Chapter 16 : Penguntit

67 5 2
                                    

Bucho : Setelah ku perhatikan, tubuh mu mulai agak berubah, berbeda sejak awal kita bertemu.

Touka : Eh benarkah, aku sendiri kurang menyadarinya, tapi aku juga merasa sedikit tinggi sekarang.

Bucho : Aku tidak membicarakan tinggi badan, tapi soal otot ditubuhmu, kelihatannya sudah mulai berbentuk.

Touka : Pasti berkat latihan yang selama ini Bucho berikan.

Bucho : Sudah kubilang, latihan dariku ini akan berguna suatu saat.

Saat mereka sedang mengobrol, ada Rize datang menghampiri.

Rize : Wah kalian pagi-pagi terlihat semangat yah.

Touka : Ah, pagi Rize. Kau terlihat rapih, apakah akan pergi ke suatu tempat?

Rize : Yaa, hari ini teman-teman kampusku mengajak pergi bersama.

Touka : Oh begitukah, semoga lancar dengan rencanamu.

Rize : Iya, terima kasih.

Bucho : Hmm aku jadi kepikiran, Rize coba kau duduki Touka saat dia melakukan push up.

Touka : Eh!?

Rize : Hah, kenapa?

Bucho : Tentu saja untuk menguji seberapa besar kekuatannya sekarang.

Rize : Tapi kenapa aku?

Bucho : Ya mau siapa lagi, masa aku. Sudahlah cepat, ini tidak akan lama.

Rize pun menduduki Touka yang sudah siap pada posisi push up.

Bucho : Baiklah mulai!

Touka : 1...2...3... (Astaga dia berat sekali), 4...5.... *ambruk*. Aku...tidak...kuat lagi.

Rize : *Berdiri cepat* Ahh Touka-kun kau tidak apa-apa?

Bucho : Hmm hanya segitu ya... Atau mungkin Rize, sepertinya kau harus diet.

Rize : Ap... Oyaji no bakaaaaaaa!!! Aku membencimu *berlari meninggalkan mereka berdua*.

Bucho : Naniii!!! *terdiam membatu*.

Touka : *Berdiri menghampiri Ayah Rize* Bucho, oy... Waduh sepertinya dia kena mental.

Bucho : Tamatlah aku, sekarang Rize benar-benar membenciku.

Touka : Lagipula kenapa kau berbicara seperti itu.

Bucho : Aku hanya ingin berkata jujur.

Touka : Terkadang lebih baik diam daripada jujur dan menyakiti perasaan seseorang.

Bucho : Tch, menyebalkan mendengarnya darimu.

Touka : Ehehe.

Bucho : Lalu sekarang aku harus bagaimana, Tuan yang tau segala hal?

Touka : Kenapa malah meledek. Untuk sekarang, kenapa tidak mencoba minta maaf dengan memberi Rize hadiah.

Bucho : Boleh juga, tapi apa yang disukai oleh Rize?

Touka : Kau kan Ayahnya, harusnya kau yang lebih tau.

Bucho : Hmm, waktu kecil aku suka memberi Rize hadiah berupa replika pistol 1:1.

Touka : Jangan, jangan pernah sekali lagi memberinya hadiah semacam itu.

Bucho : Eh kenapa, dia sangat menyukainya sampai selalu membawanya kemana-mana.

Touka : Ya mungkin Rize akan menyukainya tapi tidak dengan orang-orang disekitarnya, apalagi kalau dia sampai membawanya kemana-mana.

Bucho : Kalau begitu apa kau punya ide?

A Cup Of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang