Detention Room

434 37 3
                                    

Seonghwa menghela napas ketika pintu berwarna cokelat di hadapannya terbuka lebar.

"Silahkan masuk." Ucap Pak Guru Jeong, ia memperhatikan Seonghwa sejenak lalu kembali menatap buku bacaannya.

Ruang Detensi tidak semenakutkan itu, namun atmosfer di dalamnya terasa asing dan tidak menyenangkan. Alasan Seonghwa berakhir di tempat ini adalah karena ia lupa membawa PR Ekonomi yang sudah ia kerjakan. Terdengar sepele memang tapi nyatanya Seonghwa harus menghabiskan waktunya di dalam ruangan ini sebagai bentuk hukuman dan merenungi perbuatannya.

Terdapat tiga siswa yang bernasib sama seperti Seonghwa. Dua diantaranya laki-laki dan satu perempuan yang tengah memainkan ponselnya.

Ia berani sekali, batin Seonghwa. Dan tampaknya Pak Guru Jeong tidak menegurnya.

Seonghwa mendudukkan diri di belakang gadis itu, ia mengeluarkan beberapa bukunya untuk mengulang kembali pelajaran yang sempat tertinggal.

"Hei."

Mendongakkan kepala, Seonghwa mendapati gadis itu menatapnya sambil tersenyum. Seonghwa tahu bahwa ia adalah murid tahun terakhir sama seperti dirinya, namun Seonghwa tidak mengenalnya. Meski begitu, ia terlihat tidak asing.

"Apa yang membuatmu dihukum?"

"Aku lupa membawa PR."

Gadis itu menganggukkan kepala, ia sempat melirik buku pelajaran milik Seonghwa namun tidak berkata apa-apa. "Hana."

"Huh?"

"Namaku Hana, Yoo Hana. Kau?" Tangan kanan Hana terulur di hadapan Seonghwa.

"Park Seonghwa." Butuh beberapa detik sampai Seonghwa menjabat tangannya dan ia bisa merasakan telapak tangan gadis itu lembut sekali, seperti diolesi dengan hand cream secara rutin.

"Aku tidak pernah melihatmu di sini sebelumnya." Ucap Hana setelah jabat tangan keduanya terlepas. "Pertama kali?"

Seonghwa mengangguk, "Bagaimana denganmu?"

"Ini yang ke empat kalinya."

Wow, Seonghwa tidak menduga hal itu sebelumnya. "Kali ini apa kesalahanmu?"

"Tertidur di kelas dan tidak mengerjakan PR Bahasa Inggris, Bu Guru Son memarahiku habis-habisan."

Salah sendiri, namun Seonghwa memilih untuk tidak menyuarakan pikirannya.

"Belajarlah, aku akan tidur." Hana berbalik dan menelungkupkan kepala di meja sementara Seonghwa berkutat dengan bukunya.

Belum sampai lima menit terlewati, Seonghwa dikejutkan dengan tubuh Hana yang berbalik dan kembali menatapnya lalu berkata.

"Kau mau keluar dari sini?"

"Apa?"

"Kau dan aku, kita keluar dari ruangan ini."

Seonghwa mengerutkan dahinya, "Memangnya itu diperbolehkan?"

"Tentu saja tidak." Hana memutar bola mata dengan malas, "Tapi akan menyenangkan."

Seonghwa diam sejenak, batinnya meronta ingin pergi dari tempat ini walaupun ia tahu hal tersebut dilarang. Jika dilakukan satu kali, mungkin tidak apa-apa. Lagipula Pak Guru Jeong tampak tidak peduli, begitu juga dengan dua siswa lainnya.

"Baiklah."

"Yes!"

Hana membereskan barang-barangnya, begitu juga dengan Seonghwa. Mereka sempat berpandangan selama beberapa detik sebelum mengendap-ngendap keluar dari Ruang Detensi. Seonghwa gugup setengah mati, ia takut diberi hukuman lagi.

"Akhirnya." Hana menghembuskan napas lega ketika keduanya lolos dari pantauan Pak Guru Jeong dan menutup pintu Ruang Detensi di belakang mereka, "Apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

Pandangan Seonghwa jatuh pada buku di dekapannya, "Belajar?"

"Serius?"

"Ya."

"Wah, kau membosankan." Hana berkacak pinggang. "Ayo, ikut aku."

"Ke mana?"

"Suatu tempat."

"Hana, kita berdua sedang dihukum. Bagaimana jika--"

"Aku sudah melakukan ini ribuan kali dan tidak pernah tertangkap. Ayo, Seonghwa."

Dan Seonghwa menurut.

*****

"Kau serius tidak ada yang akan menangkap kita di sini?"

Hana menggeleng, "Kemarilah."

Seonghwa mendudukkan dirinya di sebelah Hana yang sedang mengunyah roti kacang merah. Mereka membelinya dari kantin sepuluh menit yang lalu dan Hana membawa Seonghwa ke rooftop untuk menghabiskan waktu di sana.

"Aku selalu berada di sini jika sedang bosan di kelas."

"Maksudmu, membolos?"

"Ya, kau tidak pernah melakukannya?"

"Tidak."

Hana menyerahkan sekotak susu stroberi pada Seonghwa, "Tapi sekarang kau terjebak bersamaku."

"Benar juga." Seonghwa menerima susu kotak itu dengan senang hati, "Kenapa kau membolos?"

"Ingin saja."

"Kenapa kau tidak mengerjakan PR?"

"Ingin saja."

"Kenapa kau melakukan hal itu?"

Hana tidak menjawab, ia menggoyangkan kedua kakinya dengan asal.

"Kau tahu, sebentar lagi kita lulus."

"Tahun depan, ini masih bulan September." Gumam Hana.

"Ya, tapi itu adalah waktu yang singkat dan tiba-tiba saja...boom! Selamat datang di dunia perkuliahan."

"Kau membuatku takut, Seonghwa."

"Maka dari itu kau harus bersiap dari sekarang."

Hana mendongak, menatap langit cerah di atasnya yang dinaungi awan putih. Ia memikirkan perkataan Seonghwa yang ternyata ada benarnya. Hana sudah berada di penghujung SMA, seharusnya ia tidak bermain-main dan mulai serius belajar.

"Tidak ada gunanya menyesal." Seonghwa bangkit dari duduknya, telapak tangannya terulur di hadapan Hana, "Ayo, belajarlah denganku."

Butuh waktu beberapa detik sampai Hana menggenggam tangan Seonghwa dan lelaki itu tersenyum tipis namun manis.

Mereka berdua mungkin baru saling mengenal, tapi Seonghwa tidak menyesal dengan keputusannya. Ia dengan senang hati akan mengajari Hana belajar dan mungkin keduanya bisa masuk Universitas Seoul bersama ketika mereka lulus SMA nanti.

*****

A/N :

Selamat datang di buku kedua aku! Berbeda dari buku sebelumnya yang bergenre romance crime, buku ini genrenya romance, fluff, dan yang pasti highschool au, jadi gak ada part smut ya 😅

I'm very excited about this one, ku harap kalian juga suka ya 😍

Thank you for reading 💗

FROSTBITE // Park Seonghwa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang