XV

271 39 11
                                    

-Happy reading-

Pagi ini, Jiwoo keluar dari rumah lamanya. Wanita ingin ke toko serba untuk membeli makanan. Di rasa situasinya cukup aman, Jiwoo berjalan dengan topi dan masker yang menutupi wajah cantiknya.

Sesampainya di toko serba, Jiwoo mengambil beberapa Gimbap, dan ramyeon serta beberapa roti. Setelah selesai, Jiwoo langsung kembali ke rumah lamanya.

Apakah Jiwoo sudah melupakan semua kelakuan Mujin pada Appa Jiwoo? Tentu saja tidak. Jiwoo akan membalaskan dendamnya yang Ia tahan selama 5 tahun ini, nanti malam. Jiwoo akan mempersiapkan kekuatan dan energi untuk membunuh Mujin dengan tanganya sendiri.

Rasa cinta? Rasa sayang? Rasa percaya? Apa pentingnya semua itu saat ini. Semua itu sudah lenyap dalam sekejap di benak Jiwoo.

Jiwoo memundurkan langkahnya ketika melihat Pildo dan detektif yang lainya berada di depan rumah lama Jiwoo. Wanita itu menjatuhkan plastik belanjaanya hingga menimbulkan suara yang memancing Pildo dan yang lain.

"Aish"

Jiwoo berlari. Pildo dan yang lain ikut lari mengejar Jiwoo.

"Kya, Yoon Jiwoo. Berhenti kau bajingan," teriak Pildo terus berlari mengejar Jiwoo.

Darimana Pildo tau nama asli Jiwoo? Tentu saja dari Cha Giho. Pildo menemukan surat di dalam dompet Cha Giho yang pria itu tulis sebelum ajal menyemput. Walaupun Cha Giho berpesan untuk tidak mencelakai Jiwoo, namun Pildo tidak akan membiarkan Jiwoo begitu saja. Bagaimana pun juga, Jiwoo harus membayar semua kejahatan yang telah wanita itu lakukan.

Jalan bercabang menjadi 3 bagian, Jiwoo memilih belok kiri. Pildo dan yang lain berhenti sejenak, mereka memilih berpencar.

"Hyeong, kau ke kanan. Kau detektif Ko lurus, aku ke kiri" printah Pildo.

Pildo berlari sekuat tenaga mengejar Jiwoo yang berada tepat di depanya. Wanita itu berhenti mendadak ketika dirinya berada di ujung jurang laut yang tinggi.

"Kau tidak akan bisa lari, Yoon Jiwoo." Pildo menyeringai dengan nafas yang ngos-ngosan.

"Serahkan dirimu." lanjut Pildo.

"Aku tidak bisa, ada urusan yang harus aku Selesaikan"

"Sudah cukup untuk bermain-main Yoon Jiwoo, kali ini aku tidak akan membiarkanmu lolos."

Pildo mengeluarkan pistolnya lalu mengarahkanya pada Jiwoo,

"Serahkan dirimu, cepat!"

Jiwoo menggeleng lemah, wanita itu juga mengeluarkan pisaunya dari saku jaket.

Dor!

Pildo menembakan peluru udara, memperingati Jiwoo bahwa dirinya tidak main-main sekarang.

"Sayangnya aku tidak bisa"

"Kalau begitu, terima kematianmu."

Pildo ingin menembak Jiwoo, namun dengan cepat Jiwoo menendang lengan Pildo hingga pistol itu terlempar cukup jauh.

Choice [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang