XII

376 52 12
                                    

-Happy reading-


10.05 KST

Seperti biasa Jiwoo melangkahkan kakinya menuju sarsan narkoba, Ia memutuskan untuk menuruti kata Mujin yaitu jangan ceroboh.

"Kopral Oh"

Panggil seseorang menghentikan langkah Jiwoo, gadis itu menoleh ke belakang. Jiwoo segera membungkukan badan ketika melihat Cha Giho disana.

"Selamat pagi kapten"

Jiwoo berusaha untuk menahan gejolak amarahnya dan bersikap seperti biasa, tanpa menampakan kejurigaan.

"Selamat pagi juga, kau ingin ke sarsan?" tanya Cha Giho sembari menghampiri Jiwoo.

"Ne, kapten"

"Kalau begitu mari jalan bersama" ajak Cha Giho.

Jiwoo berpikir sejenak, akhirnya gadis itu menyetujui berjalan bersama dengan Cha Giho.

"Tentu, mari kapten"

Mereka pun jalan bersama menuju sarsan. Keheningan menyelimuti mereka sampai Jiwoo mengeluarkan suara.

"Kenapa anda sangat ingin menangkap Choi Mujin, kapten?"

Cha Giho menatap Jiwoo sebentar.

"Aku sudah mengejarnya selama 5 tahun, Ia adalah seorang manusia yang tidak pantas untuk hidup. Karna dia aku kehilangan anggota timku" Cha Giho menghelang nafas.

"Bajingan itu membunuhnya, ketika dia ketahuan berkhianat oleh Mujin" lanjutnya.

"Jika boleh tau, siapa nama polisi itu kapten?" tanya Jiwoo semakin penasaran dengan cerita ini, bagaimana pun juga Mujin terlibat dalam kasus ini.

"Song Joonsu"

Bertepatan dengan itu, mereka sudah sampai di sarsan narkoba. Cha Giho pergi entah kemana setelah menerima sebuah panggilan. Jiwoo duduk di mejanya, Pildo dan yang lainya belum datang. Jiwoo memikirkan semua perkataan Cha Giho.

Nama itu, sepertinya Jiwoo pernah melihatnya tapi dimana? Jiwoo berusaha untuk mengingat lagi nama itu. Jiwoo mengambil selembar foto yang Ia temukan di ruangan Cha Giho, benar itu adalah nama Ayah Jiwoo. Nama itu tertempel di seragam polisi Donghoon.

Hatinya getir, lelucon apa lagi ini?? Jiwoo sama sekali tidak mengerti dengan semua ini, sial. Jiwoo kembali memasukan foto itu ke saku jaket, lalu mengirimkan pesan pada Mujin.

"Bisa kita bertemu malam ini? Aku akan ke liber nanti malam"

Tidak lama, pesan Jiwoo di balas oleh Mujin.

"Baiklah, aku akan menunggumu nanti malam"

---

22.10 KST

Pintu lift ruangan kerja Mujin terbuka, Jiwoo berjalan melewati lorong yang tidak begitu panjang yang langsung terhubung oleh pintu kayu besar bewarna hitam, ruangan Mujin.

Taeju membukakan pintu itu untuk Jiwoo, lalu menutupnya kembali ketika Jiwoo sudah masuk ke dalam ruangan. Gadis itu berdiri di belakang Mujin yang tengah menatap kota seoul dari atas hotel liber.

"Kau sudah datang?"

Mujin membalikan badanya menghadap Jiwoo, pria itu mematikan rokoknya yang sudah pendek ke dalam asbak.

"Apa yang ingin kau bicarakan padaku?"

"Apa Dongcheon pernah membunuh polisi bernama Song Joonsu? Cha Giho bilang polisi itu di bunuh saat mengawasi Dongcheon"

"Itu tidak benar, kita tidak membunuh polisi. Cha Giho sudah lama menargetkanku dan sejak dulu melewati batas, dia membujuk, menipu, dan menjebak kami, dia melakukan segala cara. Jangan tertipu" jelas Mujin.

"Apa ayah mempunyai nama lain?"

Mujin mengangguk "Song Joonsu" jawab Mujin.

"Itu nama yang Ayah kamu gunakan untuk menymar di kepolisian, dan ketahuan oleh Cha Giho."

Mujin mendekat ke arah Jiwoo, tangan Mujin terangkat dan menyentuh pipi Jiwoo, membelainya dengan lembut.

"Jangan percaya yang Cha Giho katakan, ingat tujuanmu masuk kepolisian. Karna kau sudah ketemu dengan apa yang kau cari, kejarlah. Jangan lengah atau membiarkan dia lari, kau mengerti?"

Jiwoo terdiam menatap lekat mata Mujin. Benar juga apa yang di katakan Mujin, Jiwoo sudah bertemu dengan pembunuh sang Ayah. Yang harus di lakukanya sekarang adalah fokus dan tangkap.

"Terima kasih, Mujin-sii. Kau sudah membantuku selama ini udah mencari tau siapa pembunuh Ayah"

"Donghoon sudah seperti Hyeong bagiku, sudah seharusnya aku membantumu Jiwoo-ya"

Jiwoo memeluk tubuh Mujin, membuat pria itu sedikit terkejut lalu Mujin memeluk balik Jiwoo dengan erat. Mengelus rambut hitam Jiwoo sesekali menepuk-nepuk pelan punggung Jiwoo.

Jiwoo melepaskan pelukanya dan tersenyum pada Mujin.

"Boleh aku tidur disini? Aku merindukanmu" tanya Jiwoo.

Mujin berkekeh "Tanpa kau tanya aku akan menyuruhmu untuk tidur disini"

Mujin menggendong tubuh Jiwoo ala bridal style, Jiwoo cukup terkejut dan memukul dada Mujin pelan.

"Kau mengagetkanku, Choi Mujin" omel Jiwoo.

Gadis itu memeluk leher Mujin dengan kedua tanganya, sedangkan Mujin hanya berkekeh melihat tingkah Jiwoo yang lucu di matanya.

Mujin Mendudukan tubuh Jiwoo di tepi ranjang, pria itu berjalan menuju lemari pakaian untuk mengambil baju dan celana panjang miliknya.

"Gantilah bajumu."

Jiwoo menerima pemberian pakaian dari Mujin, gadis itu bangkit dan berjalan menuju kamar mandi untuk berganti pakaian.

Setelah 10 menit akhirnya Jiwoo keluar dengan muka yang lebih segar sehabis mencici muka. Jiwoo ikut Mujin masuk ke dalam selimut, Mujin yang tengah bersandar di kepala ranjang dengan memainkan ponsel menaru ponsel tersebut ke atas nakas.

Mujin mengubah posisinya menjadi berbaring dengan lengan kiri yang di luluskan untuk menjadikan bantal untuk Jiwoo.

Jiwoo memiringkan badanya lalu memeluk Mujin, menyembunyikan wajahnya di dada bidang Mujin.

"Ah, ini sangat nyaman" gumam Jiwoo setelah menemukan posisi yang nyaman.

"Tidurlah, kau pasti sangat lelah" Mujin mengecup rambut wangi Jiwoo dan mengelusnya dengan lembut.

"Aku mencintaimu, Choi Mujin" ucap Jiwoo sebelum benar-benar masuk ke alam mimpi.

Mujin sedikit mengangkat palanya untuk melihat Jiwoo yang sudah benar-benar tertidur, pria itu tersenyum dan mengecup pelipis Jiwoo.

"Aku juga mencintaimu, Yoon Jiwoo"

Mujin pun ikut memejamkan matanya dan menyusul Jiwoo ke alam mimpi.




----

Huhuhu akhirnya up juga ya, ada yang kangen ga? Pasti ga ada:(
Sepertinya sebentar lagi akan End, engga terasa yaa.

Sampai sini dulu ya, jangan lupa vote dan komen.
See u










Choice [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang