Langit tampak cerah oleh sinar mentari yang seolah turut merasa bahagia karena ada beberapa nama yang telah lulus tes dan diterima di salah satu universitas ternama di kota Surabaya itu, Ayudia Niara adalah salah satunya.
Di bibirnya terlihat jelas senyuman indah yang menandakan bahwa ia sedang bahagia. Bagaimana mungkin ia tidak merasa bahagia jikalau ternyata ia berhasil lulus tes masuk kuliah melalui jalur beasiswa yang disarankan oleh pihak sekolahnya.
Niara masih merasa bahwa semua ini hanyalah mimpi dan berulangkali mengecek daftar nama-nama calon mahasiswa yang terdapat namanya di sana untuk memastikan bahwa namanya benar-benar ada di sana.
Setelah yakin bahwa benar namanya memang tertulis di sana, Ia langsung memeluk sahabatnya yaitu Richard Alatif yang ternyata juga diterima di sana.
Mereka berpelukan sambil berlompat-lompat layaknya anak kecil karena begitu senangnya, sehingga membuat mereka mendapatkan tatapan risih dari orang-orang di sekitar mereka."Kita berdua lulus, Ra!" seru Richard pada Niara di tengah kebahagiaan mereka.
"Iya, Rich. Kita lulus, alhamdulillah" syukur Niara karena saking bahagianya sambil menganggukkan kepalanya dan tak berhenti memperlihat gigi kelincinya.
"Ayo kita rayakan keberhasilan kita ini dengan makan di kantin kampus, aku yang traktir kali ini!" ajak Richard pada Niara setelah mereka selesai berlompatan.
"Ide bagus tuh. Siapkan isi dompetmu aja ya, Ri. Soalnya Ara bakal ambil jajan yang banyak nanti, mumpung lagi ada yang traktir, haha." Niara menyutujui ajakan Richard tersebut sambil tertawa tak hentinya.
"Hahaha, iya siap, tenang saja. Dompet sudah aman kok, semoga isinya juga. Udah yuk, berangkat!" Richard langsung menarik tangan Niara menuju kantin tanpa menunggu jawaban dari Niara lagi.
Ini kali kedua mereka mendatangi kantin kampus yang di mana sebelumnya saat selesai melakukan pendaftaran mereka memutuskan pergi ke kantin dan mereka justru salah arah. Di mana yang seharusnya mereka belok ke kiri dan menaiki tangga, tapi mereka justru tetap berjalan lurus hingga akhirnya mereka sampai di lapangan. Iya, ternyata kantin kampus ini terdapat di lantai dua.
Salah Richard sebenarnya waktu itu karena sok tau tentang seluk beluk kampus dan tidak mau bertanya pada siapapun di sana. Padahal ternyata ia sama sekali belum pernah ke tempat ini dan hanya pernah mencari tau melalui internet.
Mereka berhasil menemukan kantin ini karena Niara memutuskan untuk bertanya pada salah satu mahasiswa lama di sana yang kebetulan saja lewat.---
Mereka memesan dua porsi nasi goreng, es jeruk dan es teh sebagai minumannya juga Niara mengambil beberapa aneka makanan ringan di beberapa rak yang tertata rapi di atas meja. Sambil menunggu pesanan mereka jadi, mata Richard mengedarkan pandangan untuk mencari tempat duduk mereka berdua. Hingga akhirnya pandangannya tertuju pada sebuah meja kosong di pojok dekat jendela yang memiliki view area persawahan milik warga sekitar.
Mereka berdua pun segera menuju meja kosong tersebut sambil memandangi hamparan sawah berwarna hijau sehingga menenangkan hati.
"Alhamdulillah ya, Ra. Kita bisa diterima di kampus ini meski jurusan kita beda. Padahal, aku denger dari orang-orang kalau yang bisa diterima di sini itu anaknya pintar-pintar dan juga faktor keberuntungan." Richard memulai percakapan mereka.
"Ya jelas dong, gini-gini kan Niara mah anak yang cerdas tau makanya bisa masuk ke sini. Nah, kalau kamu itu baru masuk kategori ke dua yang kamu bilang tadi, haha." ejek Niara.
"Enak aja, Aku juga pintar tau meski sedikit, hehe" kata Richard yang berusaha mengelak dari ejekan Niara yang ditujukan padanya.
"Iya, iya. Richard pintar kok, pintar ngelak tapi, haha." jawab Niara yang tetap tak berhenti menggoda sahabatnya itu.
"Eh, tapi kayaknya aku lulus bukan karena itu deh. Melainkan karena dosen-dosen di sini tersepona, eh terpesona maksudnya sama ketampananku. Makanya aku bisa diterima di kampus ini, haha" kata Richard sambil bergaya yang menurutnya membuatnya makin terlihat tampan.
"Tampan dari lubang sedotan yang dilihatnya dari atas puncak Tugu Surabaya ya, Rich?" tanya Niara yang terlihat seperti menahan tawanya hingga pipinya tampak memerah karena ia merasa tak setampan realitanya.
"Niara gak asik is. Iyain aja kenapa sih? Bikin orang lain senang itu bagus loh!" paksa Richard yang masih berusaha agar Niara mengiyakan tentang apa yang ia ucapkan.
"Iya deh iya, sahabatku yang satu ini memang tampan ... sekebon binatang, haha." jawab Niara yang tetap saja menggoda Richard pada ujungnya.
"Tau, ah!" sahut Richard dengan memanyunkan bibirnya yang menandakan bahwa dirinya pura-pura kesal.
"Iya, iya. Richard itu memang tampan kok, makanya aku bisa sayang. Eh," Niara segera menutup mulutnya karena merasa salah tingkah dengan ucapannya sendiri.
"Jadi? Kalau aku gak tampan kamu gak sayang aku gitu? Is, gak boleh gitu tau, gak baik. Jangan memandang fisik, tapi pandang isi dompetnya, haha" Richard kembali tertawa karena ia paling suka saat melihat sahabatnya itu salah tingkah.
"Ini mbak, mas pesanannya!" sela seseorang yang sedang mengantarkan pesanan mereka berdua tadi.
"Terima kasih, mbak" sahut mereka berdua secara bersamaan sambil tersenyum.
"Ya udah, makan dulu, Ra!" minta Richard.
Niara hanya menganggukkan kepalanya pertanda setuju dan mengambil sendok garpu bersiap untuk melahap nasi goreng pesananannya sesuap demi sesuap. Begitu pula yang dilakukan oleh Richard.
Sesekali Niara diam-diam melirik Richard yang tengah memakan makanannya dengan lahap tepat di depannya.
Lalu tak sengaja pandangan mereka bertemu hingga Niara tersedak dan menyemburkan sedikit makanan yang ada di mulutnya ke arah Richard."Makanya, kalau makan gak usah sambil lihatin orang ganteng. Jadi keselek kan? Bandel sih!" Richard mengomel sambil mengambil tisu untuk Niara.
"Kepedean dih, Aku tuh tadi karena kamu lihatin aku makan. Makanya aku jadi tersedak gini!" jawab Niara yang menyalahkan Richard atas kelakuannya sendiri.
"Ya udah, dilanjut makannya. Hati-hati, awas sendoknya ikut ketelen, haha" goda Richard.
Niara tak menjawabnya dan mengambil kembali sendok garpunya untuk meneruskan makannya. Sambil sesekali ia melihat hamparan indah di balik jendela sampingnya.
Setelah menyelesaikan makannya, mereka berdua pun segera meninggalkan kantin dan keluar dari kampus.
Mereka memutuskan untuk mencari bahan-bahan untuk masa ospek dua hari lagi yang tadi ada di sebelah daftar nama-nama calon mahasiswa-mahasiswi unversitas ini.Pengumumannya kurang lebih seperti ini
Bahan-bahannya yaitu :
• Kertas bufallo (sebagai topi)
• Tali rafia (tali tas dan tali topi)
• Kardus bekas (dibuat menjadi tas)
• Spidol atau crayon untuk mewarnai
• Buku kosong untuk mencatataMenggunakan pakaian atasan kemeja putih polos dan bawahan hitam polos dan bukan jeans.
#adujotosbatch3 #adujotoshwc
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta tak bertuan
DiversosLika-liku kehidupan seorang anak perkuliahan dalam memperjuangkan cinta dalam diam terhadap sahabatnya sendiri.