Scarf

95 23 1
                                    

"Kan sudah kubilang untuk selalu memakai syal."

Hana merengut ketika Seonghwa menghampirinya di gerbang sekolah sambil menggerutu karena kekasihnya itu lupa memakai syal di tengah cuaca dingin.

"Lupa? Atau ketinggalan?"

"Lupa." Jawab Hana asal, suasana hatinya yang cerah sejak pagi berganti kelabu karena Seonghwa mengomelinya.

Seonghwa tampaknya mengerti, ia mengeluarkan sesuatu dari tas dan ternyata sebuah syal berwarna abu-abu tua miliknya. "Sudah sarapan?"

Hana mengangguk.

"Minum susu?"

"Aku bukan anak kecil."

Dalam hati, Seonghwa tersenyum. Saat mereka pertama bertemu, Hana memang barbar dan tidak bisa diam, namun ketika keduanya menjadi sepasang kekasih, sifat asli Hana muncul dengan sendirinya ke permukaan. Manja, sangat menyukai skinship, dan Seonghwa dibuat terheran-heran karenanya.

"Udara sedang dingin-dinginnya saat ini." Jemari Seonghwa dengan telaten memakaikan syal tersebut pada leher kekasihnya, "Lain kali, jangan lupa pakai syal ya."

Perlakuan kecil namun mendebarkan itu diakhiri Seonghwa dengan kecupan singkat di dahi Hana lalu keduanya saling berpisah di koridor untuk masuk ke kelas masing-masing.

*****

Jiwon adalah orang yang pertama kali mengetahui tentang Hana dan Seonghwa berpacaran. Tidak, Hana tidak memberitahunya. Namun ketika Hana dan Seonghwa berpapasan di koridor dan saling membuang muka, Jiwon tahu pasti ada sesuatu yang terjadi. Dari hari ke hari, tingkah mencurigakan yang dilakukan sahabatnya itu makin menjadi-jadi. Jiwon tahu, semakin ditutupi maka akan semakin terbongkar secara perlahan-lahan. Pada akhirnya, Hana mengaku sendiri kalau ia menjalin hubungan dengan Seonghwa.

Dan pagi ini, Jiwon memergoki Seonghwa tengah mencium dahi Hana setelah memasangkan syal pada lehernya. Jiwon mengenal Hana luar dalam, ia adalah sosok perempuan yang tangguh tapi dengan cepat tersipu ketika berhadapan dengan Seonghwa. Hal yang tak pernah Jiwon lihat sebelumnya, tapi ia ikut senang jika sahabatnya itu bahagia.

"Aku kira kau tidak mempunyai syal berwarna abu-abu, apakah itu milik seseorang?" Goda Jiwon ketika Hana masuk ke dalam kelas.

"Shut up."

"Oh, ayolah. Aku melihat kalian di depan gerbang sekolah tadi."

Hana tak menggubris, ia memilih untuk menelungkupkan tangannya di meja dan menutup mata. "Aku tidak ingin masuk sekolah."

"Ya, karena kau sudah mendapat beasiswa di Australia."

"Bukan itu," Hana mendengus, "Sekolah mengingatkanku akan perpisahan. Aku tidak yakin dengan diriku ketika pergi kuliah nanti, meninggalkanmu dan Seonghwa akan terasa sangat berat."

Jiwon menghela napas, ia sudah memikirkan hal ini sebelumnya. Berbeda dengan Hana, Jiwon tetap berada di Korea Selatan karena orangtuanya tidak memperbolehkan Jiwon ke luar negeri. Meski begitu, ia menurut dan mengerjakan CSAT dengan baik. Tapi ia tetap sedih ketika harus berpisah dengan Hana nanti.

"Kita akan baik-baik saja, bahkan perbedaan waktunya hanya satu setengah jam!"

"Tetap saja terasa jauh."

Tak ingin sahabatnya bertambah sedih, Jiwon lekas merengkuh tubuh Hana dari samping, "Aku punya tabungan, jika orangtuaku mengizinkan aku akan pergi ke sana ketika liburan musim panas atau musim dingin."

"Sounds good, tapi sepertinya aku akan pulang ke Korea lebih dulu karena terlalu merindukanmu."

"Aku atau Seonghwa?"

Hana memukul pelan pundak Jiwon dan keduanya terbahak dengan lengan saling merengkuh. Hana yakin ia akan merindukan momen-momen kecil seperti ini.

*****

Hongjoong mendengus ketika Seonghwa menempelkan hotpack ke pipinya, ia sudah tahu hal ini akan terjadi.

"Ke mana syalmu?"

"Ketinggalan di rumah."

"Oh, benarkah? Karena aku baru saja berpapasan dengan Hana di koridor dan syal milikmu berada di lehernya."

"Joong, kita tidak akan berdebat tentang ini di pagi hari kan?"

Seonghwa benar, ini salah Hongjoong karena ia mengibarkan bendera perang sebelum pelajaran dimulai. Tapi Hongjoong tetap kesal karena Seonghwa berbohong padanya.

"Jangan murung begitu."

"Aku kedinginan." Seonghwa menyanggah.

"Kedinginan dan murung itu dua hal yang berbeda."

Pada akhirnya, Seonghwa menghela napas panjang dan mendongakkan kepalanya dari meja, "Aku tidak tahu harus memberi kado perpisahan apa untuk Hana."

"Kan masih tahun depan?"

"Nanti tiba-tiba sudah ujian akhir lalu kita lulus dan ia pergi. Waktu berlalu dengan cepat, Joong."

"Masih ada banyak waktu untuk memikirkannya, aku akan membantumu nanti."

Hongjoong bersungguh-sungguh ketika mengatakannya, meski ia sempat menentang keputusan sahabatnya ini ketika berpacaran dengan Hana, namun kini Hongjoong dapat melihat bahwa Seonghwa bahagia dengan kekasihnya. Dan Hongjoong harus turut berbahagia karenanya. Meskipun Hongjoong tidak yakin dengan Seonghwa ketika Hana pergi ke Australia nanti, karena ia tahu hubungan jarak jauh sulit untuk dilakukan.

*****

"Di Australia nanti, apakah akan ada yang menjual bungeoppang ketika musim dingin tiba?" Tanya Hana sambil menggigit roti berbentuk ikan di genggamannya.

Mereka sedang berjalan-jalan--dalam konteks kencan--sepulang sekolah, hal yang tidak bisa Hana lakukan bersama Seonghwa dalam beberapa bulan ke depan.

"Aku yakin mereka akan menjual makanan dan minuman hangat khas Australia alih-alih bungeoppang."

"Contohnya?"

"Hmm." Seonghwa berpikir sejenak, "Eggnog?"

"Bukankah itu dari Eropa?"

"Benarkah? Aku tidak tahu tentang itu."

Seonghwa menghentikan langkahnya, membuat Hana menatapnya keheranan. Ibu jari Seonghwa terangkat untuk mengusap sudut bibir Hana dari remah-remah bungeoppang. Setiap hal kecil yang Seonghwa lakukan untuk Hana selalu memberi sensasi hangat dan mendebarkan di tengah cuaca dingin sekalipun, Hana menyukainya.

"Akan ada banyak pria tampan di sana." Ujar Hana. "Aku bisa menyebutkannya satu persatu."

"Hmm? Benarkah?"

"Ya, contohnya Chris Hemsworth, Luke Hemmings, Calum Hood, Michael Clifford, Ashton Irwin, Hugh Jackman, dan masih banyak lagi."

Seonghwa mengangguk-angguk mendengarkan.

"Kau tidak cemburu?"

"Untuk apa? Kau kan jatuh cintanya padaku." Seonghwa mengacak rambut kekasihnya, "Jangan macam-macam atau aku akan menyusulmu ke sana."

"Kalau begitu aku akan macam-macam agar kau datang ke Australia."

Seonghwa terkekeh lalu menggandeng tangan Hana dengan erat, melanjutkan perjalanan mereka sambil mengunyah bungeoppang yang tersisa.

*****

A/N :

Harusnya ini aku up hari Rabu kemarin tapi lupa 😓 terima kasih sudah mau baca 💖

To be continued...

FROSTBITE // Park Seonghwa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang