Seongwa disambut oleh ibunya yang tampak khawatir ketika ia sampai di rumah. Ibu langsung menyadari bahwa anak laki-lakinya terluka di bagian lutut dan menyuruh Seonghwa masuk ke dalam. Ibu juga berkata bahwa Hongjoong yang membawakan barang-barang milik Seonghwa ketika ia menghilang sampai waktu sekolah usai. Dalam hati, Seonghwa bersyukur karena tadi ia meminta Hana untuk menurunkan dirinya di halte bus karena jika gadis itu menggendongnya sampai ke rumah sudah pasti Ibu akan bertanya macam-macam.
"Sebenarnya, kau ke mana?"
"Aku ketiduran di perpustakaan."
"Lalu kenapa bisa terluka?"
Seonghwa menceritakan semuanya dengan tidak menyebutkan nama Hana. Ia tidak ingin ditanyai lebih jauh. Meski begitu, Seonghwa yakin bahwa Hongjoong akan mencecarnya dengan banyak pertanyaan besok.
*****
Dugaan Seonghwa salah. Ia kira, Hongjoong akan menanyainya tentang kemarin di mana Seonghwa menghilang. Tetapi temannya itu hanya diam ketika Seonghwa masuk kelas, ia bahkan sibuk sendiri dengan ponselnya dan mengabaikan kehadiran Seonghwa. Jika sudah begini, itu tandanya Hongjoong marah dan Seonghwa harus meluluhkan hatinya.
"Hongjoong."
"Hmm."
"Aku ingin menjelaskan tentang yang kemarin."
"Jika kejadian kemarin bersangkutan dengan Hana, aku tidak mau mendengarnya."
Seonghwa menghela napas, "Itu bukan salahnya, aku memang pergi ke perpustakaan dan ketiduran."
"Kau membelanya? Kau membela Hana sementara ia yang membuatmu terluka?"
"Itu kesalahanku sendiri karena aku yang ceroboh, Joong."
Hongjoong menaruh ponselnya di meja dengan kasar, ia menatap Seonghwa marah, "Aku mencarimu ke toilet dan tidak menemukanmu di sana. Bahkan sampai sekolah usai, kau tidak kembali ke kelas. Saat ku bawakan barang-barangmu ke rumah, ibumu sangat khawatir. Tapi kau berada di sini untuk membela Hana bukannya berterima kasih padaku."
Seonghwa mengulum bibirnya, siap berbicara namun Hongjoong lebih dulu menyela.
"Semenjak kau dekat dengan Hana, kau berubah. Kau bukan lagi Seonghwa yang aku kenal."
Ucapan itu menyakitkan, tapi Seonghwa paham bahwa Hongjoong sedang marah. Maka ia mengambil napas dalam-dalam dan mulai meluruskan keadaan. "Aku minta maaf karena tidak menjelaskannya sejak awal padamu, tapi ketahuilah bahwa ini memang bukan salah Hana. Aku memang membolos karena kemauanku sendiri, Joong. Dan aku minta maaf karena membuatmu khawatir."
Meski Hongjoong masih kesal, akhirnya ia menghela napas dan menatap Seonghwa sungguh-sungguh. "Jangan diulangi."
Senyum mengembang di bibir Seonghwa, ia merangkul Hongjoong dari samping yang langsung ditepis oleh sahabatnya itu. Namun detik berikutnya, mereka berdua terbahak bersama.
*****
Sambil menunggu bus datang, Seonghwa memperhatikan jemarinya satu persatu. Ia jadi ingat bahwa kemarin Hana sempat menggenggam tangannya, meski terbilang singkat namun cukup nyaman. Seonghwa menggelengkan kepala, ia pasti sudah lelah sehingga pikirannya mulai melantur. Tapi Seonghwa benar-benar masih ingat wangi parfum Hana yang beraroma mint saat keduanya duduk berhadapan di lantai perpustakaan. Seonghwa suka aromanya dan sekarang ia mencium aroma itu lagi.
Tunggu, apa?
"Seonghwa."
Lelaki itu mengerjap dan mendapati Hana duduk di sebelahnya sambil mengulurkan sebatang coklat, "Ini adalah tanda permintaan maaf dariku tentang kejadian kemarin. Maaf karena membuat kakimu terluka."
Seonghwa menerimanya, ia teringat kata-kata Hongjoong tentang menjaga jarak dengan Hana. Seonghwa rasa, ia harus mengatakannya sekarang. "Ada sesuatu yang ingin ku katakan."
"Aku ingin memberitahu sesuatu."
Keduanya bertatapan dan Seonghwa berdeham, "Kalau begitu, kau duluan."
"Aku ingin memberitahumu bahwa kumpulan soal yang kau berikan kemarin sudah aku kerjakan sebagian. Ada beberapa yang sulit terutama mata pelajaran Matematika, tapi aku berhasil menemukan caranya dan mendapatkan jawaban yang benar. Aku akan mengerjakannya lagi hari ini."
Hal itu membuat Seonghwa bahagia. Hana menyesali perbuatannya dan menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik. Itu berarti Seonghwa berhasil merubah pola pikir Hana kan? "Itu bagus, aku senang kau sudah mulai mengerjakan soal-soalnya."
Hana tersenyum, "Terima kasih, bagaimana denganmu? Apa yang akan kau katakan tadi?"
"Tidak, tidak ada. Lupakan saja."
"Oke."
Ketika Hana hendak beranjak dari duduknya, Seonghwa menahan lengan gadis itu, membuat Hana menoleh seketika.
"Ada apa?"
Ia kembali duduk dan Seonghwa menyenderkan kepalanya pada bahu Hana.
"Aku masih setengah kesal padamu jadi anggap saja ini adalah hukuman karena membuat kakiku terluka." Seonghwa membuat nada suaranya terdengar pura-pura marah.
"Tidak ada hukuman dengan menjadi tempat senderan kepala."
"Ya, tapi kau tidak bisa bergerak dan bahumu akan terasa pegal." Seonghwa menyamankan kepalanya pada pundak Hana, "Bangunkan aku jika busnya sudah datang."
Seonghwa memejamkan mata, menghirup dalam-dalam aroma mint yang menguar dari seragam Hana, sementara gadis itu berusaha meredam detak jantungnya yang tak karuan.
*****
To be continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
FROSTBITE // Park Seonghwa ✔
FanfictionDi tengah radang dingin yang menerpa, kisah Seonghwa dan Hana dimulai. © Originally written by Stehargreeves, 2022.