selatan dan utara / III

324 45 1
                                    

jaeyoon mengacak-acak kasur sunghoon, memang seperti tidak tahu diri. sunghoon mengerjakan tugas, jaeyoon akan menyalin nanti. tugasnya hanya matematika, perkalian yang tidak sampai ratusan. mudah menurut sunghoon, makanya jaeyoon lebih baik menyontek saja.

"nih, udah selesai. aku ambil makan dulu."

sunghoon keluar kamar, berjalan kedapur mencari makanan. tak sengaja telinganya mendengar suara bapak dari ruang tamu.

"iya, sunghoon juga pindah sekolah."

alis sunghoon mengernyit heran. untuk apa pindah sekolah? sunghoon semakin menajamkan pendengarannya.

"pindah kapan pak?" itu suara abahnya heeseung, sunghoon kenal.

"kalau jadi sih, minggu depan kemungkinan."

sunghoon kembali ke kamar, tidak jadi membawa makanan. jaeyoon masih menyalin tugas di karpet lantai, kakinya mengayun-ayun di udara. sebenarnya sunghoon tidak mengerti akan pindah kemana? apa jauh? apa nanti dia tidak bisa bermain lagi dengan jaeyoon?

"sunghoon! kalo bengong nanti kesurupan!" jaeyoon duduk bersila dihadapan sunghoon. melamun sampai tidak sadar kalau jaeyoon selesai dengan acara menyontek nya.

"jaeyoon, kalau misalnya, kita gak bisa main lagi, gimana?"

jaeyoon memiringkan kepalanya bingung, menatap sunghoon meminta penjelasan. "maksudnya? sunghoon marah ya sama aku? gara gara aku nyontek terus?"

sunghoon menggeleng ribut. memegang pundak jaeyoon dan menatap netra cokelat polos itu. "pokoknya, kalau misalnya kita pisah, aku masih temen kamu."

jaeyoon tidak mengerti, sunghoon bicara apa. hanya mengangguk saja. melirik kanan kiri, seperti ada yang kurang.

"sunghoon, makanannya mana?"

bagai melukis angkasa ; enhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang