B A B 32 | Jalan Buntu, dan Ingin Tau

406 34 1
                                    

___o0o___

***


Suasana ruangan yang di dominasi warna putih itu tampak lengang, tegang. Dua pria dewasa di sana sedang membicarakan hal yang begitu serius sehingga membuat mereka kini diam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

"An, apa nggak ada cara lain selain donor organ? " Surya kembali bertanya.

Helaan napas terdengar dari pria berjas putih itu. "Sur, udah berapa kali gue bilang kalo cuma itu satu-satunya cara. Bella udah mengalami gagal hati kronis sejak usia sepuluh tahun, dan dia nggak bisa jaga pola hidupnya, dia masih sering minum alkohol dan sering mogok minum obat. "

"Cuma ada satu cara untuk dia bisa bertahan hidup. Transplantasi hati, " kata dokter Andi.

S

urya mengusap wajah frustasi, menghela kasar. "Cari pendonor nggak mudah An— "

"Kan gue udah bilang ada yang dengan sukarela mau mendonorkan hatinya buat Bella, lo aja yang dari tadi ribet! " dokter Andi menyela.

Surya berdecak, meremas kepalanya. "Enggak mungkin gue terima dia donorin hatinya, dia bisa mati An! "

"Dia rela mati! " jawab dokter Andi cepat. Suaranya meninggi.

"Dia mengajukan diri untuk menjadi pendonor berarti dia siap tanggung semua resikonya.  Kemungkinannya hanya kecil untuk Bella bisa bertahan hidup dengan kondisinya sekarang, lo harus segera ambil keputusan.

—Ambil kesempatan ini atau lo bakal kehilangan. "

Terlihat Surya yang diam, berpikir. Ia tengah berada di posisi yang sulit. Kondisi Bella semakin memburuk, penyakit kronisnya sudah berada di stadium akhir. Ia didiagnosis menderita gagal hati tujuh tahun yang lalu, saat umurnya masih sepuluh tahun. Sejak saat itu Bella harus teratur minum obat dan harus memperhatikan pola hidupnya. Namun lama-kelamaan yang namanya manusia pasti merasa bosan dan lelah, Bella bosan jika setiap hari dan terus menerus harus mengonsumsi obat yang jumlahnya tidak hanya satu. Kondisinya makin buruk saat ia mogok minum obat.

Kini Bella sudah sangat kecil kemungkinannya untuk hidup. Mengonsumsi obat ataupun perawatan di rumah sakit pun hanya sedikit membantu.

Bella diambang kematian.

Surya menghela napas berat, frustasi sekali. "Ini susah buat gue An. Enggak mungkin gue terima tawaran dia yang mempertaruhkan nyawanya, " ucapnya.

Keputusannya masih sama.

Dokter Andi ikut menghela napas, geram. "Sur, dengerin gue. Bella itu anak kandung lo, dia lagi sekarat dan butuh donor hari secepatnya. Sedangkan Alisha, dia bukan siapa-siapa lo, nggak ada darah lo ataupun Anisa yang mengalir di tubuh dia. Dia cuma anak temen lo 'kan? "

"Walaupun dia bukan anak gue sama Anisa, kami berdua udah rawat dia sejak dia masih bayi, dia udah kaya anak gue sendiri! "

Dokter Andi terlihat menyeringai. "Kalo lo nganggep dia anak lo, lo nggak mungkin lampiasin semua amarah lo ke dia hanya karena lo pikir dia penyebab dari kecelakaan Anisa dulu. "

Surya terdiam.

Sedangkan dokter Andi menatapnya intens, menegakkan tubuhnya yang awal mulanya bersandar. "Selama Anisa nggak ada lo lampiasin semuanya ke Alisha, lo siksa dia. Di pukul, di jambak, di cambuk bahkan lo sampe tega kurung dia di kamar mandi tiga hari tanpa lo kasih makan sama sekali.

"Terus sekarang lo masih berlagak nganggep dia anak? Heh, lucu banget lo! " kata dokter Andi sarkas. Menyeringai.

Terlihat Surya diam tak berkutik, seperti pencuri yang sudah tertangkap basah.

A L I S H A [Si Gadis Misterius]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang