8

9 2 0
                                    

Penyesalan itu selalu ada dan mengikuti, bukan? Lebih buruknya, selalu diikuti rasa takut dan penyesalan yang mendalam.

☆☆☆

Jujur, malam itu Abian sangat gila, manusia berengsek seperti apa Abian? Pertanyaan yang seharusnya bisa meyakinkan Kania hingga Kania merasa dapat mengungkapkan ketidaktenangan hatinya, malah berakhir dengan sikap baru yang Abian miliki. Hal itu, sangat membuat Kania semakin takut. Takut akan Abian, jujur yang seharusnya membuat hati Kania lega malah sebaliknya, takut akan reaksi Abian yang akan Kania dapat jika mengungkapkan sesuatu, melihat sikap semalam, Kania semakin ragu.

Kehilangan, Kania sangat kehilangan Abian, dia masih ada dalam jangkauan mata dan kehidupan Kania, tapi rasanya sangat jauh. Bahkan pagi ini yang seharusnya dia pergi dengan Abian dengan keadaan baik, malah dihidangkan pemandangan Abian dengan Citra, bukan, Kania merasa cemburu, tapi setelah kedekatan dan pertengkaran semalam pasti menimbulkan dampak dalam diri Kania.

"Kania," senyum cerah milik Rega menyadarkannya "jangan melamun kan."

Kania membalas tersenyum "Gak, lo ngapain?"

"Sarapan, mau? Biar gue pesanin juga."

Kania menggeleng tersenyum, "Gak usah, terima kasih, Ga"

Rega tersenyum, dan mengambil sesuatu di kantong celananya "TARAAAA!"

"WAWW! LUCU BANGET GA, KELINCI MACAM APA YANG MUKANYA DITEKUK TAPI LUCU EH"

Rega dan Kania tertawa, memang kalau dilihat kembali kelinci ini terlalu menyebalkan sebenarnya jika harus menghibur orang, karna wajahnya bukannya menampilkan senyum malah sebaliknya.

"Suka?"

"Suka gila, dia lucu banget," Kania dengan sikap yang sebenarnya sangat jauh berbeda dengan tadi, dia seperti anak kecil yang memeluk gantungan kunci berbentuk kelinci cemberut dengan mengoyangkan badan ke kanan dan ke kiri. Sangat ke kanak-kanaan.

"Yeh, sialan, ternyata dua makhluk luar bumi ada disini," Sofi dengan tidak sopannya masuk merusak momen yang dibuat oleh Rega.

"Ganggu lu! Merusak kebahagiaan orang lain tau ga lu."

Sofi memutar bola matanya, merasa jengah dengan si aldo ini, "yaelah, nimbrung aja kek petasan, temen lu noh, sedang memperbanyak dosa"

Aldo melirik sekilas kearah meja yang di tempati oleh Abian dan Citra dan Abian pun sama sedang melihat ke arah sini, merasakan aura-aura panas. Dan tidak ingin memperpanjang, meski kelihatannya seru. "Yeh lu, kayak lu gak pernah aja. Iri ya? Sini Neng ama Abang. Yakin, Abang manja-manja"

"Najis!"

Abian memang melihat kearah meja Kania, merasa tertegun ternyata Kania sangat cepat melupakan apa yang terjadi diantara dirinya semalam, seperti Abian tidak lagi seberarti dulu? Terlebih ada orang yang baru.

"Hey! Ngeliatin si Kania? Bisa liat aku aja, Bian?" Abian lupa dia sedang dengan Citra, terlalu dipenuhi Kania dan pertengkaran yang terjadi, "Sorry, gue gak maksud cuma ya, gitu deh"

"Kamu gak bisa gini terus, Bian"

Abian menatap Citra, membenarkan ucapan Citra, tidak seharunya Abian masih mengawasi Kania, mengkontrol Kania, setelah hal bodoh yang semalam Abian lakukan terhadap Kania, memang ini yang Abian mau kan? Lantas kenapa harus merasa takut? Harusnya dia bisa menjalani ini lebih lanjut. Toh, dengan begini Kania akan lebih bebas dan terbuka akan dunia lain yang tidak ada dirinya. "Oke, Abian lo harus tamamkan dampak positif akibat pertengkaran lo, bukan cuma negatifnya aja."   Dan tentu saja, memikirkan hal positif tentang semalam itu mustahil, karena Abian merasa ditimbun perasaan bersalah yang luar biasa. Kania, Abian tidak pernah berlaku kasar dengannya, dan semalam Abian berlaku dengan berengseknya terhadap Kania.

Sekali lagi Abian melihat ke arah Kania, dengan tatapan yang memang memancarkan rasa bersalahnya,

"Maaf."

☆☆☆

"Pulang sama gue, sambil kita keliling-keliling kota." Ucap Rega sambil memberikan helm nya pada Kania.

"Bener ya? Jajan jajan nih kita." Kania menerima helm, "Tapi lu yang bayar, Kan" Rega berujar dengan senyuman tanpa beban.

"Sialan" Kania mengumpat, yang ngajak siapa yang bayar siapa, tidak tahu diri memang si Rega ini.

"Naik nyonya, jangan galak-galak."

Diperjalanan Rega selalu melakukan hal sinting yang tidak tahu malu, seperti me-rem mendadak hingga helm yang dipakai Kania menabrak dengan helm yang digunakan Rega, dan lagi bernyanyi-nyanyi dengan suara lantang tapi lebih gila dan sintingnya lagi Kania bersedia ikut serta bernyanyi.

Berhenti di warung soto, katanya ini langganan Rega, enak sekali, sebenernya Kania gak tau si, belum coba tapi orang gila bernama Rega ini mengoceh membanggakan soto abang ini.

"Gimana Neng, enak?"

Benar, ternyata makhluk gila ini tidak bohong, ini enak banget. Soto dengan kuah yang sangat pas dengan lidah Kania, "Gila ni soto enak banget, Reg."

"Jelas, yang promosiin ganteng gini, masa gak enak." Rega membanggakan dirinya, menepuk-nepuk dada dengan bangga.

"Ga please, banget nih, malu."

"Gak perlu malu, orang-orang disini udah gue kasih ramuan cinta, jadi bakal diam." Tau kan apa yang rasanya Kania ingin lakukan? Yap, benar sekali, ingin muntah.

☆☆☆

"Terima kasih, Ga." Kania tersenyum kali ini dia memang benar-benar berterima kasih, karenanya tanpa sadar Kania melupakan sejenak masalah dengan Abian semalam, masalah yang sebelumnya sangat menyita pikirannya.

"Oke nona, sama-sama"

"Heh, apaan sih. Nona-nona segala, geli geli geli." Kania memukul lengan Rega, sebenarnya cukup keras.

"Aduh, iya gila. Salting ya neng?"

"REGA!!"

Rega tertawa, walau Kania sedang kesal tapi bercanda, bernyanyi, makan, dan tertawa dengan Rega meski Rega sangat dapat dengan cepat membuat darah Kania naik, tapi Kania sedikit merasa nyaman? Seperti, Kania merasa tanpa Abian pun Kania masih dapat menjalani hari-harinya dengan baik, hal yang sebenarnya Kania pikir sebaliknya. Tapi, tidak-kah ini sangat cepat? Baru tadi malam kondisinya sangat hancur, dan Rega? Mengembalikannya dalam hitungan jam dan belum genap satu hari pun? Manusia macam apa yang dikirimkan dengan tuhan, padahal semalam bahkan tadi kania masih berfikir, bahwa apa yang terjadi semalam hampir membuatnya tidak percaya lagi dengan Abian.

"Ehm, sekali lagi makasih, Rega."

Rega masih tertawa, "Sama-sama"

Tapi tanpa mereka sadari ada seorang laki-laki itu melihat semuanya, dari awal suara motor itu berhenti di depan rumah sahabatnya, sampai senyuman akhir yang Kania berikan. Yap, Abian melihat semuanya.

Dengan luka, takut, dan bersalah yang tidak hilang dan semakin kuat. Juga satu hal lagi yang Abian merasa sangat ada dalam dirinya, perasaan tidak rela akan Kania yang sekarang sepertinya sudah mulai dekat dengan Rega. Abian merasa ada sesuatu dalam dirinya yang kosong dan itu sangat tidak nyaman.

"ARKHH"

☆☆☆

HAI SEMUANYA, AKU UPDATEE LAGI NIH, UDAH LAMA JUGA YA.

KIRA-KIRA KALIAN LEBIH SETUJU KANIA DENGAN ABIAN ATAU REGA NIH??

Sehat selalu dan juga selalu tunggu update selanjutnya ya.

SO, TERIMA KASIH DAN ENJOY SEMUANYA.

ILY💖

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stars In The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang