Aneh aneh saja, seharusnya orang yang mendapatkan psikiater itu orang yang nakal nakal, dan orang yang mengajukannya pun seorang guru bk, bukan guru bahasa Indonesia biasa.
Dari mulai dokter psikiater itu langsung menanyakan pada intinya, papah yang tidak tahu ada kejadian ini sampai bu Indri yang membuat alasan.
Semuanya terasa aneh, Kanaya tau bahwa dari awal saja dia sudah tak yakin dengan psikiater ini. Dia semakin yakin ketika kejadian 1 minggu lalu tepat saat acara keluarga.
Kakeknya menanyakan sesuatu yang secara tak langsung mengenai kekerasan dalam keluarga, yang tak lain membicarakan perilaku papah padanya.
Kanaya juga semakin yakin bahwa ini hanya akal akalan kakeknya, karena tadi pagi dia melihat mobil kakeknya di parkiran, dan dia melihat jelas bahwa kakeknya berada di dalam sana bersama seseorang, siapa lagi kalau bukan bu Indri.
Saat psikiater kemarin Kanaya menceritakan sebagian ceritanya pada dokter itu, Kanaya memberi tahu bahwa papahnya maupun mamahnya memperlakukan hal itu hanya di depannya.
Karena dia tahu dari awal ada yang aneh maka dari itu dia ceritakan sebagian tanpa merasa malu tentang aib keluarga nya maupun rasa khawatir nama keluarga nya akan buruk.
Kanaya tahu pasti setelah ini kakeknya akan berbuat sesuatu yang menyebabkan papahnya marah. Apalagi selain mencabut sebagai pemilik Harvard high School.
Pemilik sebenarnya Harvard high school ya kakeknya, ayahnya hanya menumpang nama, bahkan mengurusnya saja jarang pasti selalu di bantu asistennya. Dia sibuk dengan perusahaan nya.
"Kalau tidak ada yang mau ibu bicarakan lagi, Kanaya izin keluar" Tanpa salim ataupun senyum Kanaya langsung melengos pergi dari ruangan bu Indri.
Karena pembicaraan nya tadi bersama bu Indri kini waktu istirahat nya hanya tersisa 7 menit, yang artinya sudah tidak ada waktu untuk membaca buku di perpustakaan.
Kanaya berjalan menuju lantai 2, kelas XI MIPA 2, kelas Kanaya.
Ternyata kelas sudah di isi dengan beberapa siswa yang selesai makan di kantin.
Langsung saja Kanaya masuk dan duduk kembali di tempat nya sembari membuka novel favorit miliknya,'Jamal'.
+++
Sehabis pulang sekolah beberapa jam yang lalu dia ke rumah kakeknya tapi ternyata pembantu di sana bilang kakeknya sedang pergi keluar negri.
Jadi dia memutuskan kembali ke rumahnya dari pada diam di rumah kakeknya yang tidak ada pemiliknya di rumah.
Kanaya masuk kedalam rumah dan dia sudah mendapatkan tatapan tajam dari mamahnya. "Kamu bodoh? Kamu menceritakan semuanya ke dokter sialan itu? "
Bu Indri?, tidak mungkin bu Indri.
Akh, dia lupa majikan bu Indri bukan papah dan mamah tapi kakek, dan tak cuman bu Indri saja yang memata-matainya di sekolah.
"Kamu budek ya? Orang tua ngomong bukannya jawab malah melamun"
Kanaya tak peduli, dia menyingkir dari pandangan ibunya dan berjalan menuju tangga sembari berkata
"Iya, anak mu inikan cacat karena kamu, makannya jadi budek" Tak peduli reaksi mamahnya bagaimana Kanaya melengos pergi dan berjalan menuju kamarnya.
Tapi saat sampai di lantai kamarnya Kanaya malah bertemu abangnya. Dia sedang malas bertemu dengan abangnya ini setelah kejadian beberapa hari yang lalu.
"Siap siap, nanti malem kita ke rumah kakek, kakek ngadain makan malam"
Mendengar kata 'kakek' Kanaya berhenti dan menatap abangnya ini "Kakek gak ada di rumah, dia pergi keluar negeri" Merasa cukup telah memberi informasi Kanaya bergegas akan berjalan kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanaya
Fiksi Umum"Benci itu diri sendiri bukan benci orang lain" Kanaya tersenyum membaca buku kata kata motivasi yang baru saja beberapa hari yang lalu dia beli. Benar, harusnya dia benci pada dirinya sendiri bukan kepada orang lain. Kenapa dirinya harus seperti...