CHAPTER 2

56 7 0
                                    

"Kamu nggak sekolah, Dek?" tanya Bunda, saat masih melihat putra bungsunya masih malas-malasan di meja makan sambil merengek karena motornya rusak. "Kak Esa udah berangkat dari tadi lho. Adek masih mau di sini? Gak takut dihukum? Katanya, tes wawancara kan, hari ini?" Ranggini berusaha membujuk Bryan, untuk sekian kalinya.

"Ndak mau... Bry gak mau berangkat sekolah! Motor Bry rusak Bundaaaaaa!" rengek Iyan, sambil menghentak-hentakkan kakinya di bawah meja.

"Kan, Bunda udah bilang, Adek sama supirnya Bunda aja dulu." Ranggini mengaduk kopi hitam untuk sang suami. "Nanti Papa bangun. Adek dimarahin enggak ke sekolah lho," ujar Ranggini, dengan nada mengancam. "Atau... Bunda telepon Nathan nih, supaya Adek berangkatnya sama Nathan aja?"

Iyan langsung mengangguk.

Bunda langsung mengeluarkan senyum kecutnya. "Harusnya daritadi Adek. Bentar yah, Bunda ke kamar ngambil handphone. Sekalian bangunin Papa." Langkah kaki wanita setengah baya itu berjalan ke arah kamar utama, meninggalkan Iyan di kursi meja makan sendirian.

Chaca (Pakai luv): Iyan, masa tadi ada cewek cabai-cabaian narik rambutnya Chacaaaa!!!
Chaca (Pakai luv): Gak banget kan?

Bryan: Hah?

Bryan langsung mengambil tasnya. Lalu berlari keluar rumah mewah tersebut. "BUNDA, BRY DULUAN YAH! JANGAN TELEPON NATHAN. BRY PERGINYA SAMA PAK HUSAIN AJA! DADAH BUNDAAAA!!"

Tidak dijawab. Mungkin, Papa sedang manja.

-DREAM GLOW-

Bryan langsung melompat keluar mobil, sesaat setelah Pak Han menghentikan mobil tersebut di depan SMAS BINEKA TUNGGAL IKA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bryan langsung melompat keluar mobil, sesaat setelah Pak Han menghentikan mobil tersebut di depan SMAS BINEKA TUNGGAL IKA. Langkah kaki lelaki itu terlihat terburu-buru, apalagi ekspresi wajahnya yang sudah menunjukkan kegusaran dan tentunya kemarahan. Siapa yang berani menyentuh rambut Natasha-nya? Rambut yang Iyan selalu sisir dan rapihkan setiap hari. Rambut yang ia selalu kepang seperti rambut Rapunzel.

"Rambutnya Chaca udah gak bisa ketolong, Yan," ujar Ryana setelah Iyan memasuki kantin, yang sudah kosong. Di sana terlihat Salwa dan juga Nathan yang masih berdebat karena masalah tadi. Dan jangan lupakan Natasha yang masih menangis sejadi-jadinya karena rambutnya akan dipotong.

Iyan mendekat Chaca, lalu mengusap pelan pipi tembem dari gadis yang rambutnya sudah acak-acakkan itu. "I-iyan... hikshh... tadi kan, Chaca cuma duduk... hikshh... terus dia nyiram rambut Chaca hikshh... terus ternyata diminumannya itu ada bekas permen karet hikshh...," aduh Chaca, sambil terisak. Ia memperlihatkan rambutnya yang tertempel permen karet.

"Tadi, gue ama Kak Anghy udah berusaha ngelepasin permen karetnya, tapi gak bisa...," ucap Ryana.

"Kak Anghy mana?"

"Ruang BK," sahut Ik, lalu pergi dari sana. Meninggalkan Alma yang mendumel tidak jelas.

"Memang gak bisa diselamatin lagi?" tanya Iyan, lagi.

"Ada hal di dunia ini yang berusaha kita selamatin tapi gak bisa, Yan. Walau kita udah berusaha semaksimal mungkin."

-DREAM GLOW-

Natasha berusaha menahan tangisnya, sesaat melihat dari pantulan kaca gunting tersebut mendekat ke arah rambutnya. Refleks gadis berparas imut tersebut menutup matanya dan meremas kuat tangan Nathan yang daritadi menenangkannya. Dan jangan lupakan Bryan yang daritadi berteriak histeris sebelum gunting tersebut memakan helaian rambut yang sudah ia jaga. Bagi Bryan, helaian rambut Natasha adalah pelampiasan kegabutannya saat ia tidak bisa melakukan apapun. Ia sudah tidak mempunyai tempat kegabutan lagi setelah rambut tersebut tergunting habis dan menjadi pendek seperti milik Kakaknya; Esa.

Salwa yang berada di belakang tubuh Bryan hanya bisa mengusap kasar bahu sahabatnya, sambil sesekali memandang gusar. Iyan benar-benar ketar-ketir kalau itu berurusan dengan rambut Chaca.

"Eh... Udah?" tanya Chaca, saat melihat rambutnya cuma dipotong satu setengah senti saja. Gadis itu mendongakkan pandangannya menatap Ik yang masih merapalkan doa-doanya, jangan lupakan keringat dingin yang masih bercucuran di pelipis lelaki berparas tampan tersebut.

Kekehan keluar dari bibir tebal milik Mbak Yenny; pemilik salon yang harus turun tangan karena drama yang dibuat oleh keempat remaja tersebut, membuat beberapa karyawan salonnya angkat tangan. "Iya, Natasha. Karena permen karetnya tadi jatuh sendiri," jawab Mbak Yenny, disertai dengan kekehan khasnya.

"EHH... BENERAN?!" Iyan yang tadinya seperti orang linglung langsung berjalan cepat, menerobos segala hal di depannya. Tak terkecuali Mbak Yenny hampir menjadi sasarannya. "INI BENERAN?! RAMBUT CHACA GAK DIAPA-APAIN?" tanya Iyan, bertubi-tubi sembari menelisik rambut kesayangannya. Satu setengah senti bukan masalah besar, pikirnya.

"Iya, tapi rambutnya Natasha harus dikrimbat dulu yah," ujar Mbak Yenny, dengan senyuman termanisnya.

Chaca langsung mengangguk antusias.

"JANGAN! JANGAN ADA YANG SENTUH! BIAR GUE AJA!" teriak Iyan saat beberapa karyawan salon ingin menyentuh rambut milik Chaca.

"Yan, udah. Lo malu-maluin," sindir Salwa, yang sudah dikrimbat terlebih dahulu.

"IK, JANGAN DIMAKAN!"

-DREAM GLOW-

FOUR MAGIC LOVE (DREAM GLOW) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang