08. Rencana

9 12 6
                                    

Sekali lagi saya ingatkan, ini sepertinya sedang eror,beberapa ada yang acak jadi tolong liat judul setiap bab nya ya. Terimakasih

+×÷


Waktu terus berjalan,kemarin Kanaya telah menyelesaikan UAS semester 1 nya, kini dia hanya tinggal menunggu hasil dari usahanya itu.

Beberapa minggu yang lalu, kehidupan Kanaya mulai di isi dengan Revan yang selalu hadir dalam kehidupan nya. UAS nya pun lancar karena Revan.

Di mata orang orang Kanaya dan Revan hanya sebatas kakak kelas dan adik kelas. Namun di mata Kanaya Revan itu seperti abangnya, maka dari itu saat pertama kali Revan mendekatinya, Kanaya merasa seperti mempunyai abang yang sesungguhnya nya.

Kanaya menyukai Revan yang perhatian, tulus, adil, dan tidak labil, tidak seperti abangnya. Hal itu yang membuat Kanaya betah berasa di sebelah Revan.

Dan kini Kanaya sedang bersama bi alem, mereka sedang membuat roti bersama di dapur. Mereka akan membuat roti atau makanan lainnya jika sedang bosan. Dan hari ini Kanaya memutuskan mencoba membuat roti bersama bi alem.

Kata Kanaya,roti buatan bi alem itu 'enak bi, kaya roti di toko toko'. Karena melihat Kanaya begitu suka dengan roti maka pada saat itu bi alem berinisiatif membuat roti untuk Kanaya dan berakhir Kanaya yang menyukai rotinya.

"Enay, enay inget gak waktu kita beli roti di pasar kembang? "

Mimik muka Kanaya mencoba pura pura mengingat sesuatu. Berniat iseng ke bi alem. Di akhiri dengan senyuman, Kanaya menganggukan kepalanya.

"Inget"

"Ih non, waktu non enay gak ada di genggaman bibi ya, bibi tuh udah panik tau non, saya kira non tuh kemana gitu eh ternyata lagi makan telur gulung yang ada di dekat gerbang" Heboh bi alem.

Bi alem nih kalau cerita emang bikin mood, ekspresi dan nada bicara nya suka menghayati jadi suka bikin Kanaya tertawa,padahal cerita nya itu gak lucu.

"Habisnya bibi lama jadi enay tinggalin aja terus enay liat mang oman lagi jualan di situ, ya udah enay jadinya jajan ke mang oman" Mang oman itu nama tukang telur gulungnya.

"Mana belum bayar lagi waktu non enay makan itu, untung aja mang oman ingetin bibi" Kanaya tersenyum pada bi alem. Dia menjadi mengingat sesuatu.

Dulu saat umurnya 5 tahun,pada saat itu Kanaya mulai suka ikut bi alem ke pasar sampai akhirnya dia kenal beberapa nama penjual yang ada di sana. bi alem pernah bilang kalau mang oman itu ganteng, terus bi alem juga bilang kalau mang oman pernah ngedipin satu matanya ke bi alem. Dasar percintaan ibu ibu dan bapak bapak.

Maka dari itu kenapa tadi Kanaya tersenyum pada bi alem.

Sekarang mereka tinggal memasukan adonan roti kedalam open. Kanaya mulai melepaskan alat alat yang terpasang di tubuhnya. Kini dia sedang bersandar di kulkas sembari melihat bi alem dari samping yang sedang membereskan bekas membuat roti.

Suasana menjadi hening, Kanaya mulai bergelut dengan pikirannya. Meski tak berpikir negatif tapi dirinya memikirkan papah kandungnya itu. Pertanyaan pertanyaan yang belum sempat di jawab jujur oleh mamahnya kini mulai menghantui Kanaya.

Kanaya sungguh ingin kenal lebih dekat bersama papahnya, meski papahnya tak menganggap nya tetapi Kanaya tetap ingin berkenalan dengannya. Mau bagaimana pun dia tetap orang tuanya.

Apa gue tanya aja ke bi alem.

Ouh ya, dia mengingat sesuatu.

"Bi" Pertanyaan Kanaya itu membuat bi alem mengalihkan fokusnya pada Kanaya "bi alem bilang, waktu itu bi alem pernah liat muka papah kandung enay?"

Kanaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang