First Year Part 2

891 116 8
                                    

Saat itu hari sudah beranjak malam saat pintu kompartemen yang ditempati Harry kembali terbuka. Seorang anak berambut pirang dengan setelan jubah mahal datang bersama dua anak laki-laki lain yang berbadan besar.

"Halo, kudengar Harry Potter ada di kompartemen ini..." Kata si rambut pirang, "Apakah itu kamu?" Dia bertanya dengan tatapan tertuju pada Harry.

"Ya, itu aku." Kata Harry mengerutkan kening, bertanya-tanya apa urusannya anak ini dengannya. Kemudian tatapannya beralih pada dua anak laki-laki besar di belakang si pirang, mereka lebih tampak seperti pengawal bagi anak itu.

"Oh, ini Crabe dan Goyle. " Kata si pirang memperkenalkan dua rekannya, "dan aku Malfoy, Draco Malfoy."

Ron tampak menahan tawa mendengar nama si pirang, karena Draco berarti naga.

"Kau berpikir namaku lucu?" Ucap bocah bernama Malfoy geram, Harry mengerti itu. Dia juga tak akan suka kalau seseorang menertawakan namanya.

"Tak perlu bertanya siapa kamu, rambut merah, kulit berbintik, dan jubah bekas. Kau pasti seorang Weasley!" Lanjut Malfoy dengan nada menghina. Harry tau itu sudah keterlaluan, Ron mungkin menertawakan nama Malfoy, tapi menghina keluarga seseorang karena kekayaan juga bukan hal yang baik.

"Kau harus tahu bahwa beberapa keluarga penyihir lebih baik dari pada yang lainnya. Kau tidak akan mau terjebak dengan orang-orang yang salah. Dalam hal ini, aku bisa membantumu!" Malfoy mengulurkan tangannya.

Harry menatap, dan memutuskan berkata, "Maaf Malfoy, kita punya pandangan berbeda tentang memilih teman. Lagipula, bukan begitu caranya jika kamu ingin berteman dengan seseorang, kamu tak seharusnya menghina teman lain yang sudah dia pilih sebelumnya. Itu bukan cara yang bijak." Kata Harry tegas.

Pipi Malfoy memerah, "Seharusnya aku tau, bagaimanapun kau pernah menjadi seorang pelayan bagi para muggle kotormu itu!" Dengan suara menghinanya dia berbalik meninggalkan kompartemen. Tapi tidak, karena Harry sudah mengirimkan hex yang menyengat padanya sebelum dia benar-benar pergi. Malfoy berteriak karena sakit dan terkejut, dia tersetrum.

"Itu bukan hal yang memalukan Malfoy, karena itu bukan salahku. " Kata Harry, "Tapi kau benar-benar sudah melewati batasmu. " Katanya dingin. Dengan lambaian tongkatnya sekali lagi, Harry mengirim Malfoy terdorong sepanjang lorong, dua temannya mengikuti dengan panik si rambut pirang. Mendengus, Harry menutup pintu kompartemennya dan itu terkunci.

Ron membelalakan matanya terkejut. Menelan ludah, dia berkata susah payah, "It's cool, but scary at the same time Harry" ucapnya.

"Dia pantas mendapatkannya. " Kata Harry lagi.

"Yeah, benar... " Dalam hati Ron berpikir untuk tidak berada dalam sisi terburuk teman barunya.

****
Kereta melambat saat sebuah pengumuman terdengar di seluruh kereta.

"Kita akan sampai lima menit lagi, harap tinggalkan barang-barang anda di kereta, itu semua akan dibawa secara terpisah ke Hogwart. "

Perut Harry menegang, dia akhirnya akan tiba di Hogwart. Dia menoleh dan melihat wajah berbintik-bintik milik Ron tampak pucat. Mereka segera membereskan sisa-sisa permen dan camilan di meja dan menjejalkannya ke dalam saku-saku jubah mereka sebelum bergabung dengan anak-anak lain yang sudah berkumpul di lorong gerbong. Obrolan dan gumaman dari anak-anak terdengar dari segala penjuru seperti lebah yang berdengung.

Kereta akhirnya berhenti dan semua siswa berdesakan untuk turun dari kereta. Udara malam terasa menyengat kulit Harry begitu dia tiba di luar. Aroma pohon yang basah tercium olehnya dan Harry merasa damai. Itu harum yang dia sukai, Harry tidak tahu mengapa. Tapi perpaduan udara yang sejuk dan aroma basah pohon, rerumputan dan tanah yang basah semuanya menenangkan.

Harry Potter - When It All ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang