Happy reading...
"Gimana perasaan lo? Udah enakan? Kepala Lo masih pusing? Jantung Lo masih nyeri?" Dari pertanyaan-pertanyaan Aura barusan, tidak ada satupun jawaban yang ia dapati dari seorang Airin.
"Airin!" Yang di panggil pun hanya menoleh sinis ke arah Aura.
"AIRIN! kalau orang bertanya tuh di jawab, bukan di diemin!" Dan nampaknya gadis itu masih bodoamat.
"Gue mau pulang!" Lagi-lagi Aura di buat pusing olehnya.
"Bisa nggak sih Lo dengerin gue sekali aja? Please lah Rin, lo masih sakit. Lo itu harus banyak istirahat biar cepat pulih, gue nggak mau Lo Sampai ke....."
"Gue! Baik-baik saja Aura!!" Belum sempat Aura menyelesaikan perkataannya. Airin dengan cepat memotongnya.
"So! stop worrying about me! Paham!" Tekannya.
"T-tapi Rin..."
"Gue! Mau! Pulang!"
"Ada apa ini?" Tanya Viola saat memasuki ruangan ICU.
"Saya mau pulang." Jelasnya sekali lagi.
Viola dan Aura langsung memandang satu sama lain, mereka binggung harus bagaimana, Secara kondisi Airin masih belum stabil. Tapi, kalau mereka memaksa gadis itu, yang ada kondisinya semakin memburuk.
"Sayang. Kondisi kamu belum memungkinkan untuk balik ke rumah. Jadi, Tante harap kamu mau yah nginap sehari aja di sini."
Viola berharap gadis itu mengerti dengan kondisi nya sekarang. Tapi, seperti nya harapan Viola sudah tidak ada saat melihat tatapan Airin yang tidak bersahabat. Ia beralih menatap gadis sulungnya Itu, menyakinkan dia bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Okay sayang. Kalau gitu, Tante urus pembayarannya dulu yah sama sekalian ambilin obat buat kamu." Akhirnya Viona pun pasrah, ia tidak mau memaksa apa yang memang gadis itu tidak inginkan.
"Aura sayang. Kamu bantu beres-beresin yah, nanti mama telfonin mang Udin untuk jemput kita. Kalau mang Udin udah tiba, langsung kabari mama yah."
"Iya mah, pasti di kabarin kok."
"Yasudah, kalau gitu mama keluar yah" Aura pun menggangguk sembari tersenyum manis,lalu beralih menatap gadis yang sudah berdiri tegap beserta alat infus yang sudah terlepas dari tangannya.
"Astaga Airin!"
"Apasih!"
"Infusnya jangan di lepas Hana! Lo terbuat dari apa sih, kuat amat." Kesabaran Aura terhadap gadis itu sudah mulai menipis, secara Airin anaknya sangat keras kepala.
"AIRIN! NAMA GUE AIRIN! BUKAN HANA!"
"Airin sama Hana itu sama aja! Sama-sama nama Lo juga." Nampaknya Aura belum menyadari letak kesalahannya barusan ada di mana.
"Lo lupa bangsat?!" Perkataan Airin barusan seketika membuat Aura tersadar dengan ucapannya.
"Ma-maafin gue Rin. Gue nggak sadar tadi, gue nggak ada niatan mau ngingetin Lo Lagi."
"Thank you Aura!"
📌📌📌
Saat ini jam menunjukkan pukul 19.15, tetapi masih belum ada tanda-tanda kedatangan dari seseorang yang mereka tunggu sedari sore tadi, mereka juga tidak mendapatkan kabar apapun dari Aura.
"Mereka nginab di sana yah bi?" Tanya Rara yang tengah berdiri di ambang pintu dapur sembari memandangi pintu depan.
"Bibi kurang tau juga non Rara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
أدب المراهقين"hidup memang lah rumit. Yang harus kita lakukan adalah jalani semampu kita. kehidupan masing-masing manusia bukan lah manusia lain yang pegang, tetapi diri kamu sendiri. Serumit apapun kehidupan jangan mundur karena itu sudah bersifat takdir" -Air...