Desita membuka matanya lebar dan langsung bangkit dari tidurnya. Sehabis subuh tadi Desita memutuskan untuk tidur sejenak dan akhirnya ketiduran sampai sekarang. Namun firasatnya aneh, ia langsung berlari kearah jendela dan menyibak gorden.
“ Astaghfirullah udah siang “ teriak Desita.
Ia buru- buru melihat jam bekernya. Mati.
“ Kok bisa mati sih, kan kemarin baru diganti batu baterainya “ keluh Desita.
Sekarang pukul 08.15 WIB, masih ada waktu 45 menit untuknya bersiap dan perjalanan ke kampus. Iya kalau nggak kejebak macet. Desita pun akhirnya mandi dan bersiap- siap, setelah itu ia turun keruang makan. Disana sudah ada Ayah Adnan, Bunda Novia, Alina, Bagas dan juga Rama.
“ Selamat pagi “ sapa Desita.
Hening tak ada yang membalas ucapan selamat pagi Desita kecuali Rama.
“ Bunda kok nggak bangunin Desita sih? “ omel Desita sambil menyomot roti selai di piring.
“ Udah dewasa kok, mandiri lah “ jawab Bunda Novia cuek.
“ Nih orang- orang kenapa sih kok dingin amat sama gue? “ batin Desita.
“ Biasain lah bangun tanpa alarm, kalau cuma ngandelin alarm terus ya nggak bakalan disiplin “ ujar Alina.
Desita menghela nafas mencoba mengontrol emosinya.
“ Ya udah Desita berangkat dulu, Assalamualaikum “ ucap Desita seraya bangkit.
“ Wa’alaikumussalam “ jawab mereka.
Ayah Adnan menatap kearah Bunda Novia.
“ Apa nggak berlebihan? “ tanyanya.
“ Nggak dong yah, ini kan suprise “ jawab Bunda Novia.
Sesampainya di kampus Desita langsung menghampiri Naysa dan Arum yang berjalan menuju ke kelasnya.
“ Annyeong “ sapa Desita.
Namun Naysa dan Arum hanya diam saja.
“ Kalian berdua kenapa sih? “ tanya Desita bingung.
Naysa sibuk dengan ponselnya, sedangkan Arum sibuk membaca novel karya Boy Candra sambil berjalan.
“ Tau ah nyebelin banget lo pada “ ujar Desita.
Ia berjalan ke kamar mandi meninggalkan Naysa dan Arum. Di dalam kamar mandi Desita masih ngomel-ngomel nggak jelas karena semuanya aneh hari ini.
Saat keluar dari kamar mandi Desita terkejut karena ada orang yang memberi Desita sekuntum mawar merah. Desita menerimanya dengan bingung, kemudian orang itu pergi.
Desita berjalan lagi lalu ada yang memberinya bunga lagi. Hal itu terjadi berulang sebanyak 5 kali hingga ia sampai di kelas.
“ Ini apaan sih? “ batin Desita bingung.
Desita masuk kedalam kelas, namun suasana kelas yang biasanya ramai kini terlihat sepi. Desita berjalan ke mejanya dan menemukan sebuket bunga di mejanya.
“ Dari siapa ya? “ gumam Desita.
Drrrtt.. drrttt... drttt tiba- tiba ponsel Desita bergetar di saku sweaternya. Desita melihat ternyata Zain yang menelfonnya. Desita langsung mengangkat panggilan itu meski agak ragu- ragu.
“ Halo Pak, Assalamualaikum “ sapa Desita.
“ Wa’alaikumussalam “
“ Ada apa Pak? “ tanya Desita.
“ Barakallahu fii umrik wa hayatik, Selamat ulang tahun Desita “
Kedua mata Desita melebar. Jantungnya berdetak hebat saat itu hingga wajahnya memerah.
“ Syukron Pak “ ucap Desita terharu.
“ Desita? “
“ Iya “
“ Ada yang mau saya bicarakan denganmu”
“ Silahkan Pak “
“ Insyaallah selepas wisuda kelulusan sampeyan sebulan mendatang. Saya beserta keluarga akan silaturahmi kerumah sampeyan “
“ Oh kalau mau silaturahmi saja ngapain nunggu 2 minggu lagi Pak? Kan besok juga bisa “ kata Desita polos. Ia tidak menyadari maksud dari perkataan Zain.
“ Ayah kamu maunya saya ngelamar kamu selepas kamu wisuda Desita, kalau besok apa sudah boleh sama Ayahmu? “ tanya Zain.
Kedua mata Desita hampir terlepas dari tempatnya.
“ Me-lamar? “ tanya Desita kaget.
“ Bagaimana dengan sampeyan? “
Hati Desita berdebar kencang, namun ia tidak bisa menyembunyikan senyum haru dan bahagianya.
“ Insyaallah bi idznillah “ jawab Desita.
" Mungkin ini terkesan tiba-tiba, tapi saya sudah yakin dengan keputusan ini. Setelah berdoa dan memohon petunjuk kepada Allah, saya semakin yakin untuk memilih sampeyan sebagai sahabat hidup saya selamanya "
“ Ya sudah, saya ada jadwal pemeriksaan pasien. Assalamualaikum “
“ Walaikumussalam “
Panggilan pun terputus.
“ Cieeee “ teriak semua orang yang tiba- tiba muncul dan masuk ke kelas.
Ternyata teman- teman sekelas Desita. Naysa dan Arum berlari memeluk Desita penuh haru.
“ Selamatt Desitaa “ ucap keduanya.
Semuanya pun menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Desita kemudian teman yang lainnya membawa kue tart lengkap dengan lilin diatasnya.
“ Happy Brithday Desita “ ucap mereka semua.
Desita meniup lilin ulang tahun itu dan tersenyum pada semua teman- temannya.
“ Terimakasih teman- teman “ ucap Desita.
“ Selamat ulang tahun dan selamat udah dilamar Pak Dosen “ ucap Aldo.
Semuanya bersuit- suit heboh.
“ Kalian denger? “ tanya Desita kaget.
“ Kita ngupingnya detail ya guys? “ teriak Arum.
Semuanya kembali bersuit- suit heboh.
“ Terimakasih Ya Allah engkau telah mengabulkan dia di sepertiga malamku. Ini adalah kado ulang tahun terindah dari- Mu “ batin Desita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Gus [ ON GOING ]
أدب المراهقينDesita Alicia Yuriza gadis cantik asli Jawa Tengah yang masih berdarah blasteran negeri Paman Sam dari ibunya, selain cantik ia adalah mahasiswi berprestasi di kampusnya. Mulai dari tukang parkir sampai kepala Universitas memujanya seperti selebriti...