🤕Part 25😲

126 15 1
                                    

Pintu ruang makan terbuka, sosok Nuhai dan Gita bersama Saidan dan Saidar melangkah bersama memasuki ruangan membuat para lelaki yang sudah menunggu menatap mereka.

"Kok lama banget, sih," gerutu Sayhan manja pada istrinya.

Nuhai membantu anak-anaknya duduk di samping ayah mereka, baru setelah itu ia mendaratkan bokongnya di atas kursi. Sayhan dan Nuhai harus duduk agak berjauhan karena ada anak-anak di tengah-tengah mereka.

"Aku sama mamah mandiin Saidan dan Saidar dulu biar nanti setelah makan mereka bisa langsung tidur."

Gita sendiri mengambil tempat duduk di dekat suaminya satu berjejeran dengan sahabat-sahabatnya Sayhan.

"Halo Nuhai, apa kabar? Kita ketemu lagi." Adi yang lebih dulu menyapa.

"Ah." Nuhai akhirnya menatap ke arah para tamu di sebrangnya satu persatu yang juga sedang menatap dirinya sambil memasang senyum ramah.

Melihat mereka membuat rasa familiar timbul di pikirannya. Sepertinya dulu Sayhan pasti memperkenalkan teman-temannya itu padaku. Tapi, aku sudah tidak mengingat nama-nama mereka lagi.

"Apakah kalian membawa mainan untuk kami?" Suara riang Saidar membuat ibunya kembali tersadar dari lamunan sesaatnya.

"Bocah ini taunya hanya mainan saja." Yono menanggapi dengan senyum jenaka di wajahnya. "Sayang sekali, kami tidak membawakan apa-apa, maaf ya tuan muda."

"Yaaahhh..." Saidar tampak kecewa. "Kalo gitu jangan datang jika tidak membawa mainan."

"Saidar." Mendengar itu, Nuhai langsung menegur memberi tatapan peringatan pada anak bungsunya.

"Tidak apa-apa, Nu. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Like son like father," kata Andre.

"Berisik lu," balas Sayhan sengit.

"Apakah para om akan menginap?" tanya Saidan polos.

"Kedengarannya ide yang-"

"Tidak. Mereka nanti akan pulang pas sudah selesai makan sampai kenyang." Belum selesai Gilang berbicara, Sayhan sudah langsung memotongnya.

"Aduh aduh.. tuan rumah di sini ramah sekali," cibir Yono didukung tertawaan dari Andre, Adi, dan Gilang.

Nuhai menatap ibu dan ayah mertuanya yang bersikap santai saja melihat interaksi Sayhan bersama teman-temannya seperti itu sudah hal lumrah mereka berdua lihat. Sedangkan ia yang dilanda amnesia sedikit khawatir dengan sikap kasar Sayhan terhadap teman-temannya sendiri, bagaimana kalau mereka tersinggung dan berujung keributan.

"Ayo kita makan," ujar Zafyan mengajak yang lainnya.

Berbagai hidangan menu makan malam hari ini sudah tertata rapi di atas meja yang memanjang itu.

Nuhai mengambilkan makanan untuk anak-anaknya terlebih dahulu dan menanyakan lauk apa yang mau mereka makan.

"Aku mau ayam bakar, Bunda," pinta Saidar.

"Aku mau udang," ucap Saidan.

"Iya, bunda kupasin dulu ya udang-udangnya."

Setelah itu, melihat anak-anaknya makan dengan begitu lahap, Nuhai mulai mengambil makanan untuk dirinya sendiri.

"Kamu gak mau nyiapin makanan buat aku?"

Suara manja Sayhan kembali terdengar membuat gerakan tangan Nuhai yang sedang mengambil nasi jadi terhenti. Lelaki itu cemberut memandang istrinya.

"Yeuh.. ambil sendiri napa, manja banget. Punya tangan masih pada sehat juga." Bukan Nuhai yang mengatakannya, tapi Yono lah pelakunya.

"Diem lu, atau sop kuah panas ini gua lemparin ke mula lo."

Mendadak Lupa IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang