6. Sadnest

66 12 7
                                    

Aurora menunjuk dan menekan dada bidang Argaino lalu berucap pelan,
"Lo salah sasaran tuan Argaino yang terhormat!" tak lupa dengan smirk dan senyum kemenangan di wajah Aurora yang melihat keterkejutan di wajah Argaino saat ini.

"Gue harap lo bisa bertanggung jawab dengan sepenuh nya!" ucap Aurora kembali.

"Sepenuhnya, maksud lo?" tanya pria itu pada Alyansa.

"Iya, sepenuhnya lo harus jadi suami seutuhnya dong buat Alyansa?" Jawab Aurora dengan santai nya. Ko

"Gila lo Ra, keputusan gue udah bulat buat nikahin tu cewek atas nama tanggung jawab, jadi lo jangan nambah beban gue lagi." Arga berucap gusar sambil bersandar diujung meja.

"Oke, kita lihat aja kedepannya bagaimana menyesalnya lo udah seberengsek ini sama Alyansa"ucap Aurora sambil hendak meninggalkan Arga sendiri.

"Gue nggak bisa nyakitin Geana lebih dalam lagi Ra!" Terdengar penyesalan dalam nada bicara Arga membuat Aurora menghentikan langkahnya.

"Geana?, dari sekian rasa sakit yang lo kasih ke Alyansa dan hal yang lo sesali cuman Geana?
Alyansa bahkan jauh lebih sakit dari pada perempuan itu!" Aurora benar benar sangat membenci kehadiran Geana dalam kehidupan Arga.

"Lo membenci Geana selama ini karena sahabat lo suka sama gue, benar kan?" Tanya Argaino pada Aurora, ia melihat air wajah Aurora yang tampak terdiam bingung.

"Gue kenal dia lebih dari lo, kalau pun gue harus mengasihani gue tetap mengasihani Aurora, dia jauh lebih rapuh dari sahabat lo!" Arga berjalan mendekati Aurora lalu menatap lekat wajah gadis itu.

"Dan maafin gue, gue nggak mau menjadi lelaki brengsek dimata lo, kita udah seperti saudara kandung, gue nggak mau lo nganggap gue lebih jahat lagi!" ucap Arga lalu berlalu meninggalkan Aurora sendirian.

Aurora menatap punggung Arga, baru kali ini ia melihat Arga bicara serius seperti itu padanya. Arga bukan pria yang mudah jatuh cinta hal itu membuat gadis itu bermonolog, "Geana siapa sih lo sebenarnya sampai membuat Arga menjadi se kacau ini?".

Arga berjalan menyusuri lorong rumah nya, pikiran nya benar benar sangat kacau rasa bersalah nya pada Geana dan keluarga gadis itu membuat nya enggan melangkah kakinya ke dalam ballroom pesta pernikahan. Ia memutar arah menuju kamarnya yang ia yakini disana pasti ada Alyansa.

Sebelum masuk kedalam kamarnya Arga menatap ganggang pintu itu, ia mendengar dengan saksama pembicaraan dua orang perempuan yang ia yakini itu adalah Geana dan Alyansa. Arga hanya diam menguping pembicaraan mereka.

"Hai, bagaimana keadaan lo?" Tanya Geana dengan lembut menatap mata perempuan didepannya.

"Sehat kok!" Jawab Alyansa sambil tersenyum. Jujur ia belum siap bertemu dengan Geana, namun entah gadis itu datang menghampiri nya.

"Gue ngelihat kursi pengantin nya kosong, gue paham kok dengan keadaan lo, mana ada wanita yang ingin pergi dari kursi pengantin nya!" Lanjut gadis itu sambil meraih tangan Alyansa lalu mengusap nya.

"Sedih gitu maksud lo? Gapapa sih menurut gue, bahkan lebih baik seharusnya orang taunya yang nikah dengan Arga itu lo bukan gue!" Alyansa sadar dirinya tidak akan pernah bisa memiliki pria itu, Geana merupakan kebahagiaan nya. Alyansa semakin merasa bersalah ternyata Geana perempuan yang sangat baik.

"No, gue emang nggak bisa pergi dari kehidupan Argaino, dan gue benar benar meminta maaf atas itu!"

"Seharusnya gue bisa ngebenci dia disaat tau semuanya, tapi nggk bisa dengan semudah itu gue maafin dia. Gue sadar posisi gue sudah merampas seorang ayah dan suami orang lain, tapi gue nggak bisa!" Geana bahkan menangis sambil menundukkan kepalanya, ia mengusap tangan lembut Alyansa.

Sang Wanita SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang