BAB III

14 4 4
                                    

Seusai acara, Richard segera menemui Niara di ruang kesehatan seperti yang diminta oleh Vicky.
Sesampainya di sana, Richard melihat Niara yang sedang beristirahat di tempat tidur. Ia mendekatinya secara perlahan, takut Niara akan terkejut nantinya.
Merasa ada seseorang di sampingnya, Niara segera membuka matanya karena memang ia tidak bisa tertidur sedari tadi.

"Hai, gimana keadaanmu? Udah baikan?" tanya Richard.

"Iya, aku baik-baik saja. Acara udah selesai ya?" jawab Niara.

"Iya, baru aja selesai. Kamu tadi kenapa? Kok bisa sampai pingsan segala?" tanya Richard lagi.

"Biasalah, gak sempat sarapan aku tadi pagi dan tadi pusing banget, hehe." jelas Niara.

"Dasar bandel, masih aja kebiasaanmu. Kalau belum sarapan itu bilang sama aku biar sekalian aku carikan sarapan pas berangkat, kalau kamu sakit gimana? Besok jangan lupa sarapan. Kita berangkat bareng lagi, awas aja gak sarapan." oceh Richard.

"Iya iya, bawel ih. Ya udah yuk pulang!" ajak Niara.

"Ya udah, bisa jalan sendiri kan? Atau mau aku gendong lagi kayak tadi? Hehe" ejek Richard.

"Gak usah, aku bisa jalan sendiri kok." tolak Niara.

"Baiklah, ayo pulang!"

Niara segera berdiri dan berjalan sambil dibantu Richard, mereka berdua berjalan bersama sampai di parkiran tempat Richard memarkirkan kendaraannya.
Richard mengantarkan Niara sampai depan rumah dan kembali mengingatkan untuk sarapan terlebih dahulu besok pagi, ia tak bisa mampir hari ini karena setelah ini ia ada acara latihan basket.

Setelah berpamitan pada orang tua Niara, Richard kembali melajukan kendaraannya menuju rumahnya. Di tengah perjalanan ia seperti melihat seseorang yang ia kenal, ya dia adalah Dewi Agustina teman sekelompoknya.

"Dewi?" sapa Richard.

"Eh, Richard. Dari mana?" tanya Dewi.

"Ini habis nganter Niara pulang, kamu mau ke mana? Mau aku anterin gak?" ajak Richard.

"Aku baru mau pulang, soalnya tadi mampir dulu di toko buku buat beli buku novel terbaru dari penulis kesukaanku. Boleh, gak ngerepotin kamu kan?" ucap Dewi ragu.

"Ngga kok, ayo naik aja nanti tunjukin arah jalan ke rumah kamu." kata Richard.

"Oke, siap!"

Dewi segera naik dan Richard mulai melajukan sepeda motornya sesuai arahan yang diberikan Dewi, ternyata rumah Dewi berlawanan arah dengan rumahnya tapi ia tetap mengantarkan Dewi hingga depan gerbang rumahnya.
Rumah Dewi tampak mewah dan megah, gerbangnya tinggi tapi tampak sepi.
'Sepertinya Dewi ini anak orang kaya meski penampilannya sama sepertinya' pikir Richard.

"Ayo, mampir dulu, Rich!" ajak Dewi.

"Iya, terima kasih. Tapi maaf, aku harus pulang soalnya sebentar lagi aku ada jadwal latihan basket." tolak Richard.

"Baiklah," kata Dewi, "eh iya, aku boleh ikut kamu latihan gak? Soalnya aku bosen dan di rumah gak ada orang, orang tuaku lagi dinas ke luar kota dan adekku ada di asrama sekolahnya."

"Hm, ya udah boleh deh. Nanti aku jemput pas mau berangkat, aku pulang dulu," ucap Richard.

"Eh iya, aku minta nomor kamu boleh? Jadi nanti bisa kabarin aku dulu kalau udah mau berangkat." pinta Dewi.

"Boleh."

Richard memberikan nomornya pada Dewi dan meninggalkan Dewi yang tengah kegirangan karena bisa mendapatkan nomor Richard yang telah berhasil membuatnya kagum. Richard terlihat keren dan sangat dewasa di matanya ketika sedang memimpin dan ia bisa mengayomi.

***

Sekitar jam empat sore Richard melihat handphonenya, ada beberapa pesan masuk di aplikasi hijau itu. Dia lihat ada nomor baru yang diyakini itu milik Dewi, terlihat dari foto profilnya yang menggunakan gambar Dewi.

'Save Dewi' itulah isi pesan yang dikirimkan oleh nomor tak bernama di handphonenya itu.

Ketika yakin bahwa itu nomor Dewi, maka Richard segera menekan nomor itu untuk dia save.
Saat jam telah menunjukkan pukul lima sore, Richard bersiap-siap untuk berangkat latihan basket. Tapi sebelumnya, ia menghubungi Dewi

"Jadi ikut latihan?" tanya Richard.

"Jadi dong, mau berangkat sekarang ya? Ya udah, aku siap-siap dulu" balas Dewi.

"Oke."

Setelah Richard mengirim pesan itu, Ia segera bersiap-siap dan memanaskan sepeda motornya lalu menuju rumah Dewi terlebih dahulu.
Sesampainya di sana, ternyata Dewi sudah menunggunya di depan gerbang.
Mereka segera berangkat ke lapangan tempat Richard latihan dan ternyata teman-temannya sudah berada di sana.

"Wah, cewek lu Rich? Cakep bener?" tanya Tomi.

"Bukan, dia teman sekampusku. Kenalin ini Dewi dan Dewi kenalin dia Tomi," kata Richard.

"Wah namanya kok bisa pas sekali ya?  Namanya Dewi dan orangnya dewi di hatiku, hehe" goda Aldo, "eh iya, kenalin gue Aldo, temannya si Richard juga"

"Saya Dewi, salam kenal ya semuanya." ujar Dewi.

Setelah sesi perkenalan itu, Richard dan teman-temannya pun mulai latihan basket. Dewi semakin dibuat kagum pada Richard karena ternyata ia juga seorang kapten basket, terlihat jelas aura kepemimpinannya. Rasa kagum itu berubah menjadi rasa cinta dan Dewi ingin Richard bisa menjadi kekasihnya, akan ia usahakan untuk mendapatkannya.

---

Seusai beberapa menit latihan, Richard dan yang lain segera menepi ke pinggir lapangan untuk meminum air yang sudah mereka bawa sebelumnya. Dewi mendekati Richard dan duduk di sampingnya. Tak bisa dipungkiri, Dewi memang memiliki wajah yang cantik dengan bulu mata lentiknya dan hidung yang mancung serta bibir mungil seperti anak kecil tapi karena polesan liptint bibir itu tampak lebih menggoda.
Richard merasa sedikit gugup saat Dewi duduk sangat dekat di sebelahnya, tetapi dia berusaha seolah tidak terjadi apa-apa.

Setelah selesai latihan, akhirnya mereka pulang ke rumah masing-masing kecuali Richard yang masih harus mengantarkan Dewi pulang.
Namun, sebelum itu Richard mengajak Dewi untuk makan malam bareng di sebuah cafe kesukaannya dan disetujui oleh Dewi.
Mereka memesan beberapa hidangan makanan dan minuman yang ada di menu cafe tersebut, mata mereka bertemu setelah selesai memesan makanan. Rasa canggung pun tiba-tiba hadir di tengah mereka, hingga akhirnya mereka terdiam beberapa menit lamanya.

Ketika pesanan mereka datang barulah Richard berani memulai obrolan dengan meminta untuk segera mencoba apa yang telah mereka pesan.
Mereka mulai berbagi cerita tentang masa lalu mereka masing-masing, hingga rasa canggung yang tadi menemani kini telah hilang dan berubah menjadi akrab.
Obrolan mereka nyambung dan rasa nyaman pun mulai hadir di sela-sela mereka berdua, mereka kembali saling bertatapan dan hal itu menimbulkan getaran yang kuat di hati mereka berdua.

Apakah getaran ini yang di namakan getaran cinta? Bukan, tapi mereka sedang beradu. Siapa yang kedip duluan dia yang harus bayar tagihannya, makanya mereka bergetar karena mata mereka perih, seperih isi dompet pas tanggal tua. Loh kok? Ah maaf, authornya oleng.

#adujotosbatch3 #adujotoshwc

Cinta tak bertuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang