Departure

98 24 0
                                    

Benda apa yang cocok sebagai kado perpisahan? Seonghwa kebingungan setengah mati sampai-sampai tak bisa tidur untuk beberapa hari. Ia merasa hadiah apapun tak pantas untuk diberikan pada Hana, padahal kepergian kekasihnya itu tinggal menghitung hari.

"Beri saja ia surat." Ujar Hongjoong ketika Seonghwa bertanya untuk kesekian kalinya.

"Bagaimana jika nanti hilang?"

"Tidak mungkin hilang, kan pemberian darimu."

Meski begitu, Seonghwa tidak mendengarkan saran dari Hongjoong. Ia menghabiskan banyak waktu untuk merenung dan berpikir hadiah apa yang hendak ia berikan untuk Hana sebagai kado perpisahan.

Dan hari itu datang, hari di mana Hana akan pergi ke Australia. Seonghwa ditemani Jiwon pergi ke bandara untuk mengantar kekasihnya, ia juga bertemu dengan orangtua Hana serta adik laki-lakinya yang masih duduk di bangku SMP.

"Seonghwa?"

"Senang bertemu denganmu, Nyonya Yoo."

Ibu Hana terlihat cantik dan wajahnya awet muda, kedua pipinya berseri-seri menatap Seonghwa. "Tidak perlu terlalu formal, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih karena kau telah banyak membantu Hana dalam belajar."

Seonghwa menundukkan kepalanya sambil tersenyum, "Senang bisa membantu, boleh saya minta waktu dengan Hana sebentar?"

"Silahkan, silahkan. Habiskan banyak waktu sebelum Hana pergi, bukan begitu?"

Hati Seonghwa berdesir ketika mendengarnya, walau begitu ia tetap menyunggingkan senyum.

"Hei." Hana menatap Seonghwa untuk beberapa detik sebelum menarik kekasihnya itu lebih jauh, jaga-jaga agar orangtua maupun sahabatnya tidak melihat apa yang akan mereka berdua lakukan.

Tunggu, kenapa terdengar mesum?

"Hei." Tangan Seonghwa terangkat untuk mengusap rambut Hana, "Kau sudah menyiapkan semuanya?"

"Ya. Kau tahu? Aku bahkan membawa boneka beruang milikku yang sebenarnya sudah sangat usang, tapi aku tidak bisa meninggalkannya karena itu adalah pemberian dari kakek saat aku masih SD."

"Tak apa, bawa semua barang yang kau mau."

"Bagaimana dengan kau? Aku juga ingin membawamu." Hana mengucapkannya dengan lirih, kedua matanya bahkan sudah berkaca-kaca.

Seonghwa tak tega melihatnya, ia mengusap pipi Hana sebelum mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. "Aku punya sesuatu untukmu."

"Hwa, sudah kubilang kau tak perlu repot-repot memberi hadiah."

"Tetap saja aku ingin memberimu hadiah." Seonghwa mengeluarkan kotak kecil berwarna coklat dan sebuah amplop putih.

"Aku boleh membukanya?"

Seonghwa mengangguk, "Tapi untuk suratnya buka di dalam pesawat ya?"

Hana mengerti, ia meraih kotak tersebut dan membukanya. Isinya persis seperti yang ia bayangkan yaitu sebuah kalung, warnanya silver dengan liontin berbentuk kompas.

"Kau bisa membuka liontinnya."

"Benarkah?"

"Ya."

Ibu jari Hana menekan sisi depan liontin itu kemudian terbuka. Isinya adalah foto Seonghwa yang merangkul Hana ketika mereka berkencan untuk pertama kalinya sebagai sepasang kekasih.

"Ini... indah sekali." Hana menggenggamnya erat-erat, "Kenapa bentuknya kompas?"

"Karena kompas melambangkan petunjuk jalanmu untuk kembali padaku."

Air mata Hana sudah mengalir deras di pipinya, ia berjanji untuk tidak menangis tapi ternyata usahanya sia-sia. Isak tangisnya teredam di dalam pelukan Seonghwa, membuat Hana mengusak kepalanya untuk menghirup wangi parfum kekasihnya itu.

"Menangislah, tidak apa-apa." Seonghwa mengusap-usap punggung Hana dengan lembut, "Tetapi berjanjilah bahwa kau akan kembali tersenyum nanti."

Hana mendongakkan kepala, menatap Seonghwa dengan mata basahnya dan berkata, "Aku mencintaimu."

"Aku juga, aku mencintaimu, Hana." Seonghwa menunduk, memposisikan bibirnya di depan bibir sang kekasih lalu berbisik, "Cinta sekali."

Sejenak, Hana melupakan situasi di sekitarnya ketika bibir Seonghwa memagut bibirnya. Ia memejamkan mata, sedikit berjinjit untuk memperdalam ciuman perpisahan itu. Air mata Hana kembali meluncur bebas, tapi hatinya dengan cepat menghangat ketika telapak tangan Seonghwa mengusap pipinya tanpa melepaskan ciuman mereka.

"Aku akan kembali." Bisik Hana, dirinya masih setengah terbuai dengan usapan lembut jemari Seonghwa, "Maka dari itu jangan macam-macam!"

Seonghwa terkekeh lalu mengecup dahi kekasihnya, "Seharusnya aku yang mengatakan itu, jangan macam-macam di Australia. Belajar yang rajin, membaur dengan warga sekitar dan ceritakan hari-harimu padaku, oke?"

Hana memutar bola mata, kekasihnya itu terdengar seperti ibu-ibu. "Ya, ya baiklah."

Dan waktunya Hana untuk pergi pun tiba, ia melambaikan tangannya di udara setelah sesi tangis menangis dengan Jiwon dan membuat orangtua Hana kelimpungan. Ia juga sempat memeluk Seonghwa sekali lagi serta mengusak rambut adik laki-lakinya. Hana menangis, tapi wajahnya menyunggingkan senyum lebar, begitu juga dengan Seonghwa. Senyumnya mengembang dan tangannya terangkat di udara untuk melambai pada kekasihnya yang kini sedang melangkah sambil menggeret koper.

Hana akan meraih mimpinya, begitu juga dengan Seonghwa.

*****

Untuk Yoo Hana,

Hai Hana atau haruskah aku memanggilmu sayang? Hehehe. Sejujurnya aku tidak pandai berkata manis di dalam surat begini tapi aku berusaha untuk tetap memberikan yang terbaik sebelum kau pergi. Kau tahu bahwa kisah kita dimulai dengan tidak mulus dan melibatkan banyak peraturan yang dilanggar, tapi aku tidak pernah menyesal telah mengenalmu. Untung saja pada hari itu aku tidak membawa PR sehingga aku bisa bertemu denganmu di ruang detensi, aku masih sering memikirkannya hingga saat ini.

Kita berbeda dalam banyak hal namun entah bagaimana kita menjadi sepasang kekasih. Mungkin karena aku terlalu mencintaimu jadi aku tidak masalah dengan perbedaan di antara kita. Kau juga begitu kan?

Hana, yang ingin kukatakan adalah bahwa aku sangat bangga padamu. Tidak semua orang bisa belajar dengan keras lalu mendapatkan beasiswa di universitas luar negeri yang terkemuka, tapi kau membuktikan bahwa kau bisa. Meski berulang kali kau berkata bahwa hal itu terjadi karena aku yang membantumu, tapi itu salah. Itu semua karena kau memiliki tekad dan aku bangga karenanya. Kekasihku sangat pintar~~~

Memang sulit untuk melepasmu tapi aku rasa itu akan berlalu. Aku hanya harus terbiasa tanpa kehadiranmu untuk sementara, namun kemudian libur musim panas dan musim dingin tiba lalu kita akan bertemu lagi, iya kan Sayang? Aku jadi tidak sabar :)

Jaga kesehatanmu ya, belajarlah yang rajin dan jangan ragu untuk berteman dengan banyak orang. Perbanyak relasi karena aku tidak ingin kau merasa sendirian di sana, aku juga akan melakukan hal yang sama di sini, belajar dengan giat dan meraih mimpi di Universitas Seoul. Yoo Hana, fighting!

With love,
Park Seonghwa.

*****

A/N :

Mau kabarin aja kalo minggu depan buku ini tamat 😇 huhu bakal kangen Seonghwa dan Hana 😓

Tapi yang pasti bakal ada buku selanjutnya dong 😜

FROSTBITE // Park Seonghwa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang