Frostbite

122 24 8
                                    

Angin di bulan November terasa semakin dingin dari hari ke hari. Seonghwa kesulitan tidur semalaman karena ia akan menghadapi tes masuk perguruan tinggi atau lebih dikenal dengan nama CSAT pada pagi hari ini. Seonghwa menyadari bahwa waktu berlalu dengan cepat, rasanya baru kemarin ia bersembunyi di dalam perpustakaan bersama Hana. Gadis itu benar-benar menunjukkan perubahan pada dirinya. Ia jadi bersemangat dalam belajar dan mengerjakan kumpulan soal, sesekali ia meminta bantuan Seonghwa jika menemukan soal yang sulit dan mereka akan berakhir mengerjakannya bersama-sama.

Ngomong-ngomong, Seonghwa sudah mengirim pesan pada Hana sejak satu jam yang lalu, namun gadis itu belum membaca maupun menjawab pesannya hingga saat ini. Seonghwa juga tidak menemukan keberadaan Hana di antara banyaknya siswa siswi yang berlalu lalang untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi yang sebentar lagi akan dimulai. Seonghwa cemas, tapi ia harus tenang agar dapat mengerjakan tes dengan lancar. Seonghwa berharap, ia dapat bertemu dengan Hana nanti.

*****

Ceroboh menjadi salah satu kebiasaan yang tak dapat Hana ubah dalam hidupnya. Di tengah udara dingin yang membuatnya menggigil, Hana lupa membawa hotpack sehingga harus menyimpan kedua tangannya di dalam saku mantel. Lumayan hangat walaupun tidak seberapa.

"Hana?"

Gadis itu mendongak lalu mendapati Park Seonghwa berdiri di hadapannya.

"Hei."

"Kau ke mana saja? Aku mengirim pesan padamu sejak pagi dan--"

Hana tak membiarkan Seonghwa berbicara lagi karena ia telah lebih dulu merengkuh pria itu. "Kerja bagus, Seonghwa."

Dan Seonghwa merasakan dirinya meleleh dalam pelukan Hana, mengerjakan tes sejak pagi hingga sore memang sangat melelahkan untuknya. Meski ia masih bertanya-tanya kenapa gadis itu tidak menjawab pesannya, namun Seonghwa lega karena sekarang ia berada di sini.

Seonghwa rasa ia memang butuh dipeluk dan diapresiasi pada detik ini.

*****

"Kau yakin orangtuamu tidak akan khawatir?" Tanya Hana ketika mereka berjalan beriringan sambil menikmati dua gelas coklat panas.

"Aku sudah memberitahu mereka bahwa aku akan berjalan-jalan sebentar sehabis mengerjakan tes, hitung-hitung sebagai refreshing."

Mereka memang sedang berjalan-jalan di taman karena permintaan Seonghwa. Ia tidak ingin langsung pulang dan memilih untuk melepas penat dengan menghabiskan waktu bersama Hana.

Uap yang mengepul dari gelas coklat panas itu sedikit menghangatkan tubuh Hana yang bergetar kedinginan, "Kau seharusnya langsung beristirahat."

"I know."

Hana menghentikan langkahnya, hal itu membuat Seonghwa berbalik dan keduanya saling beradu pandang.

"Ada yang ingin aku katakan padamu."

Seonghwa mengangguk, mendengarkan.

"Aku mendapatkan beasiswa di Universitas Adelaide dengan program studi Hubungan Internasional."

Seonghwa terdiam sejenak, "Australia?"

Hana mengangguk.

"Kapan?"

"Dua minggu yang lalu dan aku minta maaf karena tidak memberitahumu lebih awal."

Jemari Seonghwa meremat gelas yang sudah kosong di genggamannya, "Itu sebabnya kau tidak mengikuti tes hari ini?"

"Ya, aku memilih pergi ke Australia dan orang tuaku mendukung keputusan yang aku buat." Hana tersenyum getir, "Tapi aku tidak bisa melakukannya tanpa bantuanmu. Study and another stuff, itu semua karena kau, Seonghwa."

"Dan kau membuktikan bahwa kau berhasil."

Hana menunduk dan tanpa ia sadari dirinya telah terisak, berusaha menahan suaranya dengan menutupi mulut menggunakan punggung tangan. Ada banyak sekali yang ingin ia ucapkan namun hanya berakhir dengan rentetan kata yang terputus-putus.

"Hei, Hana. Hei, look at me." Seonghwa membingkai wajah Hana dengan telapak tangannya, "Look at me, please?"

Sekuat tenaga Hana mendongakkan kepalanya agar dapat menatap Seonghwa, wajahnya yang nyaris membeku kini terasa hangat karena air mata yang mengalir.

"I'm so proud of you, Hana." Ibu jari Seonghwa mengusapi air mata yang masih berjatuhan, "So so proud."

"I don't... I like you so much I don't wanna leave you." Hana mengaku di sela-sela tangisannya.

"I like you too." Seonghwa menghangatkan wajah Hana dengan telapak tangan, "Tapi kau kedinginan, biar aku hangatkan untukmu."

"How?"

Dan yang dapat Hana rasakan selanjutnya adalah bibir Seonghwa yang menempel pada bibirnya. Sensasinya hangat dan sedikit lembab, hal itu membuat Hana terkejut, terlebih bibirnya masih bergetar karena dinginnya udara malam yang berhembus. Tapi kemudian Hana menutup mata, meremat ujung mantelnya ketika Seonghwa memperdalam ciuman mereka.

"It's okay, you don't have to stay." Gumam Seonghwa diantara ciuman itu, "We can do this."

Malam itu di tengah radang dingin yang menerpa, kisah Hana dan Seonghwa dimulai.

*****

A/N :

Menyambut hari Valentine, akhirnya Seonghwa dan Hana kisseu juga 😝😏 tapi aku lumayan sedih pas nulis Hana mau berangkat ke Aussie 🤕🥺

To be continued...

FROSTBITE // Park Seonghwa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang