Aji's POV
Again, gue harus menolak tawaran untuk jadi juri di salah satu kompetisi masak TV nasional, Mastercook. Bukan gue sombong karena nggak cocok sama bayaran yang ditawarkan, jujur gue cukup tergiur dengan bayarannya, tapi gue cuma kurang nyaman dengan spotlight yang akan gue dapatkan nanti.
Gue memang salah satu celebrity chef terkenal di Indonesia, itu semua gara-gara gue pernah jadi juri tamu di acara kompetisi masak Mastercook dan dalam sehari tiba-tiba followers gue naik drastis padahal gue cuma muncul di satu episode doang? Setelah itu gue juga di encourage sama manager gue untuk bikin Youtube channel untuk acara masak gue sendiri yang ternyata penghasilan gue dari Youtube lumayan juga walaupun alasan gue bikin Youtube channel buat edukasi orang-orang Indonesia kalau masak itu bukan hal yang ribet dan juga sebagai alat marketing bisnis restoran gue yang ternyata cukup efektif.
Tapi gue mulai risih ketika orang-orang lebih mengenal gue sebagai Chef ganteng daripada Chef berbakat, i don't like the idea of being famous just because of my handsome face. Ya walaupun gue akui, gue emang ganteng sih. Sorry not sorry.
Jadi, daripada gue jadi juri kompetisi masak mendingan gue perbanyak bisnis restoran gue sampai gue bisa buka restoran di US, my biggest dream.
"Ji, hari ini gue meeting ngajak temen gue ya? Soalnya gue lupa kita ada meeting hari ini dan gue keburu pergi sama temen gue nih" Ujar Jingga, partner bisnis gue.
"Temen lo cewek?" Tanya gue.
"Iya, gapapa kan? Tenang dia nggak gangguin kita kok" Jawab Jingga.
Bukan masalah gangguin meeting, gue males kalau ketemu orang asing yang nggak ada kepentingan, males ditanya-tanyain, diajak foto, the perks of being famous ya gini. Tapi nggak mungkin gue nyuruh temennya Jingga buat pulang kan?
"Yaudah gapapa, gue tunggu di restoran gue di Kemang ya".
Gue pun langsung bersiap-siap untuk mandi dan bergegas ke Kemang, sejujurnya.. Gue juga lupa kalau hari ini gue ada meeting sama Jingga. Sorry ya Jingga, untung lo telpon gue.
Hidup bujangan di usia 30 tahunan bukan beban buat gue, orang tua gue juga nggak pernah ngepush gue buat nikah, apapun yang gue lakukan mereka lebih ke nggak peduli sih. No.. bukan karena orang tua gue terlantarkan gue, tapi mereka itu udah sibuk sama dunia mereka masing-masing, termasuk abang gue pun begitu, ya beda nya sih abang gue udah berkeluarga udah punya anak juga walaupun usia kita cuma terpaut 2 tahun aja.
Shit, gue lupa belum sarapan! Maaf ya lambung, gue selalu lupa kalau lo high maintenance, sekali aja telat makan pasti protes alias asam lambung kumat. Gue langsung buka kulkas untuk melihat apa yang bisa gue makan saat ini, mostly kulkas gue isinya bahan dasar makanan yang gue nggak akan sempet buat masak dulu, gue jarang beli makanan instan karena gue benci makanan instan. Gue liat ke meja makan gue pun roti tawar lagi habis, astaga bagaimana mungkin seorang chef profesional kayak gue kehabisan roti tawar?
Akhirnya gue memutuskan untuk mengambil buah apel sebagai menu sarapan gue pagi eh siang ini. Wah udah jam 11! Gue harus ngebut nih ke Kemang.
"Aji" Jingga manggil nama gue, ah ternyata dia udah sampai duluan.
"Sorry Jingga, macet tadi" Gue terpaksa pakai alasan klasik, padahal akhirnya tadi gue memutuskan buat drive thru McD dulu. Lambung gue ga mempan sama apel doang, laper banget.
"Eh, kenalin temen gue, Airin.. Rin, kenalin ini Chef Aji yang gue ceritain" Jingga mengenalkan temennya ke gue. Oke gue harus bersiap-siap pakai alasan lagi jelek aja deh kalau minta foto bareng, atau alasan gue punya kontrak sama brand buat nggak boleh foto bareng aja ya? Tapi gue nggak enak juga ini kan temennya Jingga.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETTER HALF - COMPLETED
FanficMenaklukan adalah hal yang menjadi keahlian seorang Aji Putra. Sebagai seorang Chef, ia bisa menaklukan segala jenis masakan dan memenangkan lidah para customer restorannya. Sebagai seorang pria, ia bisa dengan gampang menaklukan semua hati wanita k...