Junghwan Aldebaran )

Content Warning!
BXG, lokal

Happy reading!

•••

Gemuruh angin saling bersautan begitu purnama lenyap di gantikan payoda yang mulai menintikan basahnya. Apa yang dapat di harapkan? Seperti menaiki bianglala, selangkah sang anindya maju, selangkah pula sang adiwangsa menjauh.

Janji itu omong kosong. Seharusnya tidak ada yang bisa di dambakan, tapi apa boleh buat? Mereka bilang, janji itu mutlak, lantas kenapa dunia masih terus saja ingkar?

"Nona, hujan. Kau harus pulang," untuk yang kesekian kalinya sang anindya menghela nafas, menoleh ke setiap penjuru, mencari apa yang selalu dia cari, mustahil. Apapun tidak dia temukan, bahkan tetesan air hujan yang turun bersama angin tidak lagi terlihat oleh netranya.

Untuk sepersekian detik. Dunia gelap. Sang anindya ambruk di bawah jutaan air hujan yang turun membasahi bumi. Dan untuk berulang kalinya, mereka katakan— naif sekali gadis itu.

***

"Sudah ku katakan, berhenti Lara. Dia bukan batang yang akan membuatmu kokoh,"

"Lalu?"

"Dia hanya angin yang akan mengajakmu berkelana membuat cerita baru, lalu di persimpangan jalan dia pergi, meninggalkanmu untuk kembali ke tempat asalmu,"

Deruan nafasnya semakin memelan, kepalanya terasa pening untuk sekedar membuka mata. Sang anindya memilih bungkam, berkelana pada pikirannya sendiri.

"Berhenti,"

"Aku tidak bisa,"

Lara— namanya, ia bangkit, menetralkan cahaya yang menerobos masuk ke penglihatannya lalu menoleh ke arah jarum jam. Pukul sepuluh pagi. Waktu dimana janji itu di kumandangkan. Lara ingat betul, pemuda yang selalu di dambakan datang, membawa buah tangan dan berucap manis, mengumandangkan janji sebelum akhirnya pergi seolah di telan bumi.

"Kau mau kemana?"

"Menunggu untuk yang terakhir kalinya," sang anindya berjalan pelan, mengambil cardigan, topi, dan telepon pintarnya. Barang yang selalu dia bawa untuk kembali di persimpangan. Persimpangan di mana dia menanti sang adiwangsa nya kembali. Lara percaya, pangeran musim dinginnya akan kembali.

Butuh waktu dua puluh menit untuk sang anindya bisa kembali bersemayam pada bangku kesuciannya. Bangku yang menjadi saksi bisu lebih dari tiga bulan waktu yang Lara habiskan untuk hal yang sia-sia— menanti. Hari ini hari ke sembilan puluh sembilan, hari di mana Lara berkomitmen untuk berhenti pada apa yang selalu dia tunggu.

Semoga saja dia datang.

Sang bagaskara mulai memamerkan sengatan mautnya tepat di tengah hari, hari tampak begitu terik. Kembali konsentrasi nya buyar, titik fokus menanti mulai memudar di gantikan pikiran-pikiran absurd yang memenuhi daya pikirnya. Di hari terakhir- harus kah dia benar-benar berhenti?

Bagian mana yang membuat nya sangat terluka? Bagian dimana raga nya tidak lagi sanggup menanti, namun hati nya selalu saja kembali melabuhkan harapan pada hal yang tidak pasti. Bagian dimana dia ingin tetap menanti, namun adiwangsa nya tidak pernah datang menepati janji.

Akankah dia berhenti? Atau tetap pada pilihan yang naif ini?

"Aku datang," ujaran singkat yang di tuturkan pemuda dengan kaca mata hitam yang tiba-tiba saja sudah ada di samping bangku kesuciannya itu berhasil mengalihkan atensi sang anindya dari kerikil-kerikil yang berserakan di bawah sana. Netra nya mempusatkan pada pemuda di sampingnya.

CHRISTMAS EVENT 🌼🎄 [GROUPCHAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang