Menjadi orang ganteng adalah privilege tersendiri untuk seorang manusia sempurna seperti Bryan. Lelaki itu sedang sibuk mendribling bola basketnya saat teriakan dari beberapa siswi masuk ke dalam gendang telinganya. Netra hitamnya langsung mengarah pada sang senior saat bola basket tersebut direbut dari jangkauannya. Iyan berdesis, berusaha menghalangi Ryan yang berusaha memasukkan bola basket tersebut ke dalam ring. Keduanya memang memiliki emosi yang tidak bisa dikendalikan. Bryan mendorong bahu Ryan saat bola basket itu keluar dari lapangan.
"Lo jangan main curang dong!" bisik Ryan.
"Bukannya lo yang mulai?" Bryan tersenyum miring, lalu melambaikan tangan ke arah Natasha yang terduduk di tribun lapangan indoor tersebut. Gadis itu menyipitkan matanya, berusaha terlihat biasa saja saat menyadari emosi sahabatnya tersulut. "Susu kotak?" Iyan bertanya tanpa suara yang membuat Chaca langsung meraih tas milik lelaki itu dan menemukan susu kotak rasa stroberi.
Senyuman gadis itu terukir. "Makasih, Iyan!" pekik Chaca, tanpa suara. Namun pergerakannya menunjukkan semuanya.
Bryan hanya terkekeh lalu berlari menyusuri lapangan untuk mengejar bola basket yang baru saja dilemparkan oleh salah satu seniornya.
"Natasha, bisa kasih ini ke Bryan?" Gadis remaja dengan surai panjang yang ia biarkan beterbangan itu langsung mendongak saat suara Yumna; salah satu gebetan sahabatnya menyodorkan cokelat batangan dengan pita merah terang menghiasinya.
"Kenapa bukan warna pink?" tanya Chaca, memutar balikkan cokelat batangan tersebut. Sangat menoton warna pitanya, dan ekspresi gadis itu sudah menjelaskan semuanya.
Senyuman Yumna langsung menghilang, berganti dengan tatapan bingung. "Iya? Bryan suka warna pink?" tanya Yumna.
Chaca berdecak, "Gue yang suka warna pink. Tapi gak pa-pa, rasanya masih sama." Chaca membuka bungkusan cokelat batangan itu tanpa memperdulikan Yumna yang terlihat bingung.
"I-itu kan, buat Bryan?" Yumna menggigit bibir bawahnya, berusaha tidak membuat sahabat dari calon pacarnya tersinggung. "Kalau Natasha mau, nanti gue beliin."
"Gak pa-pa, ini enak." Gadis itu tersenyum, masih memperhatikan Iyan yang tersulut emosi di lapangan. "Toh, hadiah-hadiah dari cewek-ceweknya Iyan buat gue semua."
"O-oh..." Yumna sudah tidak mau berlama-lama di sini. Ia sudah sakit hati. Sakit hati karena setiap yang dikatakan oleh orang-orang benar. Bryan hanya suka mempermainkan gadis-gadis dan lebih mementingkan sahabatnya. Gadis itu menyerah sebelum menyatakan perasaannya, Yumna berlari sembari menahan isakkan yang masih didengar oleh Natasha.
Gadis itu mendongak, menatap punggung gadis cantik itu menjauh dari pandangannya. "Aneh." Natasha langsung terdiam, melepaskan tautan bibirnya pada ujung sedotan susu kotak rasa stroberi dan menaruh susu kotak yang tinggal setengah itu di sampingnya. Pandangannya kini tertuju pada seorang lelaki berseragam acak-acakkan yang sedang mendribling bola basket. Gadis remaja itu memaksakan senyumnya saat melihat sang senior memperhatikan arah lain. "I like him since 2019." Suara Chaca langsung menghentikan tindakan Ryana yang memijit pelan bahu Arnas. Chaca tersenyum saat Ryana memperhatikannya. "Now he has pretty girlfriend..."
"Chaca..."
Rasanya Ryana ingin menangis. Dan Arnasir hanya mendongak menatap iba sang sahabat dari sahabatnya.
"Maafin kita, Cha."
Chaca mengembungkan kedua pipinya, merasa cringe dengan rasa iba yang ditunjukkan oleh sepasang manusia yang sedang menahan tangis seperti orang berduka. "Ryana sama Anis lebay!" cibir Chaca, pelan. Kemudian langsung melompat saat menyadari seorang lelaki melewati ruangan lapangan indoor. "IK! TUNGGU CHACAAAAA!" pekik Natasha, berlari mengejar Nathan yang berburu-buru untuk pergi ke dalam kelasnya.
Arnasir dan juga Ryana refleks menutup mata saat tidak sengaja menyaksikan gadis ceroboh itu terkelincir di anak tangga tribun, yang membuat suara yang begitu keras. Keduanya langsung berlari saat mendengar teriakan dari Chaca.
"Aduhh... Sakit!"
"CHACA!"
-DREAM GLOW-
Melihat Natasha yang kesulitan berjalan akibat terjatuh tadi membuat lelaki yang tadinya ingin berbelok ke ruangan kelasnya itu, berjalan cepat menuju gadis berambut ikal tersebut. "Cha...," panggil Nathan.
Chaca yang dipanggil langsung berhenti sambil bertumbuh pada tembok. "Kenapa Ik? Chaca buru-buru ke kelas. Pasti udah jam sejarah." Terlihat dari wajah dan suara gadis itu sedang menahan sakit.
Dan dapat dilihat Nathan tidak tega membiarkan Natasha berjalan dengan keadaan memperhatinkan tersebut. Ik lantas berdiri di depan Natasha. "Naik," suruh Ik, sambil menyedorkan punggungnya.
Yang membuat Chaca langsung menahan senyumnya. Gadis itu langsung naik ke punggung Ik.
"Asuukkk berat!" Ik kemudian berjalan ke arah koridor anak IPS. Tanpa memperdulikan tatapan-tatapan tak jelas siswa-siswi BTI yang menatap mereka.
"Kenapa, Ik? Chaca berat yah?"
"E-enggak. Gue yang lemah, Cha." Kalau boleh jujur, lelaki Januari ini ingin berkata bahwa berat badan gadis Oktober ini makin hari makin bertambah akibat cokelat yang dicuri dari gebetan-gebetan Iyan.
"Nahh... Di sini aja, Ik," perintah Chaca, saat mereka berada di depan X SOSIAL KHUSUS. "Pasti Pak Sejarah udah ada di dalam." Tapi karena Nathan selalu menjalankan tanggung jawabnya dengan baik, lelaki itu lebih memilih untuk mengetuk pintu tersebut yang membuat atensi guru dan juga para siswa di dalam sana beralih padanya yang masih menggendong sahabatnya.
"Permisi, Pak." Sebelum mendapatkan omelan, Nathan langsung masuk dan menaruh Natasha di atas kursinya. "Saya titip adek saya yah."
Chaca mendongak, menatap Ik yang masih mengelus surai panjangnya. "Just sister to you?" Pandangan keduanya bertemu. Seakan tidak bisa saling melempar jawaban untuk satu sama lain.
"Ya? Saya pamit, Pak," pamit Nathan, tersenyum ke arah Pak Sejarah yang sudah ingin menjelaskan materi Peninggalan Manusia Purba yang akan punah seiring berjalannya waktu.
"Natasha, karena kamu terlambat. Coba jelaskan apa itu manusia purba." Pak Sejarah tersenyum, sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.
"Manusia Purba adalah seseorang yang hidup di masa prasejarah," jawab Chaca, sembari tersenyum manis.
"Apa itu masa prasejarah, Natasha?"
Chaca terdiam, menatap langit-langit kelas. "Ahh..." Seperti ada sebuah ide yang menghantam otaknya. "Zaman di mana belum adanya tulisan, dan manusia hanya memanfaatkan perkakas dari bebatuaan untuk bertahan hidup." Gadis itu merasa bangga dengan dirinya sendiri. Lalu menatap Sasa yang mengacungkan jempol padanya.
"Gue hebat kan?" bisik Chaca, menyombong.
"Hebat sih, tapi lebih hebat Kak Yusuf." Bukan rahasia umum bila gadis berhijab pasmina itu sangat mengidolakan Ketua Rohis BHINEKA TUNGGAL IKA; Yusuf. Zulaikha memang selalu terlihat mencuri atensi Yusuf di manapun dan kapanpun.
"Lebih better Kak Jal sih."
Gracias.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOUR MAGIC LOVE (DREAM GLOW)
Teen Fiction#SERIES 2# Karena sebuah kesalahan di masa lalu, membuat keempatnya harus terjebak dalam hukuman. Hukuman yang menurut mereka, adalah mimpi buruk. Lebih buruk dari sebuah mimpi yang tidak memiliki cahaya di dalamnya. Untuk itulah, keempat manusia de...