4. Honest

60 20 10
                                    

"So now, siapa ayah bayi ini?"

Pertanyaan Aurora membuat Alyansa mengingat kejadian malam itu, malam dimana Argaino merenggut semua harapan Alyansa. Bahkan akibat dari ulah pria itu harus Alyansa harus menanggung nya.

Alyansa menguatkan kakinya, ia berjalan kearah sofa, lalu mendaratkan tubuhnya. Ia hanya menggeleng untuk jawaban Aurora.

Aurora ikut duduk disebelah Alyansa lalu bertanya lagi, "Siapa Ansa, dia harus bertanggung jawab!".

"Gue nggak tau!" jawab singkat Alyansa, ia menatap nyalang Aurora.
Merahasiakan ayah bayi ini merupakan salah satu langkah yang mudah untuk saat ini.

"Lo jangan bohong deh, biar gue yang ngomong sama dia, lo harus jujur Alyansa!"

"Nanti bakalan gue kasih tau!" ucap Alyansa.

"Fine, kalau gitu kita harus ke rumah sakit besok, kita harus check lagi biar lebih akurat!" ucap Aurora yang tentu saja langsung disetujui oleh Alyansa.

Pergi ke rumah sakit merupakan salah satu harapan Alyansa, ia berharap semoga testpack
Tadi semuanya salah. Ia bukannya tidak menginginkan anak ini, tapi bagaimana pun juga Alyansa tidak angin anaknya lahir dalam situasi yang rumit seperti ini. Apalagi ia sangat faham pasti mamanya Argaino tidak menginginkan anak ini. Ditambah lagi pria itu yang terlihat sangat mencintai tunangannya, ia tidak bisa harus berada diposisi yang salah, tidak mungkin memisahkan Argaino dengan Geana.

***

Keesokkan harinya, kedua perempuan itu baru saja keluar dari sebuah ruangan kandungan, Alyansa dengan wajahnya shock hanya mampu terdiam bagaimana tidak rentetan penjelasan dari dokter tadi mengatakan dirinya tengah hamil muda. Alyansa benar benar bingung ia menatap ke sekeliling nya bagaimana seorang perempuan hamil yang memeriksa kandungan nya dengan suaminya tak lupa dengan  wajah bahagia mereka. Sedangkan dia disini dengan perasaan sedih takkaruan. Ia bukan ibu yang jahat sampai ada keinginan untuk melakukan aborsi, sekarang dalam fikirnya adalah ia akan menjadi ibu tunggal setelah ini.

Aurora membawa Alyansa ke salah satu kursi tunggu, ia yakin wanita itu sekarang benar-benar sangat rapuh.

"Balik dari sini kita beli langsung beli susu!" Kata Aurora sambil mengusap punggung Alyansa dengan tenang.

"Dan kalau bisa, lo tinggal di rumah gue aja gue takut lo kenapa kenapa kalau sendirian." Pinta Aurora yang dibalas gelengan oleh Alyansa.

"Nggak kok, gue dirumah aja!" Jawab Alyansa .

"Nggak Alyansa lo harus tinggal dirumah gue dulu oke!." Aurora terus memaksa Alyansa, Ia tidak bisa meninggalkan ibu muda itu sendirian dalam kondisi seperti ini.

"Gue bakalan tinggal dirumah lo kalau nanti kondisi gue sangat lemah, sekarang gue masih kuat Aurora!" Kali ini Aurora mengangguk mengiyakan Alyansa, ia tidak bisa memaksa Alyansa lebih lagi karena ia paham Alyansa orangnya sangat tidak enakan.

"Gur pengen banget lihat lo bahagia Ansa, gue nunggu lo jujur aja siapa ayah dari bayi ini, kalau dengan merahasiakan membuat lebih lega, gue nggak masalah itu bukan wilayah gue buat mencapurinya," Aurora memberikan senyum hangatnya untuk Alyansa.

"Tapi kalau lo butuh bantuan gue, jangan pernah sungkan buat kasih tau gue, gue bakalan jadi orang pertama yang bakalan lindungin kalian berdua." Ucap Aurora dengan tulusnya.

Alyansa kembali berhambur kepelukan Aurora kali ini ia tidak menangis ia bahagia punya sahabat seperti Aurora.

"Aurora!" Ucap seorang pria paruh baya yang melihat adegan dramatis kedua sahabat tersebut.

Aurora melepaskan pelukannya, sedang Alyansa langsung berbalik melihat siapa pria itu. " Hallo om" sapa Aurora.

Alyansa tertegun melihat Agraino dan Madiana yang berdiri disisi kanan dan kiri pria itu, ia tetap ikut menyapa dengan menganggukkan kepalanya sopan.

Sang Wanita SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang