002 ; who you?

34 12 12
                                    

Pesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pesan

Ryujin : Gyuuuu!! Pengen ke sungai Han :)))

Gyu : otw.

***

Setelah Beomgyu sampai untuk menjemput Ryujin mereka segera berangkat menuju sungai Han—sesuai permintaan Ryujin sesaat setelah Beomgyu sampai di kediaman Ryujin.

Suasana ibukota dengan gemerlap lampu di setiap pencakar langit membuat senyum Ryujin kian merekah. Sambil kedua tangannya memeluk pinggang Beomgyu di sebuah motor matic, wajahnya tidak bisa membohongi kalau dia benar benar menyukai moment itu.

Beomgyu sekarang selalu mencoba untuk melakukan segalanya sesuai yang Ryujin minta, walau wanita itu tak pernah secara gamblang berkata dengan awalan ingin ini atau ingin itu.

Seperti Ryujin yang ingin selalu di peluk setiap waktu, atau di weekend mereka bisa menghabiskan waktu berdua walau sebentar untuk berpiknik atau sekedar bergelung di selimut dan bercerita tentang hari-hari lampau yang kenangannya masih lugas di dalam kepala, atau sekedar membersihkan seluruh ruangan dalam rumah dan pergi berbelanja setelahnya.

Ya, memang Ryujin dan Beomgyu tinggal satu atap setelah mereka resmi bertunangan.

Namun itu semua rasa-rasanya sangat berbeda dari sudut pandang Ryujin.

Dia ingin sekali mempertanyakan hal entang mengapa Beomgyu begitu cuek terhadap dirinya, tapi takut hubungan mereka semakin rusak. Ryujin tidak mau membuat tunangannya itu kecewa, jadi diam adalah sikap paling tepat untuknya saat ini.

Lambat laun kecepatan motor Beomgyu  kian melambat, membuat Ryujin tersadar akan lamunannya. Lokasi yang ia tuju sudah hampir sampai.

Setelah menunggu persekian menit, tujuannya benar-benar sudah di depan mata. Beomgyu segera menghentikan motornya. "Udah sampe, ayo turun."

"Gak mau tolongin Shin Ryujin yang cantik ini?"

"Enggak, males." Ryujin seketika terkekeh, ketika menerima sebuah uluran tangan dari yang terkasih.

"Makasih."

Keduanya berjalan beriringan menjari bangku yang kosong.

Uasi menemukan bangku kosong, kedua insan tersebut duduk,

Hening, keduanya terjun dalam pikiran mereka masing-masing. Ryujin nampak berpikir, malam itu bulan purnama di bulan mei, berbekal titik pendar cahaya yang bersumber jauh di atas sana, Beomgyu dapat mempertemukan garis linimasanya pada wanita itu. "Gyu."

"Apa?" Ryujin nampak mendongak menatap langit seraya menimang-nimang, bibirnya mengerucut beberapa kali karena kebimbangan, ujung sepatu ketsnya diketuk-ketuk pelan. "Ayo istirahat, aku capek sama hubungan ini Gyu." Beomgyu terdiam sebentar, lalu mengangguk dengan senyuman lemah. "Maaf, aku udah buat kamu capek sama hubungan gak jelas ini."

"Iya, enggak apa-apa. Lagian ini juga gak sepenuhnya salah iamu Gyu. Ini juga karena orang tua kita yang maksa kita buat jalanin hubungan ini."

Hening dibiarkan berkuasa,

Lalu tiba-tiba Ryujin terkaget. Ryujin terlihat merogoh-rogoh saku celananya dan meraih ponsel. Tampak kedua bola matanya melebar. Beomgyu tak mampu melihat yang terpampang di layar.

Tetapi lagi-lagi bunyi notifikasi berdering, kini Beomgyu mulai paham.

"Kenapa nggak di angkat." Tanyanya perlahan.

"Ah, itu telpon gak penting."

"Itu dari Haechan ya?"

"E-engga, Gyu aku laper deh." Ujar Ryujin secara tiba-tiba.

Beomgyu terkekeh, dimpelnya menyekung dalam. "Yaudah ayo cari makan." Beomgyu menggiringnya ke kios kecil ujung jalan, tidak ada antrian, hanya mereka; mengingat jarum jam sudah menunjuk pukul sepuluh malam. Matanya nampak membulat dan bercahaya ditimpa cahaya rembulan saat itu,

ia meniup-niup kepulan asap dengan keras dan cenderung grusa-grusu hingga Beomgyu nyaris terpingkal karena mulut Ryujin benar-benar sangat mengerucut seperti piramida.

"Pelan-pelan niupnya," pinta Beomgyu seraya ikut meniupnya perlahan-lahan. "Nanti bibir mu copot lho."

"Ga lucu ya Gyu! Buktinya enggak tuh!" Satu gigitan dikunyahnya perlahan-lahan.
Keduanya terkekeh, lalu hening berkuasa sekenanya. Ryujin masih mengunyah makanannya dengan perlahan seraya melihat jalanan yang perlahan mulai menyepi.

***

Beomgyu terbangun saat merasakan cahaya matahari menyeruak masuk ke dalam jendela mengenai matanya. Ia mendudukkan dirinya, handuk yang kemarinnya basah kini sudah kering dan tergeletak begitu saja pada ranjangnya. Beomgyu mengambil ponselnya, menghidupkan benda pipih tersebut.

Jam pada ponselnya menunjukkan pukul sembilan pagi, sepertinya semalam ia benar-benar kelelahan. Tiba-tiba saja perutnya berbunyi tanda kelaparan. Dengan sedikit malas ia beranjak dari tempat tidurnya dan membuat sereal untuk sarapannya. Ia lupa membeli bahan makanan semalam karena hujan deras yang tiba-tiba melanda seusai mengantar Ryujin pulang, maka mau tidak dirinya harus memakan apa yang tersisa.

Ia tak bisa lagi bergantung pada Ryujin yang setiap hari selalu membantu nya melakukan rutinitas pagi.

Beomgyu lagi-lagi membawa semangkuk sereal itu ke dalam kamarnya. Ia memakan sereal nya pada meja dekat dengan jendela, kesepian lagi-lagi melanda. Beomgyu menghembuskan nafasnya dan mengalihkan pandangannya keluar jendela, bisa ia lihat anak-anak tetangganya tengah bermain pada jalanan yang sepi.

Ia menjadi teringat dengan Yiseol, sosok gadis yang selalu menemani masa kecilnya. Yiseol yang selalu bertingkah manja saat bersamanya.

Ia rindu.

Ting

Ting

Ting ting ting ting ting ting ting ting

Beomgyu berdecak kesal karena merasa terganggu dengan suara bel yang berkali di bunyikan oleh seseorang.

Dengan malas ia melangkah, menuju pintu utama, membuka knop pintu. "Siapa—"

Namun betapa terkejutnya ia ketika melihat wanita berambut gelombang berada di depan rumahnya. "Yiseol?"

"Kamu ngapain kesini?" Wanita itu tak banyak menjawab, ia begitu tergesa-gesa memasuki kediaman tersebut. "Hei-hei. Tenang. Ada aku."

"Gyu, mereka kayanya mau bunuh aku deh."

"Mereka? Mereka siapa maksud kamu?"

➳༻❀ :housemate: ❀༺➳

housemate, beomgyu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang