selatan dan utara / IV

270 23 2
                                    

jaeyoon baru mengerti arti dari perkataan sunghoon tempo hari. hari ini, rumah sunghoon sepi, sudah lebih dari dua minggu.

kebiasaan jaeyoon yang baru adalah duduk diam di teras rumah sunghoon sembari menghitung kelopak bunga mawar yang dipetik dijalan. terkadang heeseung menemani, tapi sekarang heeseung sedang membantu abah di kebun.

jaeyoon rindu sunghoon.

akhirnya jaeyoon pulang, takut lama-lama kesurupan diam diri di depan rumah kosong.

"jaeyoon!"

heeseung berlari menghampiri jaeyoon dijalan pulang. "apa bang?"

heeseung ternyata membawa kotak bekal, isinya ayam goreng dan sayur kangkung. diberikan pada jaeyoon, membuat bingung.

"dari emak aku, buat kamu."

jaeyoon menggeleng sungkan. "nggak usah, bang. nanti emak di marahin ayah lagi." menyodorkan kembali kotak bekal berwarna biru itu.

"jangan sampe ketahuan! udah, bawa sana."
ayah jaeyoon memang galak, sangat. jaeyoon paling takut dibentak ayah, apalagi kalau sampai kena pukul dengan gesper kulit ayah. bunda pernah janji akan pulang, membawa jaeyoon bersamanya. tapi, sudah dua tahun, bunda tidak pernah kembali lagi.

makanya, jaeyoon paling senang bermain dirumah sunghoon dan heeseung. emak dan abah heeseung sangat baik padanya, begitu juga dengan bapak sunghoon.

jaeyoon semakin rindu dengan sunghoon, tidak sadar kalau air matanya mulai menetes di pipi. sedangkan ayah, masih memukul punggung merah jaeyoon dengan gesper.

"jangan jadi pengemis, jaeyoon!"

bagai melukis angkasa ; enhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang