Natasha—gadis remaja itu terdiam saat tidak sengaja berpapasan dengan seorang gadis berseragam sama dengannya. Nayanika gadis berpipi agak chubby itu seperti memandang was-was gadis itu. Sebut saja namanya 'Della Gunawan', dapat dibaca di nama tagnya. "Cabe kiloan!" sindir Chaca, dengan nada ditekan saat Della melewatinya.
"Cabe kiloan!" Della tidak mengimbau. Gadis itu memilih untuk tetap berjalan cepat sebelum mendapat kembali ganjaran yang membuatnya menangis darah. Natasha langsung berdesis. Menatap punggung Della yang sudah berjalan menjauh. "Aneh banget. Padahal dia yang mulai. Tapi kok udah menghindar? Harusnya dia minta maaf kan?" menolog Chaca, sembari menghentak-hentakkan kakinya. Gadis itu masih dendam. Sangat dendam karena Della dengan seenak jidatnya melabrak dirinya dan menarik-narik rambut yang sudah dijaga dan dilindungi oleh Bryan.
"Chaca ngapain?" Rijal. Lelaki ramah lingkungan dengan senyum cerah secerah wajahnya itu berjalan mendekat ke arah tetangganya. "Katanya, rambut lo gak diapa-apain?"
Chaca langsung mengerucutkan bibir merah jambunya. "Iya Kak Jal. Nih, Kakak bisa lihat sendiri. Rambutnya Chaca dipotong dua senti." Gadis itu mengaduh, sembari menunjukkan rambut hitam legamnya yang sudah dikepang oleh Bryan tadi pagi.
Rijal tersenyum paksa. "Innalillahi. Turut berduka cita yah, Tetangga."
Chaca melotot. "Lah kok, Innalillahi, Kak Jal?"
"Cha... Dalam, syariat Islam, jika seorang Muslim ditimpa musibah, kemudian ia bersabar dan mengucapkan kalimat innalillahi wa inna ilaihi raji'un, maka Allah SWT akan memberikannya pahala." Ijal menepuk pelan bahu sang Tetangga tersayang.
"Jadi Chaca harus bilang Innalillahi juga?"
Ijal kembali tersenyum masam, seakan sudah lelah dengan Natasha yang selalu berubah-ubah.
"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un," ucap Chaca.
Ijal meringis. "Lebih baik gue hapal Al-Kahfi. Hari Jum'at, Natasha."
Chaca mengangguk. Lalu berbalik saat Ijal terdiam kaku sembari menatap dalam sesuatu yang ada di belakang gadis itu. Wajah polos Chaca ikut terdiam saat menangkap Anghy sedang berjalan menuju Quil yang ada di bagian samping SMAS BHINEKA TUNGGAL IKA. "Sakit yah, Kak Jal?" tanya Chaca, pelan.
"Banget." Ijal tersenyum simpul, menunduk. "Tapi kita harus mengikhlaskan suatu hal yang telah ditakdirkan oleh Allah kepada Umatnya. Cinta gue sama Anghy itu ujian. Ujian buat milih ciptaan atau penciptanya. Gue pamit yah."
Natasha memilih untuk berdiri di tengah-tengah jalan antara Quil dan juga Masjid. Memperhatikan jarak kedua tempat ibadah tersebut yang tidak terlalu jauh namun memiliki tembok kokoh yang semakin sulit diruntuhkan. Gadis itu kemudian berbalik saat mendengar langkah kaki yang berasal dari depan Gereja. Di sana, Sooya yang sehabis beribadah langsung berlari menuju ke arah Hero yang habis berbincang bersama Ijal di depan Masjid.
"Hero, juga ada BTI?" Sooya mengatur napasnya.
"Iya. Ada acara anak Kerohanian Islam di dalam."
Natasha yang melihat semua itu cuma bisa terdiam di tempatnya. Ia tidak mempunyai hak untuk menjadi Penyatu Cinta karena semua hak dan kewajibannya sudah dicabut karena melanggar hukum misi.
Apakah gadis itu harus melanggar lagi kali ini?
-DREAM GLOW-
Bryan melajukan tungkainya menuju bangunan tempat ibadah yang disediakan oleh SMAS BHINEKA TUNGGAL IKA. Apa lagi yang lo lakuin, Cha? Sepanjang jalan Iyan hanya bisa menggerutu sembari menahan emosi. Natasha tidak bisa menjaga kekuatannya. Gadis itu selalu ingin menggunakannya. Untung saja Iyan bisa merasakan apa yang ingin dikeluarkan gadis itu. Tangan lelaki itu meraih lengan sang gadis yang sudah bergerak mendekat ke arah dua remaja yang masih berbincang seakan menyalurkan rindu.
Tubuh Natasha terbawa beberapa langkah ke belakang. Membuat gadis itu langsung meringis. Chaca mendongak menatap Iyan yang sudah menahan amarah. "Iyan mau marahin Chaca?" Mata indah gadis itu menelisik polos netra tajam yang sudah tersulut amarah tersebut. "Maafin, Chaca yah, Iyan."
Iyan tidak membalas. Lelaki itu memilih menarik sang gadis ke arah ruangan gugus 1. Ruangan yang dipakai untuk Masa Orientasi itu sudah kosong. Hanya menyisahkan Salwa yang masih memperbaiki dandanannya dan Nathan yang bermain game. Iyan menghempaskan tubuh Chaca ke samping Ik.
"Ik...," aduh Chaca, seakan meminta bantuan dari Ik. "Ma..." Kini tatapan polosnya mengarah pada Alma yang masih menelisik ketidakenakan aura yang dipancarkan Iyan.
"Lo yang salah, Cha."
Salwa memang terlalu netral. Dan akan berdiri di belakang kebenaran. Berbeda dengan Nathan yang akan melihat sudut pandang suatu masalah dari berbagai sisi. Walaupun di mata orang lain kebenaran itu salah, maka di matanya akan terlihat berbeda.
"Gue yang salah."
Tiga pasang mata yang berada di sana langsung menatap sang leader dengan reaksi yang berbeda. Tak terkecuali Bryan yang langsung mendongak sembari menghembuskan napasnya jengah. "Ik!" Lelaki berseragam acak-acakkan itu membentak.
"Kesalahan gue gak bisa buat kalian ngontrol kekuatan itu."
-DREAM GLOW-
Melakukan kesalahan demi kebeneran. Apakah tindakan yang salah?-Natasha A A.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOUR MAGIC LOVE (DREAM GLOW)
Teen Fiction#SERIES 2# Karena sebuah kesalahan di masa lalu, membuat keempatnya harus terjebak dalam hukuman. Hukuman yang menurut mereka, adalah mimpi buruk. Lebih buruk dari sebuah mimpi yang tidak memiliki cahaya di dalamnya. Untuk itulah, keempat manusia de...