III

469 53 3
                                    

-Happy reading-

[ lima tahun yang lalu]

Hari ini dimana hari yang di nanti-nantikan calon organisasi Dongcheon. Siapa yang bisa bertahan sampai akhir dia akan resmi menjadi anggota organisasi.

Ini yang di tunggu-tunggu oleh Do Gangjae, ia sudah percaya diri akan menang. Tapi dunia tidak berpihak padanya, ia di kalahkan oleh seorang perempuan yaitu Yoon Jiwoo. Gangjae sangat kesal dan ingin balas demdam terhadap Jiwoo, malamnya sehabis Gangjae terbangun dari pingsanya ia diam-diam menaru narkoba kedalam botol minum Jiwoo ketika jiwoo habis mandi.

Jiwoo meminum-minuman itu dua kali tegukan. Perlahan lahan palanya mulai pusing dan pandanganya mulai kabur. Ini kesempatan emas untuk Gangjae, ia memasuki kamar Jiwoo berusaha untuk melecehkan dan membunuh Jiwoo. Untungnya kesadaran Jiwoo masih ada sedikit, ia melawan Gangjae, begitupun sebaliknya. Terjadilah perkelahian disana, mereka memakai benda apa saja yang di dekatnya untuk melawan satu sama lain.

Mereka sudah terluka satu sama lain, ketika Gangjae lengah Jiwoo berusaha untuk keluar dari sana. Tapi setengah jalan ia terjatuh, Gangjae mengambil palu dan menghampiri Jiwoo dengan kaki yang pincang.

"Kau tidak akan bisa kabur dariku, jalang" Gangjae semakin mendekat.

"Gangjae, berhenti" suara Taeju menghentikan Gangjae.

"Kenapa? Kanapa aku harus berhenti? Setelah harga diriku diinjak oleh jalang ini!"

Karna keributan mereka berhasil memancing seluruh calon anggota. Salah satu dari mereka melaporkan hal ini pada Mujin.

Mujin menelfon Taeju untuk membawa Gangjae kehadapanya.

"Apa yang kau lakukan? Aku membawanya sendiri kesana, seharusnya kau tidak mengusiknya" Mujin memegang satu pisau ditanganya.

"Aku.. Aku hanya memberinya pelajaran. Itu saja" bela Gangjae.

"Pertandingan ini murni dan adil, jika kau kalah seharusnya kau menerimanya dan mencobanya lagi tahun depan, bukan begitu?"

"Maafkan aku Pak Choi, aku salah. Aku tidak akan mengulanginya lagi" mohon Gangjae.

Mujin tidak peduli "Sudah terlambat, kau sudah menyentuh milikku. Sekarang pilih, pala, tangan, atau kaki?" Mujin memainkan pisau yang berada di genggamanya.

"Maafkan aku, maafkan aku"

"Jika begitu biar aku yang memilih"

Mujin Menyayat pipi kanan Gangjae, membuat darah segar mengalir banyak dari sana.

"AAAAAAA" gangjae teriak kesakitan.

Sejak itu Taeju memberitahu calon anggota organisasi bahwa Gangjae sudah mati dan dikeluarkan dari organisasi.

[Flasback off]

---

Jiwoo memberhentikan laju motornya di pinggir pantai, lalu menghampiri Mujin yang sedang menunggunya.

"Kau datang terlambat" ucap Mujin tanpa menoleh ke arah Jiwoo.

"Maaf, ada urusan sebentar"

Mujin menatap Jiwoo, dirinya sedikit terkejut menihat perban di dahi Jiwoo "Ada apa dengan dahimu?" tanya Mujin.

Jiwoo memegang perban tersebut "Ini? Hanya luka kecil"

"Berhenti menyakiti dirimu sendiri, Jiwoo-ya"

"Aku bisa urus diriku sendiri" Jiwoo memberikan Tumbler pada Mujin "Minum ini"

Mujin tersenyum, ia mengambil Tumbler tersebut "Apa ini?" Mujin membuka tutup Tumbler tersebut.

"Teh Chamomile. Itu baik untuk insomnia, ku dengar kau susah tidur"

Mujin meminum teh tersebut, tapi raut mukanya sangat tidak bersahabat. Rasanya sangat tidak enak di mulut Mujin tapi pria itu tetap memaksakan untuk menelanya.

"Ini sangat tidak enak, rasanya seperti rias muka" ucap Mujin masih dengan muka tidak bersahabat.

Jiwo hanya tersenyum tipis melihat tingkah Mujin.

"Do Gangjae" ucap Jiwoo membuat Mujin terdiam "Apa yang kau lakukan padanya 5 tahun lalu?" Jiwoo menatap Mujin yang sedang mencari alasan untuk menjawab pertaanyaan Jiwoo.

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, Jiwoo"

"Apa kau menyayat pipi kanan Gangjae?" Mujin menatap Jiwoo tidak percaya, bagaimana wanita ini bisa tau? Kejadian itu hanya ia dan Taeju yang mengetahuinya.

"Bagaimana, kau tau?" tanya Mujin.

"Tadi siang Gangjae menemuiku, katanya ada urusan yang harus ia selesaikan denganku. Aku berfikir mungkin dia akan menemuimu juga, aku harap kau hati-hati dan waspada. Jangan sampai terluka" Jiwoo tidak ingin melihat Mujin terluka, entahlah perasaan apa ini. Yang pasti Jiwoo tidak ingin Mujin terluka.

"Apa kau terluka karna Gangjae?"

Jiwoo menatap Mujin sebentar sebelum ia mengangguk. Tatapan Mujin menjadi sedikit khawatir dengan Jiwoo "Apa ada lagi yang terluka? Perluku antar kau ke rumah sakit?" tanya Mujin sedikit panik

"Ck, kau jangan berlebih. Aku bisa menjaga dan melindungi diriku sendiri"

"Jangan lakukan apapun dan diam. Aku akan mengurusnya, mengerti?" Jiwoo mengangguk paham.

"Sudah ada kemajuan tentang siapa pembunuh ayahmu?"

Jiwoo mengangguk ragu "Entahlah, aku masih harus memastikanya"

Mejin mengambil seauatu dari saku jaket dan memberikanya apa Jiwoo.

"Ini pisauku, bunuh dia dengan ini jika kau sudah menemukanya" jiwoo membuka sarung pisau tersebut. Pisau yang terlihat bersih dan tajam.

"Terima kasih banyak, Choi Mujin" ucap Jiwoo sedikit tersenyum.

Mujin menggeleng "Jangan ucapkan terima kasih padaku, pastikan kau menemukanya"

Jiwoo mengangguk "Akanku usahakan"

Mujin mengangkat Tumbler pemberian Jiwoo "Terima kasih untuk tehnya, walaupun rasanya tidak enak aku tatap menghargai perhatianmu"

Mereka pun terdiam melihat laut dalam keadaan gelap sambil menikmati angin yang sangat kencang


----

Sampai sini dulu ya
Jangan lupa vote dan komen
See u

Choice [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang