20 Februari, 2012
"Bro, selamat ulang tahun, ya. Sori, gue telat 15 hari, hehehehe."
Samudera kecil yang baru saja duduk di bangku miliknya juga orang disebelahnya hanya berdecak pelan. "Ngomong lo, Cen, Cen. Udah telat banget itu, gila." katanya. Dia terdiam sebentar, kemudian menggumam pelan, "Lagipula, orangtua gue juga nggak ada yang ucapin. Boro-boro dirayain, hahaha."
Orang yang dipanggil Cendana itu hanya tersenyum masam, ia menepuk pelan pundak tegar milik sahabatnya itu. "Gaperlu sedih, Bro. Rumah gue selalu terbuka buat lo, gue udah persiapin beberapa buat ultah lo yang ke-14 tahun ini. Mau gak? Mama sama Papa udah nungguin lo dateng kerumah lagi, tapi lo gak dateng-dateng. Bukannya marah-marah ke lo, ini malah marah-marahnya ke gue." ucap Cendana, kesal. "'Samudera mana? Kok kamu gak ajak dia kerumah?', 'Sam kenapa jarang kamu ajak kerumah? Mama pengen main sama dia.', 'Cena, kalau Sam ulangtahun, ajak dia kesini.' eh, tapi lo-nya nggak mau gue ajak. Ckckck, lo harus kerumah malam ini, Sam. Atau gak, gue lagi-gue lagi yang jadi sasaran bonyok gue."
Samudera terkekeh pelan, ia menepuk balik pundak sahabatnya itu. "Ya... sorry. Lo tahu sendiri, gue harus belajar buat dapetin ulangan yang bagus, nanti." Cendana terdiam, dia menatap manik milik Samudera dengan dalam.
"Dih, ngapain lo liatin gue begitu? Naksir, lo, sama gue? Nggak dulu, deh, Cen. Gue lagi naksir sama Taeyeon SNSD, nih. Gue juga masih normal, lo jauh-jauh aja dah sana. Syuh, syuh,"
Mata legam milik Cendana yang tadinya menatap dalam netra Samudera, langsung mengubahnya menjadi tatapan tajam. "Anjing lo, gue lagi prihatin juga."
"Dih? Tumben punya hati."
"Sam, lama-lama lo gue lempar juga, ya. Asli, ngeselin banget."
Samudera tertawa, tertawa dengan tulus tanpa adanya kepalsuan disana. Cendana yang tadinya pura-pura kesal langsung tersenyum tipis, bahkan dirinya tidak menyadari itu. Cendana senang, ia senang karena membuat Samudera bisa tertawa terbahak-bahak seperti ini. Cendana juga senang, dia bisa menjadi salah satu teman orang yang rapuh saat ini. Dibalik bahu yang tegap dan kuat, terdapat kesedihan dibaliknya. Samudera rapuh, dan Cendana tahu itu.
*****
Samudera kini sedang berjalan pulang dari sekolah. Ia yang biasanya sering diantar-jemput oleh sopir Cendana, sekarang sedang berjalan di gang yang bisa tergolong sepi. Rumahnya dan sekolahnya bisa terbilang jauh jaraknya, dan gang ini juga bisa jadi jalan tikus yang biasanya siswa-siswi pakai.
Sejujurnya, Samudera baru pertama kali melewati gang ini. Hal yang ia rasakan pertama kali adalah; sepi, suram, gelap, dan juga menyeramkan. Tidak banyak orang-orang yang berlalu-lalang di gang ini. Dan ini juga salah satu alasan bulukuduk Samudera berdiri.
Samudera merasakan bahwa ada beberapa orang sedang mengikutinya dari belakang. Bagaimana Samudera bisa tahu, karena ada bayangan seseorang yang sedang mengikuti dirinya. Samudera meneguk ludah, ia sedari tadi melihat bayangan itu. Seorang laki-laki yang berbadan besar, mempunyai badan yang tegap, dan seperti... mata-mata. Samudera tidak bodoh dalam hal seperti ini. Ia sering menonton film action dikamarnya jika tidak ada siapa-siapa dirumahnya.
Samudera berjalan lebih cepat, dan benar saja, laki-laki yang berada dalam bayangan itu mengikuti gerak-gerik dirinya juga. Semakin cepat, semakin cepat, sehingga dirinya merasakan bahwa kepalanya pusing. Matanya memburam, juga lama-lama menggelap.
Samudera meringis pelan, "Jangan sekarang... jangan sekarang..." gumamnya dalam hati. Dia lagi-lagi mempercepat langkah, tanpa dirinya sadari, dia sudah melewati gang dan sudah berada di jalanan yang penuh dengan kendaraan. Karena matanya yang hampir gelap, Samudera tidak menyadari itu. Dia berjalan, tanpa mendengar klakson dari sebelah kanan juga sebelah kirinya. Sampai pada akhirnya...
BRUK!
Dia tertabrak mobil berwarna hitam. Mobil itu tanpa ada rasanya bersalah, langsung pergi begitu saja. Tubuh Samudera terpental jauh, badannya serasa remuk saat itu juga. Samudera mengigit bibirnya, menahan rasa sakit yang menjalar ditubuhnya. Darah bercucuran dari arah kepala, hidung, bahkan dari perut juga keluar. Samudera lebih mengeraskan gigitannya sampai bibirnya keluar darah, dan tidak sampai satu menit, Samudera pingsan ditempat.
*****
Gimana sama prolog barunya? Suka, nggak? Atau aneh? Wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta dan Samudera [HIATUS]
Teen FictionAngst Series #1 "Sam, dunia itu bergerak, dan juga berputar. Nggak berada di titik yang sama, begitu pula kehidupan. Hidup nggak selalu diatas, maka dari itu, bersyukur saat dimana lo masih diberikan napas dan dikasih kesenangan sama yang diatas. Lo...