BAB VII

10 1 0
                                    

Malam hari, Niara memutuskan untuk membaca dan membalas chat Richard pada sebuah aplikasi yang berwarna hijau itu. Ternyata dari belasan chat yang dikirimkan Richard, semuanya hanya menanyakan perihal tugas tak ada satupun chat yang menanyakan bahwa mengapa ia tak menemui dirinya tadi.
Kecewa, ya itulah yang saat ini Niara rasakan karena ternyata Richard memang sudah berubah, sudah tak sepeduli dulu waktu Dewi belum masuk di kehidupan mereka berdua. Akhirnya Niara hanya membalas pesan Richard dengan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang di kirimkan oleh Richard, setelah itu dia melihat ada nomor baru tak bernama yang mengirimkan chat kepadanya.

"Niara?" isi chat dari nomor yang tak dikenalnya itu.

"Iya, ini dengan siapa ya?" jawab Niara sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Ini saya, Vicky!" ternyata nomor baru itu milik Vicky-- kakak seniornya.

"Owalah, kakak toh. Ada apa ya kak?"

Pesan yang dikirimkan Niara hanya centang dua abu-abu yang berarti Vicky masih belum membacanya.
Selang beberapa menit kemudian, tulisan online dari milik Vicky terlihat dan pesan Niara segera berubah menjadi biru lalu tampak Vicky sedang mengetik sesuatu.

"Enggak ada apa-apa sih, cuma mau tanya aja besok kamu berangkat sama siapa?" balas Vicky.

"Gak tau kak, mungkin besok aku naik mikrolet aja kak,"

"Gimana kalau bareng saya saja? Kamu besok masuk pagi kan?"

"Eh, iya kak. Besok aku masuk pagi, emangnya gak ngerepotin kakak kalau aku bareng kakak?"

"Nggak, ya udah. Besok kamu bareng saya saja, tunggu saya di tempat kemarin ketemu saya!" ucap Vicky meyakinkan Niara.

"Baik, kak. Sekali lagi, terima kasih ya kak. Maaf, jadi ngerepotin kakak lagi,"

"Santai aja, gak repot juga."

"Hmm... Oh iya, kakak dapat nomorku dari mana ya?" Niara akhirnya menanyakan hal yang sedari tadi berputar di kepalanya.

"Dari kertas daftar nama kelompok waktu mos kemarin, kertasnya saya minta sama Rico."

"Hm begitu ya kak? Ya udah kak, aku pamit istirahat duluan ya biar besok gak kesiangan hehe,"

"Iya, silahkan. Jangan lupa sarapan dulu besok, biar gak sakit."

Niarapun mengakhiri percakapan mereka dengan hanya melihat pesan dari Vicky, sementara Richard? Dia tidak ada tanda-tanda akan membalas meski sudah centang dua abu-abu.

***

Keesokan harinya, ternyata Vicky telah sampai lebih dulu. Niara melihatnya di atas sepeda motor dengan memakai kaos hitam yang dilengkapi jaket dan celana jeans hitam yang membuat Vicky makin terlihat keren dan ganteng meski ia sedang mengenakan masker berwarna hitam, kulitnya yang putih dan rambut rapi makin membuat Vicky terlihat mempesona.

"Kak Vicky, udah lama di sini?" tanya Niara saat sudah ada di dekat Vicky.

"Nggak kok, saya juga baru sampai," jawab Vicky, "ya udah ayo, langsung berangkat. Takut kesiangan kita nanti!"

"Iya, kak."

Vicky segera memberikan satu helm yang memang sengaja telah ia bawa untuk Niara. Niara mengambil helm itu dan memakainya, tapi ia tampak kesulitan memasukkan tali pengunci ke tempatnya sehingga Vicky harus membantunya.
Detak jantung Vicky terasa lebih cepat dan nafasnya mulai tak teratur saat membantu Niara, tapi ia segera mengatur nafasnya kembali agar tak ketahuan oleh Niara bahwa saat ini ia merasa gugup. Niara menaiki motor Vicky dan mereka berangkat ke kampus bersama.

---

Sementara di tempat lain, ada Richard dan Dewi yang juga sedang bersiap untuk berangkat bersama. Sebenarnya Dewi tak ada kelas pagi ini, tapi dia memang sengaja meminta Richard untuk berangkat bersama ke kampus karena ia memang tak ingin Richard pergi ke kampus bersama dengan Niara. Meski ia juga tau bahwa sebelum ia mengenal Richard, Niara sudah lebih dulu mengenal kekasihnya ini.
Namun tetap saja, rasa cemburu saat melihat kekasihnya bersama dengan wanita lain walau sahabatnya sekalipun. Sebab rasa perempuan itu lebih kuat terlebih ketika sudah terlihat jelas di depan mata ada wanita lain di kehidupan kekasihnya, seperti yang di alami dalam hubungan Niara, Richard dan Dewi.

---

"Udah siap semua kan, sayang? Gak ada yang ketinggalan?" tanya Richard memastikan.

"Iya, sayang. Gak ada yang ketinggalan lagi kok, cuma cintanya aku aja yang masih ketinggalan di hati kamu, hihi." gombal Dewi yang pipinya tampak memerah, begitu pula dengan Richard.

"Ah, kamu ini bisa aja. Ya udah ayo berangkat, udah siang ini kita!"

"Iya, sayang. Pelan-pelan aja, yang penting kita sampai dengan selamat."

"Siap, My Princess!"

Mereka berduapun berangkat ke kampus setelah beruwwu-uwwu ria, membuat para jomblo yang melihatnya antara sesak dan ingin muntah secara bersamaan. Bagaimana tidak? Dewi memeluk Richard dari belakang di sepanjang perjalanan, Richard pun menjalankan motornya dengan pelan sesuai permintaan kekasihnya.

***

Di parkiran, Dewi dan Richard bertemu dengan Vicky dan Niara. Mata Richard yang mengenali sosok Niara, langsung saja menghampirinya setelah turun dari sepedanya. Ia segera menanyakan beberapa hal pada Niara, baik itu mengenai tugas atau tentang sikap Niara yang mulai menghindarinya.

Niara tak menjawab satupun pertanyaan yang dilontarkan oleh Richard kepadanya, ia hanya menarik tangan Vicky dan segera pergi dari parkiran meninggalkan Richard yang masih mematung. Dewi yang melihat kejadian itu, segera menepuk bahu Richard dan mengajaknya pergi ke kantin terlebih dahulu.
Dewi kesal, karena Niara masih saja muncul di kehidupan Richard meski ia telah memperingatinya. Sehingga ia berencana untuk menemui Niara nanti waktu mata kuliahnya telah selesai atau pas ia pergi ke toilet nanti.

Sesampainya di kantin, Richard berpamitan kepada Dewi karena ia harus masuk kelas dulu sebab mata kuliah pertamanya akan segera dimulai. Dewi mengiyakan dan Richard segera menuju kelasnya yang terdapat Niara di dalamnya.
Richard pun menghampiro Niara,

"Niara, kamu kenapa sih? Aku ada salah ya? Kenapa kamu tiba-tiba ngejauhin aku seperti ini? Bukannya kamu sendiri yang bilang kalau kita bakal tetap jadi sahabat meski salah satu di antara kita telah memiliki pasangan?" cerocos Richard, "atau kamu gak suka ya sama Dewi? Makanya kamu jadi kayak gini ke aku?"

"Enggak, aku gak papa. Gak usah mikir aneh-aneh, aku gak ada masalah apapun sama Dewi. Aku memang rada sibuk saja akhir-akhir ini, ya sudah kamu sama Dewi saja jangan ganggu aku kalau gak ada perlu!" jawab Niara yang matanya masih tetap fokus mengerjakan tugas.

"Kamu berubah, Ra. Kamu bukan sahabat yang aku kenal dulu, kalau kamu gak suka aku pacaran sama Dewi bilang, Ra! Biar aku tau aku harus apa selanjutnya?" jelas Richard dengan nada yang makin rendah.

"Dibilangin gak mikir yang aneh-aneh, aku senang kok kamu pacaran sama Dewi. Tapi, seperti apa yang aku bilang tadi bahwa aku memang lagi sibuk aja,"

"Kamu bohong, Ra. Aku sahabatmu, gak mungkin aku gak tau kapan kamu bohong dan kapan kamu jujur. Tapi, terserah kamu. Kalau memang kamu gak mau jujur, aku gak akan maksa kamu," ucap Richard sambil berlalu meninggalkan Niara yang terdiam dengan rasa bersalahnya itu.

#adujotosbatch3 #adujotoshwc

Cinta tak bertuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang