CHAPTER 40 [END]

1.8K 71 21
                                    

Selamat mendengarkan lagu di atas sembari membaca chapter ini. Terima kasih. 🤍

Malam itu, sesuai permintaan Noah kepada Caitlin, keduanya tengah duduk bersebelahan di antara puluhan kursi bioskop

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, sesuai permintaan Noah kepada Caitlin, keduanya tengah duduk bersebelahan di antara puluhan kursi bioskop. Noah mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Tidak ada orang di dalam sinema kecuali dia dan Caitlin serta beberapa perawat yang duduk di beberapa baris depan mereka. Tersenyum tipis, Noah berbisik di dekat Caitlin. "Aku nggak mengira kalau kamu akan menyewa satu bioskop untuk kita, Cai."

Caitlin menoleh pada Noah lalu mengangkat bahunya kecil. "Nggak ada masalah kan?" tanyanya sembari ikut tersenyum. Lampu bioskop mulai padam, tanda bahwa film akan segera diputar. Caitlin langsung memalingkan wajahnya ke depan, begitu juga dengan Noah yang mulai fokus pada film.

Diam-diam, Noah bergerak mengambil tangan Caitlin lalu menggenggamnya erat. Caitlin sempat menoleh padanya, tapi setelahnya dia kembali fokus ke depan.

Noah tersenyum tipis. Dia terus menggenggam tangan Caitlin erat dan tidak berhenti mengusapnya lembut. Dalam ruangan bercahaya remang-remang itu, dia menoleh ke samping, pada profil samping Caitlin. Tanpa sadar, senyuman di wajahnya semakin melebar. Usapannya di tangan Caitlin pun tanpa sadar juga makin pelan.

Malam itu, jantung Noah sama sekali tidak berhenti berdebar kencang. Dan bukannya menikmati layar lebar yang disajikan di depan mereka, dia malah tidak berhenti mengamati wajah samping Caitlin tanpa melewatkan satu detik pun. Dia menarik napas panjang lalu tersenyum lagi. Masih menggenggam tangan Caitlin erat, Noah tiba-tiba menidurkan kepalanya di bahu Caitlin.

"Noah?" tanya Caitlin pelan tanpa melihat wajah Noah.

"Hmmm?" tanya Noah balik dengan gumaman kecilnya.

"Kenapa nggak nonton? Kamu yang bilang mau menonton."

Noah menggerakkan kepalanya di antara bahu dan leher Caitlin, seolah-olah dia sedang mencari posisi ternyamannya. Senyuman sama sekali tidak hilang di wajahnya. Dia pun makin menggenggam tangan Caitlin erat. "Aku nggak tau kalau filmnya ternyata membosankan. Kamu suka?"

"...." Caitlin tidak menjawab pertanyaan Noah. "Kalau kamu bosan, ayo kita pulang."

"Jangan," balas Noah cepat. Dia menggerakkan kepalanya lagi di bahu Caitlin lalu tersenyum tipis. "Aku lelah," tambahnya pendek. "Kalau filmnya sudah habis, bangunin aku ya."

Caitlin hendak membalas lagi, tapi ketika mendapati tangannya semakin digenggam erat oleh Noah, alhasil, Caitlin hanya terdiam di tempatnya.

Dulu, aku kira, aku tidak akan pernah bisa menikmati waktu-waktu seperti ini bersamanya.

Duduk berdua bersamanya, saling bergandengan tangan, saling menatap, saling tersenyum. Aku kira aku tidak bisa melakukannya bersama dia dulu.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang