A Story by : Elaksi_Farras
Prompt : Sad Christmas number 1
Content Warning!
BXB, Cheating, harsh wordsHappy reading!
•••
Dering telepon berbunyi nyaring di telingan Asahi. Ah, itu pasti dia lagi, dia yang telah membuat runtuh hidup Asahi, membuatnya sulit untuk hanya sekedar tersenyum. Kenyataan itu sangat menyakitkan.
Dengan menjanjikan banyak hal yang akan dilakukan di hari natal nanti, Jaehyuk dengan kejamnya bersama dengan pria lain malam itu.
Kali ini ponselnya berbunyi lagi, tetapi bukan dering telepon, melainkan dering pesan masuk. Asahi sudah tahu jika itu Jaehyuk, pria itu sangat gigih jika dalam hal membujuk.
Jaehyuk
Aku udah kirim pohon natal sama hadiah buat kamu, Sa, terima ya, dan aku juga minta maaf ke kamu, sorry.
“Ck, maaf? Dan apa? Pohon natal? Hadiah? Apakah itu yang dia pikirkan sekarang? Bukannya menanyakan apakah hatiku baik-baik saja. Memangnya hadiah dapat membuatku seperti lelaki bodoh yang memaafkan perselingkuhan pacarnya? Bahkan aku sudah muak dengan kata natal f**k you Jaehyuk!”
Asahi mengungkapkan seluruh perasaan kesal, marah, sedih dan semuanya di depan foto Jaehyuk yang memegang buket bunga, tentu saja sambil memeluk Asahi, dulu dialah satu-satunya pemenang hati Jaehyuk.
Di hati Asahi, dia selalu bertanya, siapa lelaki atau bahkan wanita yang bisa menggantikan dirinya? Apakah aku melakukan sebuah kesalahan yang membuatnya sangat kecewa? Atau memang dia yang haus akan perhatian karena belakangan ini Asahi sibuk dengan pameran seninya?
Telinga Asahi mendengar suara klakson mobil dari luar rumahnya. Sudah bisa ditebak jika itu adalah kiriman dari Jaehyuk, Asahi berniat mengunci pintu atau menolak kurir agar mengembalikan paket.
Tetapi di pikirannya kembali terlintas kebersamaan mereka berdua sebelum konflik ini terjadi. “Oke, aku terima hadiahnya, tapi kamu harus putusin dia.”
Jari Asahi langsung bergerak cepat menekan nomor telepon Jaehyuk lalu menekan tombol hingga tersambung ke sebuah panggilan.
“Asa—“
“Putusin dia.”
“Tapi, Sa, i love him too.”
“Kamu cinta aku atau cinta dia?”
“Siapa dia, Jae?”
“...”
“PILIH SATU!”
Telepon berakhir secara sepihak, Asahi dikuasai oleh emosinya, tubuhnya memanas, dan pikirannya kalut memikirkan Jaehyuk. Lelaki bajingan yang benar-benar haus akan perhatian.
Asahi membiarkan kurir memasukkan hadiah yang Asahi anggap sampah tidak berguna, dan pohon natal besar yang membuatnya selalu teringat akan perbuatan Jaehyuk.
Asahi kini duduk di kursi sembari memegang kepalanya, merasa frustasi dan marah. Dia tak tahu harus melakukan apa agar hatinya berhenti untuk merengek kesakitan.
°°°°
Sementara di sisi lain, Jaehyuk sedang memikirkan bagaimana caranya menenangkan Asahi yang sepertinya sudah tak percaya lagi pada dirinya.
Dia tak sendirian di sini, dia bersama dengan Mashiho, lelaki yang membuatnya jatuh cinta hingga tak bisa memilih satu antara dua lelaki yang dia cintai sekarang.
“Jaehyuk, kamu harus kasih tau ke Asahi kalau aku juga cinta sama kamu,” pinta Mashiho.
Jaehyuk menggeleng gelengkan kepalanya, tidak, Mashiho adalah sahabat Asahi, bagaimana bisa caranya untuk memberi tahu soal ini? Jaehyuk tak mempunyai cukup keberanian.
“Atau kamu harus memilih, Jae, aku nerima apapun yang kamu putusin, meskipun bakal sakit,” nasehat Mashiho masuk akal, tetapi Jaehyuk masih terlalu banyak berpikir.
“Denger, aku gabisa lepas kamu, Shiho, tapi Asahi juga separuh dari segalanya buat aku.” Jaehyuk berusaha menjelaskan. Namun, penjelasannya tak menjelaskan apapun.
Mashiho yang semula duduk di sofa merah itu sekarang bangkit, menghampiri Jaehyuk yang terus melamun di depan pintu teras.
Mashiho memberi pelukan hangat dari belakang, lalu memberikan saran lain, berharap Jaehyuk dapat menuruti sarannya, “Dari pada melamun terus, mending kita samperin Asahi aja, kita selesaikan semuanya sama-sama, bertiga, pakai kepala dingin.”
“Besok, aku janji besok,” tegas Jaehyuk.
Mashiho mengangguk, melepas pelukannya dan mengambil barang-barangnya berkemas sedikit agar tak terlalu berantakan. Lagipula dia juga akan pulang untuk menemui sang ibu, natal tak hanya dirayakan bersama pria, tetapi bersama keluarga juga, ‘kan?
“Kemana?” Jaehyuk bingung ketika melihat Mashiho membereskan barang-barangnya.
“Pulang.”
Jaehyuk berlari menahan Mashiho, oh tolonglah, Jaehyuk membutuhkan Mashiho sekarang, kenapa Mashiho malah pergi?
“Jangan pergi, buat malam ini kamu di sini dulu, di apart aku, okay?” pinta Jaehyuk dengan wajah memelas.
“Sebentar, aku cuman mau cari hadiah Natal buat ibu sama ayah, emang gaboleh Jae?”
“Aku temenin.”
°°°°
Sekarang, apa yang sedang Asahi lakukan di rumahnya? Dia sekarang sedang bersiap menuju apartemen Jaehyuk, untuk mencari jawaban, siapa sebenarnya lelaki perebut itu.
Sangat merepotkan, dia harus memesan taksi terlebih dahulu karena dia tidak bisa mengendarai mobil. Ini semua karena Jaehyuk yang selalu melarang Asahi untuk belajar mengemudi dengan alasan klise yang tidak masuk akal.
Setelah memakai blazer dan sepatu kulit, Asahi bersiap sebelum taksi pesanannya datang. Lihat saja, pertanyaannya akan terjawab setelah dia menciduk Jaehyuk sedang bersama pria itu.
Tak peduli malam nanti semua orang merayakan natal, dia hanya ingin tahu siapa yang membuat Jaehyuk berpaling, itu saja, merayakan natal sendirian tak masalah, atau bahkan dia akan pulang ke Jepang, dan pergi se jauh-jauhnya dari Jaehyuk.
Lagi-lagi klakson mobil membuat Asahi tersadar dari lamunannya, dia langsung masuk ke mobil setelah mengunci pintu rumah.
“Pak, ke apartemen Nirvana.”
“Baik, Pak.”
Setelah melewati perjalanan kurang lebih selama dua puluh menit, Asahi kini sudah berdiri di depan apartemen Jaehyuk. Tak sabar lagi dirinya untuk memergoki kekasihnya.
Asahi masuk ke apartemen dan masuk ke lift, naik menuju lantai tujuh. Sebentar lagi, semuanya terbongkar.
Begitu dia tiba di depan kamar Jaehyuk, menekan beberapa pin angka dan kunci pintu terbuka.
Benar-benar hebat, apartemen ini kosong, tidak ada orang. Asahi mengecek hingga kamar mandi pun tidak ada batang hidung Jaehyuk. Apa mereka berdua kabur? Merayakan natal bersama di tempat yang dia tak tahu? Pikiran Asahi terus berkelana bebas.
“Ck, sekarang harus apa? Nunggu? Memang lelaki itu pantas ditunggu?” Asahi kesal se kesal kesalnya.
Notifikasinya berbunyi, Jihoon menghubunginya, mungkin karena di rumahnya tidak ada orang.
“Di mana?”
“Apart Jaehyuk.”
“Shit, Lo bukannya lagi berantem sama dia? Lo gak di apa-apain, ‘kan?”
“Jemput aku aja, Hoon, lemes banget aku.”
“Jaehyuk brengsek banget, ngerepotin gue.”
“Kalo gak ikhlas gausah bacot, Hoon, gue bisa pesen taksi kalo Lo gak mau.”
“Tempramental banget, Sa, yaudah gue kesitu.”
Jaehyuk melihat parfum yang tak dia kenali, di depan cermin tempat Jaehyuk biasa menata rambutnya bersama Asahi.
Parfumnya manis dan fresh, Jaehyuk tidak memiliki parfum sejenis itu, dan semua parfum Jaehyuk berbau dingin dan berat. Asahi tau betul itu.
“Aku kaya kenal parfum ini,” ucap Asahi setelah mencium lebih dalam aroma parfum itu.
“Tetapi siapa peduli dengan wangi lelaki perebut? Jihoon lama banget sial!”
Asahi masih berharap sebelum dia pulang, dia bisa bertemu dengan Jaehyuk dan meminta penjelasan sejelas-jelasnya.
Tetapi semakin lama menunggu di sini, semakin sakit hati Asahi, dengan terus berada di sini, itu semakin melukai hati Asahi yang jelas-jelas sudah hancur.
Jihoon datang, membuka pintu apartemen dengan santai, lalu menghampiri Asahi yang sedang menatap pemandangan dari jendela besar.
“Ayo pulang.”
“Hoon, gue harus nunggu atau pulang?”
“Pulang aja, Lo mau nyakitin diri sendiri di sini? Begitu Jaehyuk pulang Lo mau ngapain? Nangis doang, ‘kan pasti?” saran Jihoon ada benarnya. Sebenarnya Asahi tak mampu mengatasi ini sendirian, hatinya terlalu lemah.
Sebab terlalu percaya pada seseorang, hatinya se sakit ini. Seharusnya dia dulu lebih dingin lagi saat Jaehyuk berusaha dekat dengannya.
Jihoon menepuk pundak Asahi, lalu menarik lengannya dan berjalan keluar dari apartemen ini.
Saat di lift, Asahi sempat enggan melangkah, masih saja berharap untuk bertemu Jaehyuk saat lift ini terbuka.
Yang dipikirkan Asahi ternyata benar, Jaehyuk muncul dengan bingkisan di tangannya, dia menggunakan setelan kemeja formal seperti biasanya saat pulang kerja.
“J-Jae ....”
Jaehyuk juga kaget saat pintu terbuka, dia melihat sosok Asahi di depannya. “Asahi, kamu kenapa kesini sayang?”
“Stop call me like that, sebelum kamu lepas dia dan pilih aku,”
Jaehyuk merasa gugup seribu kali lipat dari biasanya. “T-tapi aku gak bisa milih, Sa.”
Pintu lift itu hampir menutup, Asahi menahannya segera, ototnya mengeras karena merasa emosi. Jaehyuk masih berdiri di depan Asahi dengan wajah bingungnya.
“Yaudah, kamu cukup jawab satu pertanyaan aku,” tawar Asahi dengan wajah menyeringai.
Jaehyuk mengangguk karena dia tidak punya pilihan jawaban lain. “O-okay.”
“Lo harus jujur kali ini brengsek!” imbuh Jihoon, membuat suasana makin keruh dipenuhi amarah terhadap Jaehyuk.
“Siapa dia?”
“D-dia ... Dia ... Mashiho.” Akhirnya Jaehyuk menjawab pertanyaan yang sangat dinanti Asahi.
Kenyataan ini benar-benar tidak bisa dipahami lagi, jadi, kutipan ‘sahabat lebih menarik’ itu benar adanya. Tetapi hanya bagi laki-laki tak tahu diri, selalu haus dan haus.
“Oke.” Suara Asahi gemetar, dia menarik tangan Jihoon, masuk ke lift dan mendorong Jaehyuk keluar. “Makasih untuk hadiah Natal yang sangat berarti, oh, jadi ini hadiah Natal yang sebenarnya?”
°°°°
Asahi sudah tiba di depan rumah berkat sepupunya, Jihoon. Ah seandainya sang adik di sini, dia ingin mengendarai motor bersama sepanjang malam. Apa istilahnya? Night ride? Asahi ingin menghilangkan semua beban yang ada di dalam pikiran.
“Haruto, apa aku harus suruh kamu pulang ke Indonesia buat nemenin aku night ride? Ah sialan kenapa aku gak belajar motor sama mobil?” Asahi mulai merasa kesepian akan suasana hatinya.
Dia yang hanya tinggal seorang diri di Indonesia, sementara sang ibu, ayah, dan adiknya tinggal di Jepang.
Asahi memilih pilihan yang salah, seharusnya dia menuruti perkataan ibunya untuk kuliah di Jepang, lagi-lagi alasannya karena ada pria yang dia cintai, yaitu Jaehyuk.
Semua tentang hidupnya selalu beralasan Jaehyuk, bagaimana bisa kini dia hidup tanpa Jaehyuk?
Juga, natal sebentar lagi tiba, tetapi hatinya masih sakit dan terluka, dia hanya duduk di depan pohon natal dengan hadiah-hadiah yang diberikan Jaehyuk, sembari mengenang kembali kenangan mereka berdua.
“Tapi ... Mashiho benar-benar tidak bisa dipercaya, dia merebut Jaehyuk dariku? Haha, dan sekarang? Apa Jaehyuk sedang bersamanya?” tanya Asahi pada dirinya sendiri. Meskipun pertanyaan itu seharusnya dia lontarkan pada Jaehyuk, tetapi itu hal mustahil.
Jarum jam terus bergerak, waktu berlalu begitu lambat, rasanya dia sama sekali tidak ingin melewati natal. Sendirian di rumah, seperti anak yang dibuang oleh keluarganya.
Tetapi tiba-tiba tubuhnya bangkit, hatinya selalu menyuruh untuk membuka hadiah-hadiah dari Jaehyuk. Sudahlah, rasa penasarannya sudah menang.
Dia membuka hadiah pertama, berisi syal hangat berwarna cokelat muda, warna kesukaannya. Lagi-lagi Jaehyuk memenangkan hatinya, tetapi kali ini rasanya sakit.
Dia membuka hadiah selanjutnya, berisi kamera analog yang selalu Asahi bicarakan saat sedang berbelanja, hatinya pun sakit lagi, mengapa Jaehyuk sebaik itu? Dan mengapa juga Jaehyuk sejahat itu? Asahi merasa sangat bingung.
Dia mencoba memotret pohon natal yang berdiri kokoh dengan hiasan yang berkelip indah, mengabadikan kenangan pahit yang seharusnya sangat manis.
Hadiah ketiga, dia membukanya dengan malas, sebentar lagi tengah malam dan itu natal. Ditambah tidak ada yang menemaninya, benarkah dia akan merayakan natal sendirian?
“Aku harap Jaehyuk datang kesini.” Hatinya berkata demikian. Tetapi egonya menolak keras.
“Tidak mungkin Jaehyuk datang, Mashiho pasti sedang bersamanya.” Egonya membalas.
Hati dan ego Asahi sedang bertengkar, sementara tangannya terus membuka hadiah-hadiah itu. Sekarang dia sedang membuka hadiah terakhir, itu hanya kotak hitam kecil yang mungkin isinya hanya surat.
Benar saja, setelah dibuka, isinya adalah selembar surat dengan tulisan Jaehyuk yang apik. Tak terasa juga, jarum jam sudah berdiri tegak bertindih, pertanda ini benar-benar tengah malam.
“Wah ... Hebat ... Skenarionya sangat bagus, aku sekarang di rumah, sendirian merayakan natal, dan membaca surat dari si brengsek ini?”
Asahi tertawa terbahak-bahak di tengah kesedihannya. Rupanya ini yang diinginkan Jaehyuk. Membuat lelaki yang dulu dia anggap segalanya, kini, malam ini, dia sedang menangis merasakan sakit.
Asahi membacakan surat dari Jaehyuk dengan lantang, toh dia hanya sendirian di sini.
From Jaehyuk, to my cutie.
Dear Asahi, pertama dari semuanya, aku mau minta maaf, maaf telah berpaling, maaf telah mengkhianati, dan maaf telah membuatmu terluka.
Kedua, terima kasih telah membuat tahun 2021ku berwarna, sungguh indah saat aku menyayangimu, saat aku mencintaimu, dan saat aku merindukanmu.
Tetapi kini aku juga mencintai dia, aku sekarang mencintai dua orang, bukankah itu bagus?
Kamu pasti menjawab tidak, bukan? Atau kamu menjawab iya? Beritahu aku saat aku meneleponmu nanti.
Untuk kali ini, jangan suruh aku untuk memilih, mencintai itu bukan kesalahan, dan kalian berdua bukan kesalahan, jadi tolong, Sa, aku gak bisa milih kamu atau dia?
Aku juga baru tahu kalau dia adalah sahabatmu dari negerimu juga, aku bertemu dengannya di suatu tempat, dan mencintainya.
Ah aku baru ingat lagi, soal kesalahan dalam mencintai seseorang, memang kalian berdua tidak salah karena aku mencintai kalian secara bersamaan, dan cinta juga tidak salah. Tetapi di sini, yang benar-benar menanggung kesalahan adalah aku, benar begitu?
Sekarang ini pilihanmu, aku juga memberikan pilihan yang sama untuknya. Aku akan menerimanya, meski kalian berdua memilih pilihan yang sama.
Pergi atau menetap.
Dan yang terakhir, maaf untuk hari natalmu yang hancur karena aku, maaf telah membiarkanmu merayakan natal sendirian, dengan isak tangis yang bisa aku rasakan saat ini.
Selamat natal, Asahiku.[END]
KAMU SEDANG MEMBACA
CHRISTMAS EVENT 🌼🎄 [GROUPCHAT]
NouvellesKarya member grupchat TREASUREWATTPAD, event kepenulisan berkonsep natal dengan beberapa prompt pilihan. ✨🎄 Celebrate new year and Christmas Eve with Us and TREASURE treasurewattpad, 2021. #TREASUREWATTPAD #TREASURE