1.3 Pasukan Garnisun 2

727 103 6
                                    

Kini di hadapan para prajurit Garnisun, ada sebuah Titan yang tidak sempurna atau dapat di katakan menjadi bangkai (?) dengan banyak asap yang mengepul dari Titan itu.

Mikasa kini menggapai pedang nya sedangkan Armin dan Veara masih terkejut dengan keadaan atau lebih tepatnya Armin yang terkejut dengan keadaan karena pandangan Veara tampak berbinar kagum.

Asap masih menyelimuti keadaan sekitar, semua orang masih terkejut dengan apa yang terjadi tadi, hingga tak lama kemudian asap yang menyelimuti keadaan mulai menghilang pelan dan menampilkan sosok Titan tidak sempurna itu.

"Kapten Felman!" panggil seorang prajurit.

"L - lihat itu!" ujar kapten mereka atau Felman dengan raut wajah terkejutnya.

"Jangan mendekat! Terlalu berbahaya! Untuk sekarang semua nya bersiaga dulu! Bersiaga! Isikan pelurunya kedalam meriam!" Lanjut nya lagi sembari memberi perintah kepada anak buahnya.

Dan dari dalam Titan itu sendiri tak lama keluar Eren dengan agak tergesa gesa dan dengan segera menarik tangannya yang menempel dengan daging Titan itu.

"Yang kuingat aku mendengar tembakan meriam. Setelah itu ada suara benturan, lalu panas ini ..." ujar Armin yang masih terkejut dengan apa yang terjadi.

"Saat ini, kita sedang berada di dalam tengko-"

"Eren telah melindungi kita" potong Mikasa.

"Untuk sekarang hanya itu lah yang penting" lanjut Mikasa.

"Di dalam sini, bunga pun masih utuh?" monolog Armin sembari memperhatikan bunga yang di lihatnya itu.

"Oi!" Panggil Eren yang menuju kearah mereka.

"Apa kalian baik baik saja?" Tanya Eren kepada ketiga orang temannya itu.

"Eren, apa apaan ini?" Tanya Armin.

"Entahlah" jawab Eren yang juga tak tau.

"Akan ku jelaskan nanti, disaat kita sudah melewati keadaan ini" sahut Veara yang angkat bicara.

"Tapi tubuhnya menguap, ini sama seperti bangkai Titan" ujar Eren.

"Tentu saja, itu terjadi karna kau keluar dari tubuh Titan ini" jawab Veara.

"Sepertinya kau lumayan tau banyak tentang ini ya Veara" sahut Mikasa dan di jawab dengan anggukan dari Veara dengan senyumannya.

"Kita harus pergi dari sini" ujar Eren segera berlari menuju keluar lebih dulu.

Veara pun segera bangkit dan mengikuti Eren, begitu pula dengan Mikasa dan Armin.

"Mereka masih bersiaga menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya, saat ini Garnisun tidak bisa melihat pergerakan kita. Tapi pada akhirnya mereka akan menyerang lagi" ujar Eren sembari melihat ke arah atas.

"Setelah menunjukkan ini, tampaknya kita tidak bisa mencari alasan lagi. Hanya saja, aku ingat satu hal. Ruang bawah tanah, ruangan yang berada di rumahku" lanjut Eren sembari memegang kunci yang menggantung atau menjadi kalungnya selama ini.

"Kau pasti penasaran kenapa ayahmu merahasiakan itu kan?" tanya Veara yang membuat Eren yang tadinya ingin lanjut bicara namun tak jadi dan langsung menatapnya.

"Disaat yang tepat kau pasti akan tau nantinya, dan aku sangat berharap suatu saat nanti kau tidak mengambil keputusan yang membuat orang di sekitar mu sedih, termasuk gadis yang sangat menyayangi mu ini" lanjut Veara lagi sembari menengok dan menatap ke arah Mikasa dengan senyum nya yang tak luntur sedari tadi.

Entah kenapa Veara merasa dirinya sangat ingin memberitahu semua nya, namun dirinya tau ini bukan saat yang tepat.

"Apa maksudmu? Apa yang kau maksud dengan mengambil keputusan yang membuat orang-orang merasa sedih?" Tanya Mikasa sembari memegang kedua bahu Veara.

Attack On Titan [ AOT X OC ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang