CHAPTER 1

92 9 1
                                    

Terbiasa dan menerima adalah kuncinya.

Keempat remaja sedang terduduk di danau biru sambil menikmati indahnya sunset. Walaupun keempatnya sedang dilanda masalah namun persahabatan yang erat membuat masalah itu terasa ringan karena ada empat pundak yang memikulnya.

"Ik, ini udah tahun kesembilan kita jadi Penyatu Cinta. Baru kali ini kita dihukum." Suara dari gadis berponi tipis dengan rambut agak pirang itu mengisi keheningan yang ada di sana.

Lelaki dengan bibir tipisnya itu langsung tersenyum kecil. Kecil. Namun, terlihat samar. "Hukuman ini adalah pembelajaran, Ma," ujar lelaki itu sambil mengelus pelan anak rambut gadis imut yang sedang bersandar di pundaknya.

Gadis imut itu langsung terusik dari tidurnya. Dengan perlahan gadis itu membuka kedua kelopak matanya. "Hoamm... Udah sore yah, Ik?" tanya gadis imut itu dengan suara serak khas orang yang pilek.

"Bukan sore lagi Natasha tapi udah subuh!" Sambaran dari lelaki dengan hidung lancip itu membuat gadis imut itu mendengus kesal.

"Iyan jelek!"

"Gue ganteng, Chaca!"

"Ganteng dari mane? Dari puncak monas?"

"Gue santet lo, Cha!"

-DREAM GLOW-

Seorang gadis berparas cantik sedang asik melamun sambil menatap kosong sebuah bingkai foto berukuran besar yang berada di dinding atas tempat tidurnya. Gadis itu menghela napas, dia dan Nathan bisa menerima hukuman ini dengan lapang dada. Tapi tidak dengan Bryan dan Natasha. Kedua remaja yang hobi menggunakan kemampuan mereka di luar misi itu tidak bisa lepas dari kekuatan tersebut. Hukuman itu pasti sangat menyiksa untuk kedua sahabat yang sudah ia anggap adik itu. Walaupun mereka hanya berbeda 6 atau 7 bulan. Namun Natasha dan Bryan seperti berbeda lima tahun di mata Salwa dan Nathan. Gadis berparas cantik itu kemudian menghela napasnya sambil mengusap airmata yang entah kapan menetes itu.

Gadis itu kemudian merebahkan tubuh mungilnya di atas kasur Queen zise-nya. Lalu menutup kedua kelopak matanya yang terasa berat. Berat karena terlalu lama melamun.

Drrtt...

Alma langsung mengeram kesal saat handphone mewahnya itu bergetar. Gadis itu langsung meraba nakas yang ada di samping ranjangnya. Lalu membuka aplikasi whatsapp yang sangat marak penggunanya itu.

Bar-Bar:)

Melly: Nge-Mall kuy. Bosen di rumah. Mumpen libur.

Mitha: Maaf, yah leburan gw bermutu:v

Melly: Iyye deh yang udah direstuin dan udah go-publik!

Mitha: Lu kira 'Heechul-Momo' go-publik!

Salwa: Bisa diem tidak? Oke, gue otw sekarang!

Melly: Oke, dongsaeng!

Mitha: Panggil gue, Eonnie juga, Mel!

-DREAM GLOW-

Salwa berusaha mengontrol napasnya dan pompa jantungnya saat mereka telah sampai di Jaya Mall, Mall yang paling terkenal akan kemewahannya. Gadis berambut panjang sepunggung yang diikat kuda itu sesekali mengusap keringat yang menetes di pelipisnya. Entahlah, dia justru tidak bisa mengontrol kekuatan Penyatu Cinta yang ada di dalam tubuhnya. Ini yang dia takutkan bila berada di keramaian. Yaitu, kekuatannya.

Gadis itu kemudian menutup kedua telinganya menggunakan kedua tangannya. Saat mendengar suara-suara dari hati setiap makhluk di tempat ini. Apalagi napasnya yang terasa sesak karena berusaha menahan kekuatannya untuk berfungsi. Kenapa kekuatan yang dulunya adalah anugerah bagi Salwa, terasa seperti malapetaka yang bisa menyerangnya kapan saja sekarang? Dia bisa kehabisan energi karena mengontrol kemampuannya ini.

Iya, Salwa memiliki kemampuan dalam mengetahui isi hati seseorang dengan mendengar detakannya saja. Namun itu akan muncul tanpa diketahui. Biasanya Alma akan memancing kekuatan itu keluar di saat yang genting. Tapi kenapa harus sekarang? Apa mungkin kemampuannya ini mau membunuhnya?

"Salwa!" panggil Melly saat ingin memasuki lift. Namun adik sepupunya tidak terlihat di sana. "Ck!" Gadis berambut panjang dikuncir kuda itu langsung berdecak dan berjalan cepat menuju Alma yang masih melamun di tengah keramaian. "Gue nyariin lo. Ngapain berdiri kek orang linglung di mari? Gila lo?" omelnya, sambil menarik Alma untuk memasuki lift.

Dan jangan lupakan Mitha yang sudah kesusahan menahan pintu lift supaya tidak tertutup. "Gegara lo, gue ditegur sama Ibu-ibu itu!" sewot Mitha saat Melly dan Alma sudah memasuki lift. "Maaf Bu, sekali lagi...," ucap Mitha tersenyum pada Ibu-ibu yang sudah terlihat masam.

"Maaf sekali lagi yah, Bu...," sahut Melly, mengikuti Mitha. Namun menghadap pada Bapak-bapak yang sedang bersandar. "Ehhh... Maaf, Pak," kikuk Melly. Langsung menutup wajahnya dengan tas dan bersembunyi di belakang Alma.

Sedang Alma yang tidak mengerti hanya tersenyum canggung.

"Bapak sama Ibu kalau masih cinta, jangan cerai," ucap Alma, tanpa sadar. Namun sedetik kemudian gadis itu langsung melotot dan mengeluarkan kekehan, canggung. "Maaf, Pak Bu..." Gadis itu langsung keluar sesaat setelah lift terbuka. Dan berlari entah kemana sambil menutup wajahnya. Entahlah, dia sedang malu sekarang. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu? Salwa kamu mungkin akan mati sekarang.

"Ohhh... Alma ngapain di sini?"

"Hah?"

-DREAM GLOW-

'It's alright

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'It's alright.' -Nursalwa Lovera.

FOUR MAGIC LOVE (DREAM GLOW) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang