Kicauan burung menyambut pagi Gladis saat ini. Ia segera beranjak dari tempat ternyaman nya. Waktu menunjukkan pukul 6, gadis itu secepat mungkin bersiap untuk sekolah.
"Gladis, sayang ayo cepat turun. Ini ada teman kamu lho," teriak bunda dari luar.
"Teman, ah paling Ana yang dateng," monolog Gladis. Ia pun segera bersiap dan keluar dari kamar.
Baru beberapa langkah keluar dari kamar, Gladis terkejut akan apa yang ia lihat. Laska? Apa benar yang ia lihat sekarang adalah seorang Galaska. Untuk apa ia kemari, bukankah bunda tadi bilang teman yang datang. Lalu apa ini, pikiran Gladis bertanya-tanya.
"Hai," sapa Laska pada Gladis. Tanpa Gladis sadari, Laska sudah berada di depannya saat ini.
"H-hai," dengan gugup Gladis membalas sapaan Laska. Ia masih tak menyangka seorang Galaska datang ke rumahnya.
"Ayok berangkat sekarang, keburu macet di jalan nanti."
Laska meraih tangan gadis itu, namun saat akan melangkah Gladis justru melepasnya. "Emm, aku bisa jalan sendiri Laska." Laska hanya menurut perkataan gadis nya itu.
"Bunda, Gladis berangkat sekolah dulu ya. Bunda hati-hati di rumah, jangan kecapekan," pamit Gladis pada bunda.
"Iya sayang, kamu juga hati-hati ya di jalan. Nak siapa tadi, ah iya bunda ingat. Nak Laska hati-hati juga ya," peringat bunda pada kedua nya, terutama pada Galaska.
***
Saat sampai di depan, Gladis terkejut. "Lo pake motor?" tanya gadis itu, sebab di depan rumah nya hanya terdapat sebuah motor merah mengkilap.
Laska hanya mengangguk kan kepala nya. Ia pun langsung meraih tangan Gladis, dan di bawa nya menuju motor merah kesayangan nya. Laska mulai membantu Gladis untuk naik pada motor tersebut. Aneh nya Laska hanya diam ketika sudah naik.
"Ayok berangkat, nunggu apa lagi katanya takut telat."
Bukan nya jawaban yang ia dapat, justru Laska menarik kedua tangan Gladis untuk berpegangan pada pinggang nya. "Pegangan dulu biar ga jatuh," ucap pemuda itu.
Seketika rona merah terdapat pada kedua pipi Gladis. Entah apa yang harus ia katakan, memang hubungan mereka hanya sebatas pemaksaan satu pihak. Namun rasanya Gladis seperti sudah mengenal lama laki-laki di depan nya ini.
Laska mulai menyalakan motor nya, di sepanjang jalan hanya terdapat keheningan. Gladis tidak mempunyai topik untuk membuka percakapan. Lagi pun menyetir dengan mengobrol tidak baik, maka lebih itu ia hanya diam saja.
***
Tidak di rasa perjalanan yang mereka tempuh sudah sampai. Pekikan para fans Laska mulai memenuhi indera pendengaran Gladis.
"Aaa pangeran guee, pleasee.."
"Eh itu siapa yang di bonceng Laska sii.."
"Ih siapa sih.."
"Kegatelan banget si, itu siapa.."
"Siapa sih, main bonceng aja.."
Banyak perkataan yang Gladis dengar dari ujung gerbang sampai batas parkiran. Saat motor berhenti, Gladis cepat-cepat turun dari motor. Ia pun pergi begitu saja.
"Hehh tunggu, mau kemana si buru-buru amat," ujar Laska menahan Gladis.
"Ihhh gue malu tau ga si, dari tadi jadi bahan pembicaraan anak-anak."
Gladis tidak bohong, ia sangat tidak suka jika diri nya menjadi bahan omongan orang lain sebab itu sangat menganggu bagi nya. Laska hanya bisa menghela nafas, ia pun menatap tajam seluruh penjuru antero sekolah yang ia tempati saat ini.
"WOY KALIAN SEMUA, DENGER SINI. MULAI SEKARANG CEWE YANG ADA DI DEPAN GUE SEKARANG INI. RESMI JADI PACAR GUE, JADI LO PADA SEMUA KALO ADA YANG GANGGU DIA ATAU BICARAIN DIA. LO SEMUA BERHADAPAN SAMA GUE. NGERTI!!"
Pernyataan yang diberikan oleh Laska akan hubungannya, membuat seluruh siswi yang ada merasakan patah hati yang sangat. Tidak bisa berkata-kata, itu lah yang saat ini Gladis rasakan. Ia terkejut bukan main dengan pernyataan yang diucapkan baru saja oleh pria yang mengklaim diri nya sebagai kekasih nya kemarin itu. Tanpa di duga, Laska menarik tangan Gladis begitu saja.
"Nanti istirahat jangan keluar sebelum aku jemput," ucap Laska tegas tanpa bantahan.
"Aku?" heran Gladis, baru kali ini seorang Galaska memakai kata aku dalam kalimat nya.
"Apa?" tanya Laska pada Gladis.
"Ah engga, engga papa."
***
Di sepanjang jalan Gladis hanya mampu menunduk, ia tidak bisa mampu untuk menatap banyak pasang mata yang menatap nya. Gladis benci keadaan seperti ini, bukan ini yang ia harap kan. Menjadi pusat perhatian apalagi memiliki hubungan dengan orang yang sangat berpengaruh di sekolah nya.
"Kenapa menunduk, tatap mata kamu ke depan. Jika seperti itu, mereka akan menganggap kamu lemah."
Gladis menatap sejenak Laska, namun tidak lama ia kembali menunduk. "Penyuka mu terlalu banyak, maka dari itu aku takut jika nanti mereka tiba-tiba menyerang ku sebab tidak terima dengan hubungan ini."
Laska hanya mampu menghela nafas. "Sampai kapan pun, jika kamu memikirkan pendapat orang lain terhadap mu. Itu tidak akan berakhir, hubungan kita ya hubungan kita. Mau orang lain suka atau tidak suka itu urusan mereka. Di sini aku yang memilih kamu, jadi aku yang akan bertanggung jawab jika memang ada yang menyakiti mu."
Tidak di sangka Laska mampu mengucap kan hal tersebut, seketika hati Gladis menghangat mendengar nya.
"Sudah sampai, belajar yang benar jangan mikirin hal lain. Aku pergi dulu ada urusan nanti jam istirahat aku jemput. Ingat jangan dekat dengan laki-laki lain."
Ucapan serta peringatan Laska berikan, sebab ia tidak bisa mengikuti kelas saat ini. Ia harus pergi untuk membereskan masalah kecil yang ada.
"Iya.." ucap Gladis seraya berjalan masuk kelas. Namun langkah nya terhenti saat ada yang menarik tangan nya.
"Ada yang tertinggal."
Tanpa di duga Laska memberikan kecupan pada kening Gladis. "Sampai nanti," Gladis hanya mampu terdiam sesaat. Ia tidak bisa mencerna apa yang baru saja terjadi
"Gladis," panggilan Ana membuyarkan keterdiaman Gladis. Ia pun menoleh saat itu juga.
"Ana, Laska dia."
Dengan cepat Ana menyeret Gladis masuk ke kelas untuk menagih penjelasan. Ada hubungan apa sahabat nya itu dengan most wanted sekolah ini.
Hallo semua, maaf untuk waktu lama ku dalam hiatus. Mungkin yang sudah lupa dengan alur nya bisa kembali baca dari awal atau langsung baca juga bisa. Sekarang aku usahain konsisten dalam menulis lagi. Terima kasih buat yang udah stay nunggu Galaska update sampe dm juga. Maaf juga kalo masih berantakan yaaa..
So jangan lupa coment dan klik ⭐ di pojok ya. See you All
KAMU SEDANG MEMBACA
Galaska
Teen Fiction"Kau milikku.." Gladis mengernyitkan keningnya, berfikir keras apa maksud dari pemuda ini. "Apa maksud perkataanmu," tanya nya pada pemuda itu. "Kau milikku, hanya milikku, tidak ada yang boleh memiliki mu selain aku. Camkan ini baik-baik, siapapun...