7. After wedding

39 5 0
                                    

Alyansa berjalan memasuki kamarnya, dengan langkah yang pasti gadis itu menyembunyikan kesedihannya.

Ia bersiap siap untuk tidur dan membersihkan tubuhnya, lalu ketika ia hendak menarik selimut nya, terdengar suara knop pintu yang dibuka ia yakin itu pasti Argaino.

Dia hanya melihat sekilas menghiraukan Argaino, ia harus bertindak layaknya tidak peduli pada pria itu. Tapi atensinya tak lepas dari gerakan Argaino yang mengambil handuk di lemari.

Ketika Argaino memasuki kamar mandi entah kenapa Alyansa bergerak menyiapkan baju tidur untuk pria itu lalu meletakkan nya di atas meja. Lalu gadis itu kembali keatas kasur.

15 menit berlalu, aroma sampo memenuhi kamar mereka, Alyansa yang masih belum tidur tak sengaja membuka matanya dan terpampang jelas disana Arga dengan wajah kokoh menatap dirinya datar. Tampa melepas tatapan mereka Arga memakai baju yang telah disediakan Alyansa.

Seolah mereka berbicara dengan mata, entah kenapa Alyansa merasa sedih, matanya berair namun ia tak kunjung melepaskan kontak mata dengan pria itu.

"Menangislah,"  ucap Arga lalu ikut berbaring disamping Alyansa.
Isakan yang tidak tertahan lagi berubah jadi tangisan pilu, entah kenapa Alyansa tidak bisa menahan tangisnya selama kehamilan itu.

Argaino yang sedari tadi duduk dipinggir kasur hanya diam mendengarkan tangisan Alyansa, dia juga sangat menyadari bagaimana keresehan Alyansa. Pria itu menautkan kedua tangannya fikirannya nyalang terbang jauh bagaimana rencana indahnya harus dilalui dengan harus menghadirkan wanita yang entah datang dari mana kedalam hidupnya.

Ia melirik Alyansa, tangisan wanita itu terdengar lagi ia melihat Alyansa yang mencoba meraih tisu yang ada di nakas.

"Sudah selesai?"

Alyansa tidak menjawab pertanyaan itu ia hanya memandang pria itu dan menggerakkan tubuhnya duduk bersandar ke kepala ranjang. Entahlah ia merasa ada hal yang harus ia bicarakan dengan pria yang berstatus suaminya itu.

"Ada yang mau dibicarakan?"

"Sekarang kita harus berdamai bukan?" tanya Arga, Alyansa yang mendengar hanya mengangguk sebagai balasan karena itulah seharusnya yang mereka lakukan.

"Kamu juga harus berdamai dengan Geana!" Argaino mengatakan dengan sangat hati-hati. Tapi pria itu tidak menyadari bagaimanapun itu tetap melukai perasaan wanita didepannya.

"Tenang saja aku dengan Geana memiliki hubungan yang cukup baik!" Balas Alyansa dengan lembut.

"Baik kalau begitu saya harap kamu jangan mengganggu hubungan saya dengan Geana!" ucap Argaino kembali.

"Aku tidak akan mencampuri urusan dan hubungan kalian asalkan kamu juga berani untuk tidak menggangu hubungan aku dengan anak aku kelak!"

Arga menatap mata Alyansa, hatinya sedikit melawan perkataan wanita itu.
"Ketika dia lahir, dia akan tinggal dengan saya!"

"Dia?, Kamu memanggilnya dia sedang kan aku memanggilnya anakku, ANAKKU disana terlihat jelas kamu tidak punya handil untuk memisahkan kami!" kali ini Alyansa tersulut emosi, entah kenapa apapun yang menyangkut buah hatinya emosi langsung berkibar.

"Alyansa, semua sudah jelas dari awal saya menikahi kamu agar saya bisa merawatnya!"

"Sekedar mengingatkan dari awal pun aku tidak pernah meminta kamu bertanggung jawab kalau kamu lupa!"
Ucap wanita itu lamban.

"Dan juga jika kamu ingin bersama anak kita, kamu juga harus mengalah dengan Geana!" Alyansa menantang Argaino.

Pria itu berdiri, menatap nyalang wanita didepannya. "Lalu hidup dengan wanita licik seperti kamu?, jangan mimpi!", ucap Argaino lalu pergi meninggalkan Alyansa.

Sang Wanita SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang