II

543 58 2
                                    

Happy reading

Seorang pria berjalan di area Bar "Kenapa tuhan menciptakan narkoba?" ucapnya sambil melihat orang-orang yang sedang meminum wiski bercampur narkoba. 

"Kau pikir bagian bawah kotak pandora berisi harapan?"

"Tidak. Isinya narkoba"

"Perang, kematian, kemiskinan, penyakit"

"Kenapa berusaha menghindari semua itu jika bisa melupakanya?"

Pria tersebut mengambil narkoba bewarna hitam berbentuk bulat kecil yang sudah tersimpan rapih di dalam botol.

"Saat kau memasukan ini ke mulutmu, ketakutanmu akan hilang dan kau akan menjadi pahlawan super"

Ia mengambil 1 butir narkoba tersebut lalu memasukanya ke dalam gelas yang berisi wiski.

"Tak akan ada jejak apapun didalam tubuh"

"Ini hadiah dari Tuhan"

Beberapa orang yang mendengar ucapan pria tersebut mengangguk setuju "Penawaran menarik" ucap salah satu yang berada disana "Namum, Choi Mujin tidak akan tinggal diam"

"Saat ini populitas sabu-sabu sudah berakhir" pria tersebut meminum wiski yang sudah di campur narkoba tadi.

Pria itu berbalik, menampakan wajahnya. Leher dan tangan yang di penuhi tato dan juga terdapat luka sayatan di pipi kanan yang membekas.

"Sebaiknya kau siapkan jas hitam, sebentar lagi akan ada pemakaman" ucapnya dengan senyum yang seram.

---

"Manggo di tangkap" ucap Jiwoo pada Mujin.

Jiwoo dan Mujin sedang menelefon dengan keadaan Jiwoo yang sedang menyetir menuju apartemen.

Tadi siang Jiwoo, Pildo dan Detektif yang lain datang ke tempat perjudian Manggo. Jiwoo dan Pildo mencari narkoba jenis baru disana lalu menangkap Manggo.

"Darimana dia mendapatkanya?" tanya Mujin. Ia meminum wiski dan menghisap rokok yang hampir habis.

"Belum diketahui, aku akan mencari tahu"

"Baiklah"

Sambungan pun berakhir. Mujin memanggil Tae Ju untuk datang ke ruanganya.

Tidak lama Jae Ju datang dan menghampiri Mujin "Ku dengar ada narkoba jenis baru?" tanya Mujin pada Tae Ju.

"Ya, pak. Ada rumor seperti itu" balas Tae Ju.

"Kita tidak bisa melakukan distribusi selama tiga pekan karna Pak Bae, apakah bandar baru muncul selama waktu itu?"

"Akan segera kucari tahu"

"Tidak perlu" tolak Mujin "Jiwoo yang akan mencari tahu"

Tae Ju hanya terdiam lalu meninggalkan ruangan.

---

Keesokan harinya Jiwoo menjalankan mobilnya menuju kepolisian metropolitan inchang. Ketika di perjalanan sebuah mobil van berwarna hitam melaju ugal ugalan membuat Jiwoo hampir menabrak.

"Ada apa dengan bajingan ini? Apa dia mau mati?" Jiwoo menambah kecepatan, beruntung jalanan tidak begitu ramai.

Mobil tersebut terus mengikuti Jiwoo, ia bahkan memepetkan mobil yang ia kendarai dengan mobil Jiwoo.

Hingga mobil tersebut berhenti di depan mobil Jiwoo otomati Jiwoo memberhentikan mobil. Jiwoo keluar dari dalam mobil menghampiri mobil van tersebut.

"Apa kau gila? Bisa menyetir tidak?" omel Jiwoo.

Pintu mobil van terbuka, keluarlah 6 orang pria dengan wajah yang di tutup oleh masker. Dari keenam orang itu Jiwoo mengenali satu orang, ia adalah Do Gangjae. Orang yang paling Jiwoo benci, seketika ingatan 5 tahun lang lalu di mana ia hampir di perkosa dan di bunuh oleh Gangjae.

"Hai. akhirnya kita ketemu lagi, jalang" Gangjae memegang sebuah kayu di tangan kiri.

"Do Gangjae"

"Ya, ini aku. Kenapa? Tidak menyangka aku masih hidup?" gangjae tertawa "Aku harus menyelesaikan masalah kita yang belum selesai, jalang"

"Serang dia" perintah Gangjae. 5 orang tersebut berlari ke arah Jiwoo dan menyerang Jiwoo habis habisan.

Jiwoo melawan mereka, mau tidak mau. Jiwoo menonjok, menendang hingga mempatahkan tangan mereka, sesekali Jiwoo juga kena pukul membuat sudut bibir wanita itu mengeluarkan darah dan juga pelipis wanita itu.

Anak buah Gangjae tergeletak tidak berdaya, kali ini Gangjae yang maju melawan Jiwoo.

"Mati kau, jalang" Gangjae mengeluarkan pisau lipat dari saku jaket dan menghajar Jiwoo.

Jiwoo melayangkan pukulan kemuka Gangjae tapi di tepih oleh pria itu. Gangjae juga terus menyerang Jiwoo dengan pisau. Pisau tersebut hampir mengenai leher Jiwoo, tapi untungnya Jiwoo bisa menghindar.

Tapi lagi lagi pisau tersebut mengenai tangan Jiwoo, membuat darah segar keluar dari sana. Jiwoo meringis pelan, rasa perih menyerang tubuhnya.

"Kau tidak berubah, masih tidak kenal takut. Tapi kali ini aku akan membuatmu merasakan takut yang menyiksa"

Jiwoo mencengkram tangan kiri dengan kencang, memberhentikan darah untuk tidak mengalir.

"Rasakan ini" Gangjae mengarahkan pisau tersebut ke arah uluh hati Jiwoo.

Dor!

Suara tembakan menghentikan Gangjae "Jangan bergerak"

Jiwoo menatap orang tersebut "Pildo?"

"Kau baik-baik saja, Dektetif Oh" tanya Pildo, ia masih mengarahkan pistol pada Gangjae.

"Kau seorang Dektetif sekarang? Wahh, luarr biasaa" Gangjae menepukan dua tanganya.

Tiba tiba datanglah mobil polisi, ia adalah Dektetif Ko dan yang lainya.

"Sial" umpat Gangjae. Ia kembali masuk kedalam mobil dan pergi menjauh dari Pildo dan Jiwoo.

"Kau baik-baik saja Dektetif Oh?" tanya Dektetif Ko.

"Ya, aku baik baik saja"

"Sepertinya kau harus ke rumah sakit, aku akan mengantarkanmu" tawar Pildo.

"Kalau begitu, kalian berdua cepat pergi"

Pildo mengangguk lalu menjalankan mobil menuju rumah sakit.

----

Sampai sini dulu ya
Jangan lupa vote dan komen
See u

Choice [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang