8

84 10 0
                                    

Joker terlelap disamping nya beberapa kali Wayne menguap ia mengantuk dan pagi ini ia ada pertemuan ingin segera sampai dirumah, mata Wayne terbuka lebar malam yang hening menjadi malam yang mencekam mobil Wayne terbalik.

Ia susah payah menarik Joker keluar dibantu beberapa orang yang berhenti ia matanya kabur karena air matanya dan ia memeluk Joker menjauh dari mobil sangat erat.

"Joker bangun, maafkan aku"

Luka lukanya membuat Wayne cemas dan kehamilan Joker ada yang menawarinya tumpangan kerumah sakit, ia tidak melepaskan Joker sedikitpun hingga sampai dirumah sakit.

Albert datang ia tidak sendiri tapi dengan Robin menghampirinya luka luka nya sudah dirawat namun hanya beberapa luka memar dan gores namun Joker ia tidak tahu Joker masih diruang operasi, Robin mematung mendengar cerita Wayne.

                       ♤♡◇♧

Robin memandang diambang pintu kamar dimana Joker dirawat yang terbaring lelap seperti tidur dengan beberapa luka lebam dan gores serta alat alat ditubuh kurus nya bahkan sebuah selang yang dimasukkan melalui mulut membuat semuanya semakin miris, bahunya di sentuh ia menoleh Wayne yang tampak kacau memandangnya ia langsung memeluk Wayne.

"Maafkan aku, maaf tuan"

"Maaf untuk apa, Robin?"

"Kau tidak melakukan kesalahan apapun, ini salahku"

Robin menggeleng ia mendongak memandang Wayne.

"Tuan ini kecelakaan, tapi aku sudah menyakiti hatinya beberapa kali atas sikap dan ucapanku"

Wayne terdiam ia teringat ia mengusap punggung Robin lembut namun matanya memandang Joker, memang dokter berhasil menyelamatkan calon anak mereka namun kedunya harus terus diawasi kehamilannya memperparah keadaan Joker.

                         ♤♡◇♧

Robin menyerahkan kantung kertas berisi pakaian milik Joker Wayne mengambilnya dan bangkit ia hendak mengganti pakaian Joker dibantu seorang perawat laki laki, Robin keluar ada Albert yabg datang bersamanya.

"Paman, rumah terasa ada yang kurang ya?"

"Ya, beda sekali dan semakin sepi seperti dulu"

"Kakak memberi warna beda dirumah"

Albert tersenyum tipis manggut manggut ia bersandar memandang orang lalu lalang dilorong rumah sakit.

"Dulu, paman tidak suka ada hal baru dirumah apapun itu selalu menjadi kekhawatiran, hingga kau datang dan lalu Joker"

"Kenapa paman?"

"Karena terbiasa pastinya dan memang suasana suram dirumah sudah menjadi keharusan karena tuan Wayne dan ayahnya sangat menyukainya bagi mereka itu menenangkan"

"Ih seram begitu"

"Untuk sementara kamu sendiri dulu ya melakukannya, keadaan tuan Wayne tidak memungkinkan"

Robin mengangguk ia tidak masalah dan meski ia juga mengkhawatirkan keadaan Joker.

                         ♤♡◇♧

Wayne terbangun merasakan ada pergerakan dipegangan tangannya mata Joker terbuka perlahan memandangnya sesekali wajahnya menunjukkan ia sedang memahan sakit.

"Kau.....jelek sekali"

Mendengar itu Wayne tersenyum ia harap itu berarti Joker akan baik baik saja.

"Maaf, aku tidak sempat mengurus diri aku terlalu mencemaskanmu dan anak kita"

"Apa.....ia baik...baik saja"

Wayne mengangguk ia mencium tangan Joker tidak lama dokter masuk bersama beberapa asistennya Wayne bangkit membiarkan mereka memeriksa keadaan Joker dan kehamilannya.

"Ia sudah siuman, hanya saja dia masih sangat lemah"

"Syukurlah"

Robin sendiri gelisah ia ingin menemui Joker dan meminta maaf namun ia merasa takut kalau Joker tidak mau memaafkannya.

                         ♤♡◇♧

Robin mendekati tempat tidur Joker ia duduk diam menunduk tidak berani berkata maupun memandang, Joker membuka matanya dan menoleh dengan tersenyum ya Joker tidak pernah mempermasalahkan apa yang dikatakan maupun di lakukan oleh Robin karena Joker pikir ia masih anak anak.

"Anak dajjal, kenapa kau jadi pendiam aku tidak suka melihatmu seperti ini ....kau ada masalah?"

Robin menggeleng

"Kak, maafkan aku karena aku sering menyakiti hati kakak"

Joker menyentuh wajahnya

"Hei .... kenapa jadi melo sih aku suka kau yang tidak bisa diam dan ceria"

Robin mengangkat wajahnya ia tersenyum

"Kakak sudah memaafkanku?"

"Kau tidak melakukan kesalahan apapun"

Robin ingin memeluk nya namun keadaan Joker tidak memungkinkan sedikit gerakan saja membuatnya tersiksa karena rasa sakit ditambah patah pada kaki.

"Kau seperti Wayne, terus mengatakan maaf aku tidak pernah menyalahkan kalian jadi berhenti minta maaf"

"Aku sangat ingin memeluk kakak"

Robin terkekeh

"Coba saja, aku akan melemparmu keluar aku tahu kau mau lebih dari memeluk kan?"

Wajah Robin langsung di tekuk

"Peluk saja nggak ada yang aneh aneh, kakakkan sudah nikah sama tuan Wayne"

Robin tercicit pelan

"Aku hanya bercanda"

Robin terkekeh itu membuat Joker senang hubungan mereka membaik.

Tbc

Third Person Matter (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang