CHAPTER 11

739 127 17
                                    

Aji's POV

Kosong.

Cuma itu yang bisa gue gambarkan dari apa yang gue rasakan saat ini.

Sampai detik ini Airin tidak membalas chat maupun mengangkat telpon dari gue.

Gue harusnya nyadar dari awal gue udah salah buat deketin Airin. Jingga padahal udah nge warned gue soal Chandra, tapi gue terlalu percaya diri kalau Chandra bukan lah saingan gue. Tapi justru gue yang nggak akan bisa menggantikan posisi Chandra sampai kapanpun di hati Airin. Gue pikir waktu Airin bilang dia mau udahan sama Chandra itu ya udahan for good, tapi ternyata gue salah.

Dan lucunya gue sempet seneng banget pas waktu Airin nanya ke gue mau jadi temannya atau enggak, justru dari situ gue seharusnya paham kalau Airin cuma mau gue jadi teman nya doang. Nggak lebih. Harusnya gue paham kalau waktu itu Airin bukan lagi kasih gue lampu hijau, tapi justru dia itu kasih gue lampu merah kalau posisi gue di hidup Airin itu hanya teman. 

Tidak lebih.

"Ji, gimana menurut lo?"

"Eh iya gimana tadi? Oh itu ya, design menu ya?"

"Ji.. kita sekarang lagi bahas design interior. Design menu kan udah kelar kemaren?"

"Sorry Jingga, gue lagi gak fokus, iya maksud gue design interiornya"

"Iya, jadinya buat kursi nya lo prefer yang kayu atau yang model semi sofa gitu?"

...

"Ji.."

...

"AJIIII!!" Jingga kali ini memanggil gue lebih kencang.

"Astaga kaget gue Jingga"

"Lo lagi kenapa sih? Lo kalau belum fit nggak usah kerja dulu deh"

"Gue udah fit kok"

"Ya tapi dari tadi lo kayak susah fokus gitu, gue ngomong a sampai z lo nggak dengerin"

Gue cuma bisa menunduk sambil mengacak rambut gue sendiri.

"Hans, ini bos lo kenapa deh" Tanya Jingga pada manager gue.

"Udah beberapa hari ini dia gitu mulu mbak, gue juga nggak ngerti dia kenapa"

"Ji, lo kenapa sih?"

Gue hanya menaikkan kedua bahu dan menggelengkan kepala gue.

"Hans, gue mau ngomong berdua dulu sama bos lo" Ujar Jingga.

"Iya mbak aku diem aja kok" Jawab Hans.

Jingga menatap Hans seraya memberi kode kalau Jingga menyuruh Hans untuk keluar dari ruangan dulu. Tapi Hans cuma bengong. 

Maaf ya Jingga, manager gue ini memang pinter, tapi kadang lebih pinteran si Cilok, sugar glider gue.

"Maksud Jingga lo keluar dulu Hans" Gue membantu Jingga yang sepertinya tidak enak mau mengusir Hans.

"Oh, bilang dong.." Jawab Hans seraya beranjak dari kursi dan keluar ruangan meninggalkan gue dan Jingga yang sepertinya sudah memasang badan untuk siap-siap menginterogasi gue.

"Ji.." Panggil Jingga.

"Gue udah tau lo mau interogasi gue kan"

"Gue bukan mau menginterogasi lo, gue cuma mau tanya.. Are you okay?"

"Kalau keliatannya gimana? Do I look okay?"

"You're a mess, beberapa hari ini lo aneh, kalau meeting biasanya lo selalu paling dominan, lo selalu punya ide-ide segar, lo selalu banyak koreksi ini itu, diskusi kita pasti produktif banget. Tapi semenjak lo kelar bedrest kemaren, lo aneh"

BETTER HALF - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang