3. pregnant

77 30 10
                                    

1 Minggu berlalu setelah kejadian itu, selama itu pula Alyansa tidak keluar rumah ia hanya keluar sesekali membeli bahan makanan. Ia tidak pergi ke kampus ataupun bekerja, hari harinya ia habiskan untuk menangis dan menyemangati dirinya.
Bahkan dering telepon dari Aurora ia abaikan , Alyansa berniat mendatangi gadis itu nanti setelah kelas paginya selesai, dan yaa Alyansa  datang ke kampus hari ini.

3 hari yang lalu Alyansa memberanikan diri keluar rumah menuju tempat rentenir yang setiap saat datang mengancamnya, baik di tempat kerja bahkan di kampus sekalipun mereka tidak segan-segan mempermalukan Alyansa tujuan mendesak dirinya untuk membayar hutang yang ditinggal kan keluarga Alyansa. Alyansa memang mengansurnya tiap bulan tetapi tetap saja uang yang ia berikan tidak akan mampu melunasi hutang itu dalam waktu yang cepat. Hingga pada hari itu Alyansa menyerahkan seluruh uang yang diberikan oleh Madiana kepada para rentenir itu, mereka menggenapkan uang itu 1 Milyar terhitung dengan denda yang mereka lebih lebihkan.
Alyansa tidak menolak karena ia juga tidak ada niat akan menggunakan uang haram itu barang sedikitpun.

Hal itu membuat Alyansa tidak sanggup bertemu dengan Argaino Alyansa semakin tidak berani keluar karena merasa malu jika nanti harus bertemu dengan Argaino, ia benar-benar merasa dirinya seperti seorang 'jalang'.
Namun apa boleh buat hari ini ia harus datang ke kampus dan kembali bekerja di perusahaan pria itu. Alyansa  harus tebal muka untuk bertemu Argaino.

"Ansa lo kemana aja seminggu ini!" tanya Erlin, teman satu kelas sekaligus orang yang mengajak Alyansa bekerja di perusahaan Arga.

"Gue lagi nggak enak badan Erl!" jawab Alyansa, Erlin memperhatikannya, Erlin paham sepertinya Alyansa lagi ada masalah berat.

"Tapi setidaknya lo harus kasih tau gue, orang di kantor pada nanyain lo, tapi untung gue jawabnya lo lagi sakit!" jelas Erlin.

"Makasih ya Erlin!" ucap Alyansa sambil memeluk gadis itu dari samping.

"Enak aja lo, lo tau kerjaan lo dilimpahkan ke gue semua, pokoknya lo harus traktir gue!" balas Erlin sambil melepaskan pelukan Alyansa.

"Iya siap nanti gue traktir janji deh!" janji Alyansa, ia harus berterima kasih sama gadis itu. Karena untuk mengambil libur sakit bagi Alyansa di perusahaan itu sangat lah sulit untuk saja dia tidak dipecat kali ini.

"Yaudah gue cabut dulu!" ucap Erlin meninggalkan Alyansa sendirian dikelas yang sudah sepi itu.

Alyansa berjalan keluar, sekarang ia harus menemui Aurora, ia sangat yakin pasti gadis itu sangat mencemaskan dirinya. Namun ada sedikit keraguan karena biasanya Argaino ada disebelah Aurora.

"Hmm nanti aja deh, gue isi perut dulu!" gumam Alyansa, karena rasanya sekarang perutnya sangat lapar, padahal biasanya ia bukan tipe orang yang selalu makan pagi namun kali ini rasanya benar-benar lapar.

Ia berjalan menuju cafe yang letaknya tak jauh dari kelasnya. Langsung saja Alyansa memesan nasi goreng dan segelas air putih. Beruntung sekarang cafe nya lagi sepi.

Alyansa menegangkan nampan makanan nya, ia hendak duduk di meja yang letaknya di pojok cafe tersebut. Namun tiba-tiba ada suara melengking yang meneriaki namanya.

"Ansa!! Alyansa!!" teriak Aurora dari mejanya yang letaknya lumayan jauh dari posisi Alyansa.

'deg'
Mata elang Argaino bertemu dengan Alyansa, gadis itu terdiam membeku.

"Sini woi!" lagi lagi Aurora berteriak tidak memedulikan pengunjung cafe yang terganggu dengan suaranya.

Alyansa menggelengkan kepalanya, ia tidak mau bergabung dengan meja Aurora dan ketiga teman prianya. Dia belum bisa bertemu ataupun berdekatan dengan Arga.
"Sini Ansa lo mau gue teriak teriak terus!" lagi lagi Aurora berteriak membuat Alyansa dengan spontan menggerakkan langkahnya menuju meja itu.

Sang Wanita SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang