CHAPTER 7

28 5 0
                                    

"Kita putus." Sesuatu yang akan dikatakan Bryan bila tidak menyukai atau sudah bosan dengan perempuan yang berkencan dengannya.

"Harus sekarang yah?" Mata gadis yang baru ia pacari dua hari lalu terlihat berkaca-kaca, seakan menahan tangis. "Aku cinta sama kamu lho," ujarnya, dengan nada bergetar.

"Gue enggak." Bryan meraih cangkir kopi latte yang ada di depannya. Berusaha melirik ke belakang, untuk mencari seseorang yang bisa menyelamatkannya.

"Jadi, kamu nembak aku karena apa, Bryan?" Tania bertanya, lagi.

Bryan tersenyum paksa, memandang gadis yang lebih tua darinya itu. "Gabut." Memang benar, selama tidak menjalankan Misi ia merasa kehidupannya menoton karena tidak ada tanggung jawab. Jadi, untuk mengisi waktu lenggangnya ia mempermainkan wanita. "Udah lah, gue mau putus sekarang."

"Aku nggak mau, Bryan." Gadis keras kepala. "Beri aku alasan logis. Kalau kamu capek, ayo kita istirahat."

Iyan berdecak, "Gue udah punya pacar baru."

"Kamu bohong?" Nada bicara Tania bergetar. "Kita baru dua hari lho. Secepat itu?" Gadis itu berusaha mempertahankan hubungannya, hubungan yang hanya mainan untuk seorang Bryan.

"Gue bosen sama lo!" Lelaki itu membentak, membuat Tania menundukkan pandangannya.

"Maaf..."

Decakkan kesal dikeluarkan lelaki itu karena sudah tidak nyaman berada di sini. Senyumannya langsung mereka saat mendengar suara indah yang sangat ia kenali. "SAYANG!" Akhirnya. Bryan menoleh, menangkap sesosok gadis berjalan anggun menuju mejanya. Cantik sekali. Karena Natasha memakai dress selutut milik kakaknya.

"Duduk di sini, Bub," suruh Iyan, seakan sudah terbiasa dengan drama seperti ini.

Pipi Chaca mengembung. "Maaf yah, Bib. Tadi tuh macet banget... aku harus lewat gurun sahara dulu terus belok ke amazon eh ketemu sama anakonda," ujarnya, mengaduh.

Menye-menye banget. Iyan memaksakan senyumannya. "Nah... Tan, kenalin ini Natasha pacar gue. Dia cakep more than you." Lelaki itu semakin percaya diri saat Chaca memeluk lengannya seperti menegaskan mereka berada di dalam hubungan percintaan yang sah di mata manapun.

Tania menghela napas kasar. "KAMU NINGGALIN AKU DEMI BOCIL KEK DIA!" pekiknya.

Keduanya saling memandang. "Bocil?"

"Dia masih SMP, Bryan."

"Daripada lo udah Nenek-nenek."

.
.
.

Tawa keduanya meledak saat Tania terburu-buruh keluar dari Pralet Kafe. "Mulut lo harus dicipok deh, Cha," ujar Iyan, disela tawanya. Satu bebannya berkurang karena Tania selama pacaran selalu ingin diperhatikan dan dimanjakan. Aneh sekali.

"Kok mau cipok Chaca?"

"Lo mau dicipok?"

Bukannya mengangguk, Natasha langsung menyedorkan pipi chubby-nya untuk dikecup oleh lelaki itu. "Cium aja, Iyan."

Netra Bryan teralihkan oleh bibir merah terang gadis itu yang membuatnya harus menelan saliva susah payah. Apalagi saat bibir sang sahabat mengerucut seakan menunggu benda kenyal Iyan menyentuh pipi chubby-nya.

"Kok lama, Iyan?" Chaca menoleh, memandang aneh Iyan yang memandanginya dengan pandangan yang sulit diartikan. "atau Chaca aja yang cium Iyan?" Gadis itu mendekatkan bibirnya pada pipi sahabatnya, memberikan kecupan dan juga gigitan kecil di pipi sebelah kiri Iyan. "Hehehe..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FOUR MAGIC LOVE (DREAM GLOW) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang