XIII

381 42 14
                                    

-Happy reading-

-Maaf typo bertebaran




Seminggu kemudian.


Jiwoo terbangun karna alarm yang berbunyi, gadis itu menoleh ke ranjang sebelah tempat Mujin tertidur. Pria itu masih tertidur walau suara alarm Jiwoo yang cukup keras, mungkin Mujin kecapean pikir Jiwoo. Beberapa hari ini Mujin memang cukup sibuk dan beberapa hari ini juga pria itu pulang larut malam, bagaimana Jiwoo tau? Karna Mujin sendiri yang meminta Jiwoo untuk tidur bersamanya. Kalau Mujin bilang, Jiwoo adalah semangatnya.

Jiwoo mengikat rambutnya yang mulai memanjang, sebelum membuat sarapan Jiwoo terlebih dahulu mengecup pipi Mujin. Jiwoo mengambil beberapa bahan makanan, gadis itu akan memasak makanan yang sumpel. Jiwoo mengocok dua butir telur di tambah dengan daun bawang, lalu memasukan telur tersebut ke dalam wajan dengan minyak yang panas. Sambil menunggu Jiwoo mengambil Kimchi, Kumchi lobak dan rumput laut.

Jiwoo menyusun makanan tersebut ke meja makan, setelah selesai gadis itu beriap untuk mandi. Setelah 20 menit, Jiwoo sudah selesai dengan ritualnya. Jam sudah menunjukan pukul 07.00 pagi, Jiwoo harus membangunkan Mujin karna ada pertemuan penting yang harus Mujin hadiri.

Jiwoo duduk di tepi ranjang, mengelus rambut Mujin yang berantakan.

"Choi Mujin, bangun"

Mujin tidak menyaut, pria itu masih tenang dalam tidurnya. Jiwoo menghelang nafas, Mujin pasti sangat lelah. Jiwoo memegang rahang Mujin, mengelusnya dengan lembut.

"Sayang, bangunlah. Kau akan telat nanti"

Mujin masih tertidur, tidak ada cara lain. Jiwoo mulai mencium seluruh wajah Mujin, dari dahi, mata, hidung, pipi dan mulut berulang ulang kali hingga pria itu terganggu karna merasa geli.

"Geli, Jiwoo-ya" ucap Mujin dengan kedua mata yang masih tertutup.

"Bangunlah, sudah jam setengah tujuh lewat. Kau akan pergi jam delapan bukan?"

Mujin tertidur kembali, Jiwoo memencet hidung Mujin hingga pria itu tidak bisa bernafas.

"Lepaskan" Mujin menyingkirkan tangan Jiwoo dari hidungnya.

"Kau gila? Ingin aku cepat mati?" omel Mujin yang sudah bangun sepenuhnya.

Jiwoo berkekeh,

"Maafkan aku, habisnya kau tidak bangun. Jadi aku terpaksa melakukan itu padamu, hehe maaf"

Mujin memutar bola matanya malas, pria itu perlahan bangkit lalu menuju kamar mandi. Jiwoo hanya menggeleng melihat tingkah Mujin, gadis itu mmenyiapkan kemaja serta jas Mujin yang akan di pakai hari ini, menarunya di atas kasur.

"Pakaianmu sudah aku siapkan, jika sudah selesai keluarlah. Aku sudah memasakanmu sarapan" teriak Jiwoo dari luar.

"Arasseo" balas Mujin dari kamar mandi.

Setelah 20 menit, Mujin keluar menuju meja makan dengan stelan jas lengkap. Pria itu berjalan lalu duduk di kursi, Jiwoo menuangkan air putih di gelas Mujin.

"Kau tidak sarapan?" tanya Mujin.

"Tidak, aku harus ke kepolisian. Aku ingin mencari bukti lagi" jawab Jiwoo.

Mujin terdiam sejenak "Baiklah, hati-hati"

Jiwoo mengambil jaket kulitnya di pinggir kursi, lalu mengecup kedua pipi Mujin.

"Aku pergi" pamit Jiwoo.

Sepeninggalan Jiwoo, Mujin mengambil ponsel di atas meja lalu menelfon seseorang.

Choice [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang