Itu adalah hari minggu yang tenang di Privet Drive. Pagi hari sudah dimulai, beberapa orang berlari melakukan jogging pagi di jalan kecil little whinging, sementara yang lainnya masih tertidur di tempat tidur mereka atau menonton televisi dengan malas. Harry Potter, seorang anak laki-laki kecil berusia 7 tahun yang kelihatannya lebih kecil dari anak seusianya, kurus dan pendek dengan baju kebesaran usang yang dia pakai, tertidur dengan selimut tipis bertambal dalam lemari kecilnya di bawah tangga.
"BANGUN!" suara perempuan melengking dari balik pintu lemari Harry segera diikuti bunyi ketukan keras.
DUK
DUK
DUK
"BANGUN DAN CEPAT SIAPKAN SARAPAN!"
Harry terbangun mendengar suara melengking bibinya, segera saja bocah itu menjawab sopan, "Baik bibi Petunia" ujarnya menghentikan suara di balik pintu. Petunia sudah pergi, namun Harry harus segera bersiap. Dia memakai kacamata bulatnya yang tampak sudah retak dan berjalan ke luar dari lemarinya di bawah tangga.
Harry berjalan ke dapur dan mulai menyiapkan sarapan sederhana. Telur goreng, roti panggang yang diolesi mentega, dan beberapa sosis goreng. Kali ini Harry sudah belajar untuk tidak menggosongkan masakannya, sebuah prestasi untuk anak berumur 7 tahun. Pertama kali dia memasak, Harry menggosongkan telur gorengnya, dan setelah itu bibinya memukul Harry.
Harry menata sarapan di atas meja. Bibinya menuang susu ke gelas besar milik sepupunya, Dudley. Harry mengambil bagian sarapannya yang sedikit, dan pergi ke lemarinya lagi. Dia tidak nyaman berada terlalu lama dengan keluarga Dursley, mereka selalu tidak menyukainya. Lagipula, terakhir kali dia makan di meja yang sama dengan keluarga Dursley, si babi gendut Dudley selalu merecokinya. Makanan yang ingin Harry ambil, selalu diambil olehnya. Dia anak gendut yang serakah, sombong, manja, dan egois.
"Berkebun setelah makan" titah Petunia saat dilihatnya Harry beranjak pergi dengan sarapannya.
"Ok" balas Harry tak membantah. Dia masuk ke dalam lemarinya dan menutup pintu.
Harry memakan sarapannya perlahan, dia bertanya-tanya, seperti apa hidupnya jika orang tuanya tidak mati dalam kecelakaan mobil. Dia memastikan bahwa dia tidak akan pernah menjadi semenyebalkan Dudley. Lagipula, itu hanya angan-angan. Terkadang Harry berpikir, apakah hidup di panti asuhan lebih menyenangkan? Setidaknya anak-anak di sana diperlakukan setara kan? Lagipula pada akhirnya mereka akan diadopsi oleh keluarga yang menginginkan anak. Mungkinkah hidupnya akan lebih baik? Tapi bagaimana jika sama saja?
Harry keluar dari lemarinya sambil membawa piringnya yang kosong. Setidaknya dia mendapat makanan di sini, meski tak banyak. Berjalan ke wastafel, Harry mencuci piringnya. Dia sangat bersyukur piring bekas makan keluarga Dursley ternyata tidak ada di wastafel, tampaknya bibinya sudah mencuci semua.
Harry ke luar rumah dari pintu belakang dan mulai mencabuti rumput liar di antara bunga-bunga bibinya. Sekarang waktunya berkebun, pekerjaan yang paling dia suka. Karena saat berkebun dia sendirian, tidak perlu menelan cibiran keluarga Dursley yang selalu mengatainya "si aneh".
Besok adalah hari senin, dan dia harus kembali bersekolah. Bukan pelajaran yang dia cemaskan, sebenarnya malah dia cukup pintar. Namun kembali ke sekolah, artinya dia harus siap diburu Dursley dan gengnya lagi. Dia tak punya teman, karena tak ada yang mau menjadi target geng Dudley. Berteman dengan Harry berarti menjadi target selanjutnya geng Dudley, dan tak ada yang menyukai itu.
Tidak terasa hari sudah beranjak siang, sepertinya tak lama lagi sudah masuk waktu makan siang. Pekerjaan berkebunnya sudah selesai. Harry berjalan masuk ke dalam rumah, berharap siang ini dia mendapat jatah makan siang yang enak atau setidaknya cukup. Harry bersyukur, bibi petunia hanya menyuruhnya menyiapkan sarapan yang menunya masih sederhana. Tampaknya Petunia Dursley tak mempercayai Harry untuk membuat masakan berat yang lezat, dan memang seharusnya begitu. Namun sebagai gantinya, dia harus berkebun dan membersihkan seluruh rumah. Akan tetapi, karena dia tak membuat makan siang dan malam, jatah makannya menjadi sangat sedikit, tidak seperti saat sarapan. Setidaknya jika sarapan, bibi petunia membiarkan Harry memakan apapun yang dia mau selama Dudley tak ingin merebutnya karena dia berpartisipasi dalam pembuatannya. Tapi tidak dengan makan siang dan malam, terkadang jika bibi atau pamannya dalam mood yang buruk, atau saat mereka merasa Harry mengacau, dia tak akan mendapat jatah makan sama sekali, atau hanya memakan sisa saja. Mengacau di sini adalah saat sesuatu yang aneh terjadi disekitar Harry. Meski Harry tak tahu bagaimana hal-hal aneh itu terjadi, namun dia selalu disalahkan.
Harry baru akan melangkahkan kaki ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dari tanah yang menempel di tangannya saat sebuah suara asing terdengar.
"Petunia sist, apakah dia anaknya sister Lily?" Tanya seorang wanita muda yang tampak berusia sekitar 20 tahun.
"Ya" Petunia menjawab dengan dengusan.
"Apa yang dikenakannya itu? Pakaiannya tidak cocok untuknya." Kata si wanita muda, Harry memilih tak mendengarkan lagi, mungkin wanita itu akan sama saja dengan Marge pikirnya. Dia melangkahkan kaki ke dalam kamar mandi, dan mulai membasuh tubuhnya dari tanah yang melekat. Saat dia keluar dari kamar mandi, didengarnya wanita asing tadi berteriak.
"APA MAKSUDMU ITU PANTAS UNTUKNYA? DIA MASIH KECIL DAN KAMU TIDAK SEHARUSNYA MEMBENCINYA SEPERTI KAMU MEMBENCI SISTER LILY!" wanita itu tampak marah.
"Kami sudah cukup baik hati memberinya makan dan tempat tinggal!" Geram Petunia, "dan dia harusnya bersyukur!"
"Kalau kamu tidak menyukainya, biar aku saja yang merawatnya! Aku bisa melakukan itu dengan lebih baik!" Bentak wanita muda tersebut.
Harry merasa dirinyalah yang mereka bicarakan. Mau tak mau dia bertanya-tanya, apakah sekarang dia akan pergi dari keluarga Dursley?
"Kalau begitu lakukan!" Ucap Petunia dengan dengusan, "Aku akan senang jika bocah itu pergi!"
Wanita muda itu memerah dan merengut. Dia berjalan mendekati Harry yang hanya berdiri mematung.
"Harry dear, ambil barang-barangmu dan kita pergi dari sini. Namaku Scarletta Moongress, dan aku adalah sepupu ibumu. Aku akan menggantikan paman dan bibimu untuk merawatmu, dengan 'jauh lebih baik' tentunya." Ucap wanita muda yang ternyata bernama Scarletta itu dengan senyuman lembut. Harry membelalak dan tampak bingung.
"Tunggu apa lagi boy? Berkemas dan tinggalkan rumah ini! Kau Scarletta, aku tidak akan menerimamu lagi di sini! Lagipula sejak dulu kau adik sepupu kesayangan si Lily, kau mungkin sama anehnya dengannya!" Ujar Petunia dengan dengusan.
"Kamu terlalu dibutakan oleh kebencian Petunia. " Ujar Scarletta, "Bukan salah Lily jika dia memiliki kemampuan yang berbeda denganmu. It's her destiny, no one can change it." Scarletta tampak kecewa, "Ayo Harry!"
Harry berbalik dan segera melangkah menuju pintu lemarinya dengan Scarletta yang mengekor di belakang.
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Scarletta begitu Harry membuka pintu lemarinya dan masuk ke dalam.
"Mengambil barang di kamarku." Jawab Harry sambil mengemas barang-barangnya.
Scarletta menggeram, "Tinggalkan semuanya Harry! Aku bisa membelikanmu barang-barang yang layak! Tidak perlu membawa apapun, kecuali jika kamu punya sesuatu yang amat kamu suka dan tak ingin meninggalkannya. " Ucap Scarletta.
Menuruti kata-kata wali barunya, Harry akhirnya keluar dengan hanya membawa selembar selimut bayi. Scarletta menatapnya dengan pandangan yang tak dapat dimengerti.
"Ini dari orang tuaku saat aku bayi" gumam Harry malu. Scarletta hanya menghela nafas, dia menggandeng tangan kecil Harry dan melangkah kembali ke ruang tamu di mana Petunia menatap mereka tajam.
"Kami akan pergi." Ucap Scarletta dingin, "Aku bersyukur telah memilih datang ke sini Petunia, jika tidak aku tak akan pernah tahu bahwa kamu memberi keponakanku lemari di bawah tangga sebagai kamar. Aku tak menyangka kau setega itu pada anak kecil. Bayangkan jika Dudleymu diperlakukan seperti ini."
"Pergi saja!" Rahang Petunia mengetat karena marah. Scarletta membawa Harry ke luar menuju mobilnya tanpa menoleh kembali ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harry Potter - When It All Changes
FanfictionHarry Potter diadopsi dari keluarga Dursley saat dia berumur 7 tahun oleh seorang penyihir halfblood yang masih kerabat dekat Lily Potter, Scarletta Moongrees yang merupakan sepupu paling muda Lily Potter dan Petunia Dursley. Dibawah bimbingan Scarl...