Roommates part.2

280 41 6
                                    

"Hei! Berhenti disana!"

Sial. Zhan melihatku.

Aku memutar badan, menatap datar pemuda manis yang sedang berlari mendekat sedangkan kedua temannya hanya bisa menggeleng maklum dengan kelakuan random tuan muda itu.

"Apa?" tanyaku malas ketika tubuh Zhan sudah berdiri tegap dihadapanku.

"Bisa main golf?"

Aku mengangguk, "Kenapa?"

Senyum lebar terpatri dibibir tipis berwarna ceri milik Zhan, imut.

"Ajari aku..." pintanya memelas.

"Tidak."

"Cih, pelit." decih Zhan.

"Memang." oh, astaga Yibo perkataanmu sungguh tidak manusiawi. —aku merutuki diri sendiri.

"Kau menyebalkan." decak Zhan.

"Terima kasih."

"Suatu saat akan kubuat kau melontarkan lebih dari dua kata, camkan itu!" Zhan mendorong dadaku menggunakan telunjuknya, ia kemudian pergi melongos tanpa mengucapkan salam perpisahan.

"Bukankah katanya ia tidak mau berteman jika tidak satu kasta dengannya? Lantas, mengapa Zhan mencoba mendekatiku. Anak aneh!" gumamku, pergi dari area bermain golf.

•••••

Jika aku tidak berperikemanusiaan, lalu makhluk aneh serampangan ini dinamakan apa?!

"Zhan! Buka..." aku berusaha sekuat tenaga menggedor pintu kamar mandi, tetapi tidak ada jawaban.

"Zhanzhaaaaan..." pekikku lagi.

Hening.

Oke, baiklah nampaknya hatinya memang terbuat dari batu, mari kita bersaing siapa yang lebih keras kepala disini, aku atau dirimu tuan muda aneh.

Sebenarnya, aku sudah merasakan gelagat aneh semenjak masuk kedalam kamar mandi tadi, tidak biasanya Zhan mengizinkanku membersihkan badan terlebih dahulu, dan yaa... Instingku tidak salah.

"Menyerah saja, maka pintunya akan kubuka." teriak suara dari luar.

"Tidak." balasku santai.

"Aku sakit perut..." ringis Zhan.

"Rasakan."

"Yaaaak... Aku menyerah ayolah kau tinggal meminta maaf atau bilang sesuatu yang menyenangkanku, Iboo ayolaaaah."

Mendengar rengekkan itu sontak terbesit niat jahil di otakku. Katakanlah disini aku seorang yang pendendam dan salahnya sendiri mencari gara-gara pada tuan muda Wang.

"Iboooo..." pekik Zhan gusar.

Aku tetap diam tak bergeming.

"Yaaaak... Ini sudah malam aku tidak mungkin menumpang mandi di kamar sebelah." ringisnya.

"Tak peduli." balasku dingin, padahal jujur aku sangat ingin tertawa.

Dasar anak aneh, padahal dia yang mengunciku, tinggal buka kuncinya dari luar lalu masuk, ckck.

"Persetan! Aku masuk." mendengar ucapan datar Zhan refleks tubuhku berdiri untuk menghalangi daun pintu, sedikit pengulur waktu nampaknya asyik.

"Heeeei~" pekiknya kesal.

"Apa?"

"Menjauh!"

"Kau yang memulai." balasku datar.

"Aku salah, aku minta maaf sekarang bisa kau keluar, aku benar-benar tidak tahan, Iboo~"

"Puji aku."

Story of Us [ Slow Update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang