||
||
||"Yang mulia, putra mahkota Vercus Veraga Orchid telah tiba," ucap seorang kesatria yang tengah menjaga di depan pintu ruang makan.
"Persilahkan dia masuk," ucap sang raja.
Perlahan pintu besar nan kokoh itu di buka, aku tidak tahu apakah sopan datang bertamu di saat keluarga raja sedang makan, tapi aku cukup terdiam setelah melihat sosoknya yang tampan dengan rambut berwarna pirang dan warna matanya yang biru berkilau. Apa mungkin dia seorang pangeran yang akan di nikahkan denganku?
Ellis sedikit menggelengkan kepalanya, dia sungguh merinding ketika membayangkan bahwa itu adalah sebuah kebenaran.
"Senang bisa melihatmu di pagi yang cerah ini," ucap raja Daluchas. Aku menoleh ke arah ayah dan menatapnya sesaat lalu kembali melihat ke arah pangeran. Dewa, dia kan hanya diam saja kenapa bisa bersinar seperti itu?!
"Segala keagungan dan berkat bersama dengan matahari Lacrocus," ucapnya dengan lembut. Dia menegakan tubuhnya dan tersenyum dengan sangat hangat. "Maaf kehadiran saya sudah mengganggu di jam makan yang mulia agung, saya datang atas perintah yang mulia," ucap lelaki bernama Vercus itu sembari menunduk memberi hormat. Dia lumayan sopan?
Iris mata Ellis kini terus tertuju pada sosok Vercus, seolah dia tengah memberi penilaian untuk calon suaminya.
"Tidak apa-apa, kebetulan aku sedang bersama putriku," ucap raja Daluchas. Mendengar ayah menyebutku, aku refleks berdiri perlahan dari kursi ku dan memberi hormat selayaknya tuan putri sembari memperkenalkan diri. "Senang bertemu dengan anda, saya Ellisicalla Zetana De Lacrocus."
Aku sudah cukup anggun, kan?!
"Pangeran silahkan duduk dan makanlah bersama dengan kami," ucap ratu. Pangeran itu tersenyum menandakan dia akan melakukan apa yang dikatakan oleh ibuku.
Di saat kami sudah kembali duduk di kursi, ayah mengatakan untuk melanjutkan makan terlebih dahulu, tapi kali ini aku makan tidak selahap tadi. Aku tidak tahu apakah pangeran ini adalah orang yang akan aku nikahi atau bukan, tapi yang jelas sekarang aku ingin terlihat seperti seorang putri di depan tamunya, bukan seorang putri di depan ayah dan ibunya seperti tadi.
"Dilihat secara langsung, anda sangat tampan sekali," ucap ratu Daisylia sambil tersenyum.
"Terimakasih atas pujiannya yang mulia, saya sangat tersanjung," ucapnya sembari menaruh tangan di atas dada kirinya seolah dia berterimakasih dengan amat sangat. Aku terkejut ketika sorot matanya mengarah padaku. "Putri anda juga sangat cantik sekali, persis seperti yang mulia ratu," sambungnya. Ah, kurasa pipiku sudah memerah sekarang, apa-apaan sih dia ini? kenapa tidak bilang ibuku saja yang cantik, kan ibuku yang barusan memujinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Live [神からの祝福]
RomanceKehidupan yang dijalani Ellis begitu menyakitkan hingga rasanya dia tidak ingin hidup. Berapa kalipun gadis mungil itu meminta kepada dewa agar kehidupannya diberkahi dengan kebaikan, tetapi dewa yang dia percayai tidak pernah mengabulkan pintanya...