Hello readers 👋👋
Wah masih seriusan lanjut nih bacanya??
Btw seru gak sih ceritanya??😣
Kalau seru alhamdulillah mimin seneng banget dong tentunya 😭❤❤
Jangan lupa vote dan komentarnya yawww😚 biar mimin semangat nulis dan revisinya😉Gomawo🙏
Sepulang kuliah Desita langsung masuk kekamar. Ia melirik jam dinding dikamarnya.
Sudah pukul 20.15 WIB dia baru saja pulang karena tadi janjian main basket sama Rey dan yang lainnya.
“ Desita.“ panggil Alina.
Alina, kakak perempuan Desita.
Mereka hanya terpaut lima tahun.
“ Ada apa Mbak?” tanya Desita.
Alina masuk kekamar adiknya.
“ Baru pulang ?” tanya nya.
“ He’eh ” jawab Desita polos.
Alina tersenyum.
“ Besok lagi jangan pulang malem – malem Bunda khawatir ” kata Alina lembut.
“ Kan aku nggak kemana – mana to Mbak aku cuma main basket sama Rey dan temenku yang lainnya, swear deh!” ujar Desita.
Alina kembali tersenyum.
“ Iya Mbak tahu, tapi kan kamu anak gadis nggak baik pulang larut apalagi main basket temennya cowok semua, hati – hati nanti jadi fitnah” nasehat Alina.
“ Iya deh Mbak ” ujar Desita sambil tersenyum.
“ Udah makan?”
“ Belum Mbak?”
“ Ya udah makan sana, tapi mandi dulu, sholat, baru makan ” ujar Alina.
Desita mengangguk.
Alina pun keluar dari kamar itu.
Sehabis mandi Desita menunaikan sholat isya kemudian duduk diatas tempat tidurnya.
Ia mengambil sesuatu dari dalam tas kuliahnya.
Sebuah mushaf Al qur’an kecil berwarna biru yang kalau tidak salah adalah milik laki- laki yang ia tabrak tadi pagi dikampus yang notabenenya adalah dosen baru dikampusnya.
Desita mengamatinya. Bagus dan cantik sekali apalagi biru adalah warna kesukaan Desita.
Desita membuka mushaf itu, ingin rasanya membaca. Tapi Desita tidak bisa mengaji seperti Alina, kakak perempuannya.
Sebenarnya dulu Desita pernah belajar mengaji dengan seorang Ustadzah di dekat rumahnya.
Tapi terakhir kali Desita belajar mengaji saat ia masih kelas dua SMP. Sesudah itu Desita terlalu disibukkan dengan ekstrakulikuler sekolah sehingga ia sampai lupa mengaji.
“ Besok Al qur’an ini bakal gue balikin ke tuh dosen” batin Desita.
Tiba – tiba ponsel Desita berdering.
Ada notification dari seseorang yang cukup Desita kenal.
Ia menatap layar ponsel dengan seksama.
“ Ngapain Wildan telfon?” batin Desita.
Desita me-riject nya.
Ia melempar ponselnya ke atas bantalnya.
“ Gue bakal lupain lo Wil ” batin Desita.***
Pandangan mata Desita tertuju pada serombongan anak kelas sebelah yang lewat dikantin.
“ Tumben Laras sama geng – geng nya pada pakek jilbab?” ujar Desita sambil mengunyah donat kacang kesukaannya.
“ Ya gara – gara Pak Zain lah “ kata Arum.
“ Terus kenapa emangnya?” tanya Desita polos.
“ Caper “ jawab Arum asal.
“ Menurut gue B aja tuh, malah lebih ganteng Lee Jae Wok, Hwang Min Hyun emm si Suga mungkin” ujar Desita.
Naysa dan Arum sama-sama memutar kedua bola matanya.
“ Yeh disamain kok sama artis korea “ komentar Naysa.
“ Cakep banget tapi sayangnya cuek” kata Arum.
“ Ya malah bagus lah nggak neko-neko sama mahasiswinya” ujar Naysa.
“ Lo kok nggak pakek jilbab sih Des?” goda Arum.
“ Belum siap gue lagian norak banget sih pakek kerudung cuma niatan buat caper sama cowok, percuma luar ketutup kalau dalemnya ancur.“ kata Desita.
“ Jangan nunggu kapan siap Des, niatkan dulu meski awalnya agak melenceng pasti lama - lama niat itu akan berubah jadi baik. Kalau nunggu sampai hati siap kapan siapnya?” ujar Arum.
“ Nanti kalau udah tua ” jawab Desita lalu tertawa.
Naysa memutar kedua bola matanya.
“ Terserah lo aja deh “ katanya.
Tiba – tiba lengan Desita ditarik oleh seseorang, dan seseorang itu membawa Desita keluar dari kantin.
Mata Desita melebar saat menyadari orang yang menariknya barusan adalah Wildan.
“ Wil sakit “ pekik Desita.
Wildan menatap kearah Desita dan langsung menarik Desita kedalam pelukannya.
Desita memberontak dan mendorong Wildan.
“ Kurang ajar banget sih? ” marah Desita.
“ Des gue mau jelasin kalau,,”
“ Kalau anak dikandungan Bella itu anak lo? Ya kan?” potong Desita.
Wildan menatap gusar kearah Desita.
“ Iya kan Wil?”ujar Desita parau.
Wildan menggeleng dan menunduk.
“ Nggak ,,,” ucap Wildan terhenti sambil menatap kearah Desita.
Desita pun menatap kearah Wildan.
“ Nggak tahu, gue nggak tahu bayi dikandungan Bella anak gue atau bukan Des?” lanjut Wildan.
Airmata Desita semakin lolos.
Yang ia mau adalah jawaban Wildan yang lantang dan yakin kalau anak dikandungan Bella bukan darah dagingnya. Bukan malah jawaban yang seperti itu.
“ Pergi lo Wil gue muak sama lo ” raung Desita.
“ Gue nggak bisa Des ngelepas lo, gue pengen kita sama - sama terus” mohon Wildan.
Desita menatap tajam kearah Wildan.
“ Lo yang buat kita nggak bisa sama - sama lagi, andaikan lo nggak ngekhianatin gue, gue pasti bakal mempertahanin hubungan ini. Tapi apa? Lo hancurin hati gue Wil, hubungan kita ibarat kaca yang udah pecah nggak akan pernah bisa bersatu lagi. Bersatu pun kita nggak akan sempurna lagi” ujar Desita.
Wildan menatap nanar kearah wanita yang sangat ia cintai.
“ Gue nggak bisa pisah dari lo Des gue,,,”
“ Pergi!!!!” teriak Desita.
Wildan menghela nafas gusarnya. Dengan berat hati Wildan melangkah pergi meninggalkan Desita yang kini semakin banjir airmata. Ini adalah hal yang sulit bagi Desita.
Rasanya sangat menyiksa bila melepaskan seseorang yang seolah-olah sudah dimiliki jiwa dan raga.
Tubuh Desita terasa lemas. Ia pun duduk dilantai dengan keadaan makin terisak dibalik tangan yang menutupi wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Gus [ ON GOING ]
Teen FictionDesita Alicia Yuriza gadis cantik asli Jawa Tengah yang masih berdarah blasteran negeri Paman Sam dari ibunya, selain cantik ia adalah mahasiswi berprestasi di kampusnya. Mulai dari tukang parkir sampai kepala Universitas memujanya seperti selebriti...