First Year Part 4

653 109 2
                                    

Dear Scarlet Nuna,

Aku masuk Gryffindor, topi kesulitan menyeleksiku pada awalnya. Dia juga bilang aku mungkin akan berhasil di Slytherin, tapi aku tahu aku tak akan cocok bergaul dengan anggotanya. Jadi aku berhasil bernegosiasi dan topi pada akhirnya memutuskan Gryffindor cocok untukku.

Yeah well, sebenarnya ada hal lain yang ingin aku beritahu. Aku tidak tahu apakah ini berarti sesuatu atau tidak, tapi saat di aula besar di pesta tahun ajaran baru setelah seleksi itu, tiba-tiba saja bekas lukaku sakit tanpa alasan. Sebelumnya bekas luka ini tak pernah sakit, aku tak tau apa sebabnya. Tapi sakitnya dengan cepat hilang, hanya beberapa detik.

Hanya itu yang ingin aku beritahu nuna, tapi aku baik-baik saja. Jangan terlalu khawatir.

Harry

"Tolong kirim ini kepada nuna Hedwig, maaf sudah memberimu tugas di hari pertama. Tapi ini penting sekali. " Kata Harry mengikatkan surat itu pada cakar Hedwig. Hedwig mematuk tangan Harry dengan sayang sebelum melesat terbang melalui jendela.

"Sepertinya aku akan membaca sebentar sebelum pergi tidur." Gumam Harry, naik ke atas ranjangnya dengan sebuah buku tebal di tangan. Teman-teman sekamarnya yang lain sudah tidur semua. Begitu cepatnya mereka tidur.

Harry mengeluarkan tongkatnya dan bergumam, "Lumos" sehingga cahaya muncul dari ujung tongkatnya, menerangi buku yang ingin dia baca.

Transfigurasi tingkat lanjut, itu judul bukunya. Harry membacanya selama satu jam kemudian dan sudah menghabiskan seperempat halaman.

"Nox" cahaya di ujung tongkatnya padam. Harry memutuskan sudah waktunya untuk tidur. Mungkin Hedwig akan kembali besok membawa balasan dari nunanya.

***
Pagi-pagi sekali, Harry sudah bangun dan mandi paling awal. Dia tidak suka mengantri untuk ke kamar mandi. Harry sudah mengenakan seragamnya, sarapan akan dimulai satu jam lagi. Namun, Ron temannya masih saja tidur.

"Ron! Wake up! Atau kusiram kau!" Harry mengguncang tubuh temannya dengan keras. Tapi Ron benar-benar tidak bangun.

Mendapatkan akal, Harry memencet hidung Ron, bagaimanapun manusia butuh bernapas, meski dalam tidurnya. Yah, itu berhasil.

"Harry!" Ron memprotes, "Ini masih pagi!"

"Sarapan akan dimulai satu jam lagi dan kau belum mandi sama sekali! " Kata Harry.

"Tidak perlu mandi..." Ron bergumam masih mengantuk.

Harry mengernyit jijik, karena Ron benar-benar ngiler di atas bantalnya. "Jangan jorok! Mau kusiram atau pergi mandi? Orang lain sudah mengantri untuk pergi mandi, hanya kau yang masih santai. "

"Baiklah, okay!" Ron menggerutu, dia mengambil peralatan mandi dan bajunya, lalu pergi ke kamar mandi anak laki-laki.

"30 menit, atau aku akan pergi duluan!" Seru Harry yang segera turun ke ruang rekreasi.

"Hai Harry, kau sudah bersiap? Wah, jam berapa kau bangun?" Itu adalah Dean Thomas, anak yang juga sekamar dengannya.

"Aku biasa bangun pagi." Jawab Harry seadanya, "Jadwal akan dibagikan saat sarapan kan?"

"Benar," Percy Weasley menimpali, "Proffesor Mcgonagall akan membagikannya saat sarapan."

Harry mengangguk, dia melangkah ke jendela menara ruang rekreasi dan membukanya. Udara pagi yang menyegarkan segera masuk dan membelai kulitnya. Harry menghela nafas dalam-dalam. Tadinya dia akan menunggu Ron sambil membaca, tapi akan terlalu mencolok jika dia ketahuan membaca buku sihir tingkat lanjut di ruang rekreasi. Harry tak perlu perhatian lebih, sudah cukup orang-orang mengawasi dia hanya karena dia seorang Harry Potter.

Harry Potter - When It All ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang