Semakin ke sini, Niara dan Vicky jadi selalu berangkat dan pulang bersama. Hingga menimbulkan kabar bahwa mereka berdua telah berpacaran yang telah menyebar dengan cepat dari mulut ke mulut sampai akhirnya kabar itu terdengar juga oleh Richard.
Tanpa berbasa-basi, Richard langsung saja menemui Niara untuk menanyakan kebenaran mengenai kabar itu.
"Ra, mau nanya sesuatu boleh?" kata Richard mengawali obrolan mereka di pagi hari itu.
"Boleh, mau nanya apa?" sahut Niara sambil menaruh tasnya di atas meja.
"Aku dengar dari anak-anak kalau kamu sekarang sudah pacaran sama Vicky yang senior pendamping kita waktu MOS itu ya? Kok kamu gak pernah cerita sih sama aku?"
"Jangan ngaco, kata siapa aku pacaran sama dia? Aku sama Kak Vicky cuma sering berangkat bareng ya karena emang kita searah dan kamu sekarang juga sering antar-jemput si Dewi meski arah rumah kalian bertolak belakang kan?"
"Ya kan aku pacarnya Dewi, apa masalahnya kalau aku antar-jemput dia? Kan itu juga udah salah satu tugasku!" ujar Richard.
"Iya makanya, aku kan dulu biasanya kalau ke mana-mana selalu bareng sama kamu. Nah, berhubung sekarang kamu lebih sering sama Dewi, ya aku sadar diri lah." ketus Niara atas pernyataan Richard.
"Ya udah iya maaf, tapi gak usah sampai segitunya kali. Kita kan tetap sahabat meski aku sekarang sudah punya pacar, jadi kamu sama Vicky gak pacaran?" tanya Richard kembali yang masih penasaran
"ENGGAK! Masih kurang jelas?" Niara mulai menaikkan nada suaranya.
"Sayang sekali, padahal rencananya mau kuajakin double date kalau misalnya kamu beneran pacaran sama Vicky. Kan nanti makin rame persahabatan kita, lagian kenapa kamu gak pacaran sama dia sih, Ra?"
"Kamu lupa? Aku itu gak suka pacaran, gak ada gunanya cuma buang-buang waktu aja dan buat kita jadi gak fokus. Cemburu pada yang masih bukan seseorang yang pantas buat kita cemburuin, sakit hati dan galau gak jelas itu akan mempengaruhi mental dan badan kita. Makanya aku gak mau pacaran."
"Malah ngedumel jam segini nih anak, ya udah iya. Padahal menurut anak-anak di kampus ini, Vicky itu terkenal dengan sikap dingin dan cueknya terhadap wanita tapi kamu malah bisa-bisanya dekat dan berangkat bareng sama dia. Kamu keren, Ra!" tutur Richard apa adanya.
"Apa sih, Rich. Aku sama kak Vicky itu biasa aja, gak ada istilah dekat secara khusus. Kita aja gak pernah cerita tentang apapun meski kita udah sering berangkat bareng, jadi stop mendengar kabar burung yang mereka sebarkan!"
"Iya, bos. Ngomong-ngomong, gimana ceritanya kamu bisa deket sama dia? Kamu apain ntuh anak, Ra? Haha"
"Ceritanya tuh gini, awalnya aku tuh lagi nungguin mikrolet di halte merpati lalu gak sengaja dilihat sama kak Vicky. Akhirnya dia nawarin diri untuk mengantarkanku hari itu, jadinya aku berangkat bareng sama dia. Aku gak pernah ngapa-ngapain hey, kamu sahabatku masa gak tau aku orangnya kek mana." Niara menjelaskan kronologi awal kedekatannya dengan Vicky.
"Oh, gitu? Kirain kamu yang godain Vicky duluan karena gak ada aku, haha."
"Dih, mana ada dalam kamus seorang Niara ngegodain anak orang. Gak level tau, mending aku belajar dengan benar biar bisa bahagiain ibu dulu."
"Duh, iya deh bawel. Dah cocok jadi emak-emak, haha." Richard berkata sambil lari karena terlihat Niara sudah kesal.
"Awas kau, mau ke mana? Sini!" Niara mengejar Richard.
Mereka akhirnya saling kejar-kejaran di koridor sampai tak sadar mereka menabrak seseorang sampai barang-barangnya berserakan di lantai.
Bruugghh....
Banyak kertas berterbangan membuat Niara dan Richard berhenti saling mengejar, tampak seorang gadis terjatuh yang ternyata Dewi. Richard membantunya bangun setelah sekian detik termenung karena kaget, Dewi memegang tangan kokoh Richard yang terulur ingin membantunya.
Sedangkan Niara masih terdiam seribu bahasa, karena dia terlalu fokus mengejar Richard hingga ia tak sengaja menabrak Dewi. Hingga akhirnya ia ditegur oleh Richard dan membantu mengumpulkan kertas-kertas yang berserakan itu."Kamu gak papa? Ada yang sakit gak?" tanya Richard.
"Enggak, aku gak papa kok. Cuma barangku aja yang berantakan ini." jawab Dewi sambil menunjukkan kertasnya yang berserakan.
"Maaf, aku gak sengaja," ucap Niara menundukkan kepalanya sambil mengumpulkan kertas-kertas di lantai.
"Iya, gak papa kok, Ra. Santai aja, lagian kalian ini kayak anak kecil aja pakai lari-larian segala. Untung yang ditabrak aku, kalau dosen gimana? Bisa-bisa nilai kalian yang jadi taruhannya nanti." kata Dewi.
"Ini, pacarmu ngeselin banget. Udah dikasih tau kalau aku gak pacaran sama kak Vicky malah maksa nyuruh aku buat ngaku." jelas Niara mengenai masalah yang ada.
"Kebiasaan dia tuh, eh emangnya kamu gak pacaran sama Kak Vicky? Padahal gosip tentang kalian udah kesebar luas di seluruh kampus, Ra! Aku aja udah denger kabar itu dari lama cuma gak sempat yang mau nanya ke kamu." ucap Dewi.
"Ah, kamu juga sama aja. Aku gak pacaran sama Kak Vicky ataupun yang lain, lagian pacaran itu cuma buang-buang waktu menurutku, Wi." kata Niara.
"Sayang sekali, aku kira kamu beneran pacaran sama dia. Jadi ada yang jagain kamu kalau Richard lagi sama aku, kan biasanya Richard yang jagain kamu. Juga, kita bisa double date tuh kalau kamu beneran sama dia, hihi." kata Dewi tertawa.
"Astaghfirullah, kalian berdua sama aja. Pengen tak hiih, aku gak pacaran sama Kak Vicky. Lagian dia udah aku anggap seperti kakakku sendiri, aku kan anak tunggal. Jadi aku pengen tau rasanya punya kakak atau adek." kata Niara curhat.
"Hahaha, kita bercanda kali, Ra. Tapi ya kita berharap kalian segera pacaran sih, soalnya kalian cocok banget. Ya kan, yank?" kata Richard yang daritadi hanya tertawa tanpa bersuara.
"Hu'um, kalian keliatan cocok banget. Kamu pinter dan dia juga pinter, kamu cantik dan dia ganteng. Kurang apalagi kalian ini? Haha" Dewi menyetujui pernyataan dari Richard.
"Kurang perasaan, ya karena kami emang gak punya perasaan apapun, Wi. Udah ah, gak usah maksain hal yang gak akan pernah kejadian. Aku mau balik ke kelas aja deh, mau ke kantin kok ya males banget." kata Niara.
"Hahaha, dasar pemalas." ejek Richard, "kamu mau ke mana yank? Kok bawa kertas segini banyaknya? Sini aku bantuin kamu bawa."
"Biarin, wlee. Ya udah ya, aku balik dulu. Hati-hati, bantuin Dewi jangan disesatin tuh anak, haha. Eh iya, aku balik duluan ya, Wii. Awas tuh anak lagi agak-agak anu soalnya, haha."
"Haha, kalian ini ya bener-bener kayak kecil, capek aku lihatnya. Ya udah, Ra. Hati-hati, jangan sampai nabrak orang lagi hehe." ujar Dewi.
"Hei, pertanyaanku gak dijawab malah jawab Niara. Jadi ini kertas segini banyak mau di bawa ke mana?" tanya Richard lagi karena tak kunjung dijawab oleh Dewi.
"Hahaha, iya maaf sayang. Ini aku mau ke ruangannya pak Saepul, mau ngumpulin tugas anak-anak yang baru aja selesai. Yok, anterin sekarang terus kita ke kantin!" jawab Dewi.
"Oh, ngomong dong dari tadi. Ya udah, ayo. Berat juga ternyata." keluh Richard.
"Ya udah sini, aku bawain setengahnya biar gak terlalu berat."
Akhirnya mereka berdua pergi menuju ruangan salah satu dosen Dewi untuk menaruh kumpulan kertas itu, setelahnya mereka menuju kantin dan makan siang seperti biasanya.
#Adujotosbatch3 #Adujotoshwc

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta tak bertuan
OverigLika-liku kehidupan seorang anak perkuliahan dalam memperjuangkan cinta dalam diam terhadap sahabatnya sendiri.